TIGA PULUH EMPAT

14.9K 4K 506
                                    

Pagi ini Kukuh tidak bisa menjemputku untuk berangkat kerja. Dia mengirimiku pesan saat baru akan tidur sekitar jam setelah Subuh, karena menyelesaikan beberapa pekerjaan begitu pulang dari rumahku malam tadi.

Aku tersenyum membaca pesannya.

"Aku anter, Kak?" Tawar Tiara.

"Iya. Supirku tepar." Jawabku, Tiara terbahak.

"Orang ganteng dibilang supir." Cibirnya dan berlalu ke kamar mengambil kunci motor. "Minta mobil kek, sama mas Kukuh. Biar aku belajar nyetir."

Kupukul kepalanya pakai kuas bedak secara spontan.

"Jangan jadi cewek materai. Seenggaknya sampai beneran dinikahi hihihi." Aku terkikik sendiri dengan perkataanku.

Tiara semakin mencibir.

"Itu bukan matre, Kak. Realistis! Yuk ah berangkat."

Aku memutar mata pada kalimat ngeles adikku.

Realistis? Gak minta mobil juga kali.

Setelah memastikan dandananku teraplikasi sempurna, aku pun segera mengambil tas dan mengikutinya keluar.

Sesampainya di kantor, aku jadi bisa lebih positif menghadapi pekerjaan. Ah efek hati yang sedang kasmaran memang suka berlebihan. Kata - kata Rania kemarin terasa tidak ada artinya sekarang.

"Cerah nih muka." Makki bersiul saat melihatku, aku mengedipkan sebelah mata padanya kemudian tertawa. "Udah dapet kayaknya." Lanjut Makki, yang langsung kuhadiahi kepalan tangan.

"Tidur nyenyak, Kak?" Wenny merangkul bahuku.

"Alhamdulillah." Jawabku berlaga anggun.

"Karena hari ini semua bahagia, gue mau kasih kerjaan. Semangat kan?" Agi datang dengan bundelan kertas di tangan.

"Tities doang, Gi. Kasih dia aja semuanya." Makki menunjukku, segera aku menatapnya jengkel.

Dia hanya membentuk tangannya dengan huruf V dan memasang wajah sok polos.

"Baru cerah dia, nanti kusut lagi kalau disuruh kerjain sendiri." Agi membelaku, aku tersenyum berterima kasih padanya.

Kami pun memulai rapat dengan membahas materi Training yang akan di-upgrade.

***

Semua kembali normal.

Atau, hanya aku yang merasa bahwa kemarin - kemarin terasa lebih berat karena pikiran yang tidak menentu?

Kami makan siang bersama, minus Danish. Ngobrol dan sesekali tertawa mendengar candaan garing Makki. Garing isi candaannya, tapi karena ekspresi Makki yang maksa malah membuat kami menertawakan dia.

Rania makan siang dengan beberapa orang yang tidak kukenal. Mungkin temannya atau klien. Dia menyapa saat melewati meja kami dan tersenyum penuh arti saat tatapan kami bertemu. Senyum penuh kekesalan.

Kubalas dengan senyum dan anggukan kepala sopan.

Apakah aku menderita gangguan jiwa jika aku menikmati kekesalannya? Aku senang, merasa menang darinya.

Ponselku bergetar, nama Kukuh tertera di sana. Aku berdiri dan menjauh dari yang lain untuk menjawab panggilannya.

"Sayang . . . " sapanya begitu kujawab, dengan suara serak khas pria yang baru bangun tidur.

"Hhm?"

"Aku baru bangun," lanjutnya.

Di sini aku tersenyum mendengar suaranya yang seperti sedang meregangkan badan.

"Masih ngantuk," dia menguap panjang membuatku menjauhkan ponsel dari telinga. "Nikah yuk, Tis."

"Kamu masih tidur kayaknya." Jawabku, dia tertawa.

Dan aku bersumpah, itu terdengar seksi.

"Aku lagi makan." Jawabku akhirnya, tidak yakin apakah Kukuh bisa mendengar suaraku yang bergetar.

Grogi.

"Pilih aku atau makan?" Eh? Aku mengernyitkan dahi dan menyadari Kukuh tidak akan bisa melihat ekspresi bingung campur jijay di wajahku. "Kamu kan udah sering makan dari SD."

Aku nyerah ya Tuhan.

"Kalau aku mati karena kelaparan, aku tuntut kamu ya." Ancamku dengan suara pelan.

Dia terbahak di sana, "tuntut ke pelaminan ya?"

Aku berdesis kesal.

"Mandi sana! Terus makan dan berangkat ke kantor."

"Mandiin," dia menirukan suara anak kecil yang sedang merengek.

"Astaga! Udah ya, makananku keburu gak enak." Omelku.

"Sebentar, Tis."

"Apa lagi?" Tanyaku tidak sabar.

"Love you," bisiknya lirih.

Aku tahu, saat ini wajahku pasti seperti orang bodoh yang tersenyum lebar.

"Aku juga." Jawabku cepat.

"Juga apa?"

Sejak kapan dia jadi super menjengkelkan sih?

"Aku juga, mau makan. Bye, Bos!" Kumatikan sambungan telepon dan memegang pipi.

Ya ampun, Tis. Berapa umurmu?!

***

Selanjutnya, bisa dibaca lengkap di KBM Aplikasi 🙏🙏🙏

SILHOUETTE (Lengkap Di KBM & KaryaKarsa)Where stories live. Discover now