DUA PULUH SEMBILAN

20.4K 4.2K 130
                                    

Dua hari Kukuh absen menghubungiku. Begitu pula di kantor, kami tidak bertemu. Terlalu malu menanyakan pada Danish dan terlalu malu menghubunginya duluan setelah menceritakan sebab pertengkaran sahabatku dan sahabatnya.

Kukira, dia akan meninggalkan begitu saja. Tapi aku keliru, derum mesin mobilnya terdengar di depan rumah. Kutengok dari jendela, Kukuh berjalan ke arah rumahku dengan pakaian dan sepatu bola.

Tiara bertanya lewat tatapan matanya yang kujawab dengan mengedikkan bahu.

Dia tidak bilang apa - apa tentang hari ini dan kegiatannya.

"Hai, lagi sibuk?" Kukuh menyapa setelah mengucapkan salam.

"Enggak sopan ngaku sibuk kalau Pak Bos yang tanya." Jawabku, bercanda.

Kukuh mengerutkan dahinya dan tertawa.

Dia terlihat biasa saja. Maksudku, baru saja tempo hari aku mengatakan padanya bahwa Arthur tidak menyukaiku. Penyebab putusnya Danish dan Arthur adalah aku. Tapi Kukuh sama sekali tidak membahas soal itu. Atau belum.

"Baru mau berangkat atau sudah pulang?" Tanyaku, setelah mempersilakannya duduk dan meminta Tiara membawakan minuman.

"Ini mau ajak kamu. Aku mau main futsal, sama anak - anak kantor. Ikut yuk."

Dan aku tahu yang dimaksud anak - anak kantor tentu saja bukan Makki atau yang sekelas denganku. Pastilah level teman main Kukuh seperti Agi, Arthur, Dion dan  petinggi - petinggi lainnya. Aku cuma akan jadi kerupuk di nasi goreng. Terabaikan.

Aku menggeleng pelan, tanpa bermaksud menyinggungnya atau apa.

"Kenapa? Lagi enggak sibuk kan?"

Tiara datang dan menyuguhkan minuman.

"Tiara mau ikut Mas sama kak Tities? Habis main futsal, kita kulineran." Ajak Kukuh dengan liciknya.

Adikku yang doyan makan itu tentu saja mengangguk kegirangan.

"Tuh Tiara mau ikut." Aku melirik Tiara yang pura - pura mengabaikanku. "Yaudah ganti baju dulu sana."

Tiara pun seketika melesat lagi ke dalam, aku menatap Kukuh sinis.

"Ada apa sih? Percuma ikut, enggak ada yang aku kenal. Malah nanti kamu asyik sama teman - temanmu." Aku bersungut - sungut kesal.

Kenapa dia belum membahas Arthur sih? Lebih cepat kan lebih baik.

"Makanya aku ajak Tiara." Jawabnya santai. "Mau ganti baju gak? Kamu tetep cantik kok pakai baju rumahan." Dia menyunggingkan senyum polos tanpa dosa.

Membuatku mendengus kesal.

Aku pun segera beranjak untuk mengganti baju dengan yang lebih pantas untuk pergi. Kukuh terkekeh senang. Merasa menang menyeretku keluar rumah di malam minggu yang damai ini.

Benar saja dugaanku. Semua teman main Kukuh tidak ada yang kukenal. Lebih tepatnya, tidak ada yang mengenalku selain Agi. Kalau aku masih kenal mereka, karena mereka adalah pejabat - pejabat di Turangga Herba.

Sebut saja Dion, Dept Head IT di Turangga Herba. Ada lagi Sultan, Bosnya anak finance. Beruntungnya, mereka semua tampak seumuran dengan Kukuh. Hanya Pak Trisno yang terlihat lebih senior. Mungkin berusia empat puluh tahunan tapi masih bugar dan awet muda. Dan beberapa petinggi yang aku tidak tahu namanya, namun akrab dengan wajah mereka yang sering muncul di portal Perusahaan.

Aku mencari - cari sosok Arthur, yang kemungkinan besar akan membuat suasana canggung mengingat Kukuh sudah mengetahui perihal dirinya yang tidak mendukung hubunganku dengan Kukuh. Dan aku bisa bernapas lega setelah mengetahui bahwa Arthur tidak ada di sini.

SILHOUETTE (Lengkap Di KBM & KaryaKarsa)Where stories live. Discover now