"Sudah?" Pak Baekhyun memerhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. Aku mendadak gugup dan salah tingkah ditatapnya seperti itu.

"I-iya, Pak," jawabku terbata.

Ah, mata itu. Aku selalu lemah bila menatap matanya yang berwarna cokelat madu. Kedua mata Pak Baekhyun seolah menarikku untuk masuk semakin dalam. Aku hanyut. Mata itu kembali terlihat berbinar setelah beberapa hari sempat redup.

Pak Baekhyun berjalan mendekat hingga berhenti tepat di depanku. Bahkan ujung sepatu kami bersentuhan.

"Kamu cantik," bisiknya.

Cup ...

"Hah?" Dia mengecup pipiku sebelah kanan.

"Aku suka melihat rona merah di wajahmu, Aeris."

Cup ...

Dia mengecup pipiku sebelah kiri.

"Jangan lupa bernapas!"

"Fiuh!" Aku sontak mengembuskan napas panjang. Apa yang baru saja Pak Baekhyun lakukan? Apa dia baru saja menciumku?

Ya Tuhan, aku ingin waktu berhenti sekarang. Aku ingin menikmati moment indah ini lebih lama. Aku mohon ... sebentar saja.

❤❤❤


Kejadian di butik tadi terus berputar-putar di dalam otakku, bahkan saat kami sampai di Puncak. Pak Baekhyun tidak mengatakan apa pun setelah menciumku. Dia terlihat biasa saja. Berbeda denganku yang terus memikirkan ciuman tadi.

Jujur, Pak Baekhyun adalah orang pertama yang mencium pipiku selain kedua Mama dan Papa. Apa maksud ciuman itu? Apa Pak Baekhyun sudah biasa melakukan hal itu pada orang lain? Bahkan mungkin pada Aluna, mantan pacarnya.

Aku berdecak kesal, membayangkan Pak Baekhyun pernah mencium pipi Aluna, bahkan mungkin bibirnya. Ah, udara di sekitar tiba-tiba terasa panas. Aku terbakar api cemburu. Panas. Panas. Panas.

"Apa yang kamu pikirkan Aeris? Aku mengajakmu ke sini untuk bersenang-senang. Bukan melihat wajah cemberutmu?"

Aku mendengkus mendengar pertanyaannya. Cowok di mana pun sama. Mereka selalu saja tidak peka. Apa Pak Baekhyun tidak tahu kalau aku sedang kesal?

Aku menyeruput jus strowberry sebagai pelampiasan. Semoga dinginnya jus ini bisa mendinginkan perasaanku.

"Kamu memikirkan ciuman tadi?"

Brush.

Aku menyemburkan jus yang kuminum karena terkejut mendengar pertanyaan Pak Baekhyun. Aku menerima tisu yang diberikan Pak Baekhyun untuk membersihkan mulut.

"Maaf," ucapku lirih.

Pak Baekhyun mengambil tisu lagi. Dengan penuh pengertian dia membantu membersihkan mulutku yang belepotan karena jus.

"Kenapa Bapak tadi mencium saya?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibirku. Aku ingin tahu apa arti ciuman tadi? Apa Pak Baekhyun juga mencintaiku? Apa salah jika aku berharap lebih karena dia sudah tahu perasaanku yang sebanarnya?

Pak Baekhyun tersenyum. "Jadi ini yang membuatmu cemberut sejak tadi?"

Astaga, kenapa dia malah balik bertanya?

"Bapak jawab saja pertanyaan saya!" ucapku sedikit ketus. Jujur, aku kesal karena Pak Baekhyun tidak segera menjawab pertanyaanku.

"Kamu masih butuh jawaban?"

"Iya," jawabku cepat.

My Lovely TeacherOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz