TIGA PULUH TIGA

14.4K 3.8K 477
                                    

Gemilang bermanuver dengan mobilnya.

Ralat.

Dia meminjam mobil temannya dan memarkir mobil miliknya di lapangan parkir sirkuit yang dia 'pinjam' sebentar. Layaknya seseorang sedang mengikuti pertandingan balap mobil, dia membawaku mengitari arena sirkuit yang memang kosong malam ini.

Kami tertawa - tawa sampai sakit perut.

Meski sejujurnya, aku ketakutan. Takut Gemilang lepas kendali atas mobil ini dan membuat kami tergelincir. Tapi melihat tawa Gemilang yang tanpa beban, aku tertular. Sulit untuk tidak ikut tertawa bersamanya.

Dia juga sudah berteriak - teriak sepuas hati saat mencoba teknik drift yang aku tidak mengerti apa maksudnya. Pokoknya suara ban mobil yang berdecit dan asap mengelilingi kami saat dia melakukan itu. Kupikir tadinya mobil teman Gemilang yang bermasalah.

"Gimana Tis, udah lega belum?" Tanya Gemilang setengah berteriak diantara raung mesin mobil.

Aku menggeleng tidak mengerti.

"Aku juga tahu, kamu lagi ada pikiran. Lepasin aja Tis. Teriak sepuas - puasnya sampai hati kamu lega." Lanjutnya.

Aku tertawa sambil memegang pegangan di atas sisi kiriku dengan erat.

"Aku akan bawa kamu dua kali putaran. Aku mau kamu teriak. Lepaskan semua beban yang lagi menghimpit dada kamu. Oke?"

Aku menggeleng mendengar tawarannya.

"Come on, Tis! Kita akan pulang dengan hati lega. Oke?" Tanyanya sekali lagi.

Setengah ragu, aku mengangguk.

"Wooohoooo. DEAR PROBLEM, GO FUCK YOURSELF. YOU CANT BEAT ME!"

Jerit Gemilang, membuatku ingin mengikuti jejaknya.

"KUKUH TUA NGESELIN! GAGAL MOVE ON! RANIA NENEK SIHIR. GUE MAU SENTIL MULUT LO PAKE---"

"KNALPOT MOBIL." Potong Gemilang.

"PAKE KNALPOT MOBIL. BIAR BERHENTI KELUARIN KATA - KATA JAHAT!"

"HAHAHAHAHAHAHA." Gemilang tertawa puas, begitu juga denganku.

Begitu puas teriak - teriakan sambil mengitari sirkuit, Gemilang berlari ke arah lapangan berumput dan merebahkan dirinya di sana. Aku pun mengikuti tingkahnya.

Memandangi langit yang penuh bintang dengan napas tersengal - sengal.

"Enggak ada tukang minum apa, Ge? Haus nih." Keluhku setelah napas kembali normal.

Dia malah tertawa.

"Yang di dalam sini aja cuma kita berdua, Tis."

Aku cemberut dan mengganti posisi dengan duduk bersila di sebelah Gemilang yang masih berbaring.

"Apakah ada yang pernah bilang kalau kamu cantik di bawah bintang - bintang?" Tanya Gemilang tiba - tiba, membuatku mendelik curiga ke arahnya.

Dia tersenyum jahil.

"Pasti belum ada kan? Harusnya kamu jatuh cinta sama laki - laki romantis kayak aku gini, Tis. Humoris dan awet muda."

Aku menggeleng sambil menahan kata - katanya. "Sebentar, cuma di bawah bintang - bintang? Berarti kalau siang, aku jelek. Gitu?"

Pura - pura merenggut marah, aku berdiri sambil menepuk celanaku yang kotor.

Bukannya minta maaf, Gemilang malah tertawa dan ikut bangkit berdiri.

"Dasar Titis, enggak bisa banget digombalin." Keluhnya, aku meleletkan lidah. "Aku juga haus nih. Sebentar, aku ada sesuatu."

***

Selanjutnya, bisa dibaca lengkap di KBM Aplikasi 🙏🙏🙏

SILHOUETTE (Lengkap Di KBM & KaryaKarsa)Where stories live. Discover now