Schicksal #1

1.1K 89 1
                                    








Perjodohan dan pernikahan.

Hah.

Persetan dengan kata-kata sialan itu. Kata-kata yang hanya menyesatkan kehidupan seseorang. Jika kau menyukai hal itu dan mendapatkan apa yang kau suka maka itu sebuah keuntungan bagimu. Tapi tidak bagi laki-laki muda bermata sipit itu.

Ia muak dengan perjodohan yang orang tuanya lakukan hanya untuk mempercepat dirinya menjadi pewaris perusahaan ayahnya. Hal yang gila bukan? Bahkan walaupun dirinya sudah menikah, ia tak berani jamin jika akan melanjutkan perusahaan itu atau mencari dunianya sendiri.

"Sudah ku katakan, aku tidak ingin melakukan perjodohan ini!" Bantah laki-laki itu tegas.

"Tapi mengapa nak? Ini peluang yang bagus untukmu dan perusahaan kita." Ucap sang ayah membeberkan beberapa benefit dari rencana bodoh ini.

"Ayah! Apa kau pikir aku ini barang yang bisa kau tawarkan pada orang-orang begitu saja? Aku ini putra mu! Aku juga ingin memilih calon masa depanku sesuai dengan keinginanku sendiri!" Ia muak, sungguh. Yang ayahnya pikirkan hanyalah uang, uang, dan uang. Lembaran-lembaran kertas bodoh yang mampu membuat banyak orang tergila-gila padanya.

"Hoseok! Jaga ucapanmu!" Sang ayah mulai geram terhadap putranya sendiri.

"Cih! Ayah seharusnya kau berpikir sebelum bertindak. Apa kau pikir semua yang kau lakukan padaku itu menyenangkan?!" Hoseok menghela napasnya berat. Lelah karena harus mengikuti kehendak orang lain disaat ia ingin menikmati hidupnya sendiri.

"Aku tidak akan melakukan keinginanmu yang ini." Hoseok melangkah pergi dari hadapan kedua orang tuanya.

"Hoseok aku minta kau berhenti!" Sang ayah perlahan mulai naik pitam.

"Jika kau tidak melakukan hal ini, maka ayah akan menutup club malam yang kau buka secara diam-diam di belakang ayah." Ancam tuan Jung yang berhasil menghentikan langkah kaki putranya.

Hoseok berbalik dan menatap ayahnya tak percaya. Bagaimana ayahnya bisa tahu rahasia yang selama ini ia jaga dengan sangat baik?

"Kau pikir aku tidak tahu gerak-gerikmu selama ini?" Ucap tuan Jung penuh kemenangan.

Yaps. Hoseok terlihat manis dan juga ramah dari luarnya namun siapa sangka jika ia memiliki sisi gelap yang hanya ia tunjukkan saat ia menginginkannya.

"Kau seharusnya malu pada dirimu sendiri! Jika banyak yang tahu tentang hal ini, apa yang akan ayah katakan pada orang-orang! Apa kau pernah memikirkan hal itu hah?!"

Plakk~

Sebuah tamparan berhasil mengenai pipi kanan Hoseok dengan keras.

"Sudah hentikan, jangan sakiti dia!" Nyonya Jung yang sejak tadi hanya diam kini berusaha untuk meredakan amarah suaminya.

Nyonya Jung lalu berbalik dan menatap putra semata wayangnya itu dengan penuh kasih sayang. Nyonya Jung tahu persis ini memang menyiksa kehidupan putranya sendiri namun sifat kukuh suaminya membuatnya tak dapat berbuat apa-apa.

Tangan kanan nyonya Jung tergerak untuk mengelus lembut rambut hitam putranya. "Pergilah ke kamar mu."

Hoseok pun pergi menuju kamarnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Hoseok mendudukkan dirinya di atas ranjang King Size miliknya. Ruangan dengan nuansa maskulin terasa sangat kuat di dalam kamarnya. Ia hanya duduk dan termenung. Ia melihat ke sebuah bingkai foto yang ia letakkan di atas nakas.

Kenangan yang buruk. -Jhs

Saat tengah termenung, nyonya Jung datang memasuki daerah pribadi milik putranya. Ia berjalan dan duduk disebelah putranya yang tengah menatap kosong ke sebuah bingkai foto.

Nyonya Jung mengelus pundak putranya, "Masih teringat masa lalu?"

Hoseok hanya diam.

"Sudah relakan saja Hoseok, ia bahagia karena bisa mencintaimu sebelum ia pergi." Kata nyonya Jung seraya mengelus rambut putranya.

"Aku egois bu. Aku terlalu buta untuk melihatnya." Ucap Hoseok memandang keluar jendela.

"Bukan salahmu. Takdir sudah tertulis seperti itu jadi relakan saja. Semakin lama kau terlarut dalam penyesalan maka kau tidak akan menemukan sesuatu yang baru." Kata nyonya Jung dan pergi meninggalkan Hoseok sendiri.

Hoseok tetap diam memandangi langit malam melalui jendela kamarnya. Ia tengah memikirkan ucapan ibunya.

Merelakan? Akan ku coba. -Jhs

Hoseok tak pernah tahu hal ini, ia mempunyai sedikit perasaan pada orang itu. Seseorang dalam bingkai. Tapi setelah kejadian itu ia menyesal dan merutuki dirinya sendiri. Ia akan mencoba untuk merelakannya.

.
.
.
.
.

Next? Need pendapat dan vote gess:)

Imagine With Bangtan❤️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang