Diantara Rinai Dosa

Começar do início
                                    

-------------------

Seperti biasa, selepas shalat zuhur semua karyawan makan bersama di lantai bawah. Satu ruangan yang cukup luas disulap seperti kantin. Duduk lesehan dengan meja- meja pendek di hadapan mereka.

Semua asyik menikmati makan siang sambil mengobrol. Arinda hari itu, lebih banyak diam. Rona ketakutan masih tampak di wajahnya. Gara-gara seekor kecoa membuat ia jadi sedikit pusing. Ia paksa menjejalkan makanan ke mulutnya.

Umar duduk beberapa meter darinya. Ia sedang makan sambil ngobrol dengan Rony dan karyawan pria lainnya. Posisinya pas menghadap Arinda. Sesekali matanya melirik ke Arinda yang tampak lesu.

"Oh iya, tolong dengarkan semua!" Suara Umar membuat orang-orang berhenti bicara.

"Minggu ini, kita weekend ke pantai. Sebagai bentuk mempererat silaturahim dan kebersamaan para karyawan. Diharapkan semua bisa hadir."

"Horeeee." Desi girang mendengarnya. Begitu juga dengan yang lain.

"Sewain mobil gak, pak? Biar kompakan perginya." tanya Desi.

" iya, kendaraan akan disediakan. Jadi bisa pergi barengan." sahut Umar yang disambut bahagia oleh karyawan nya.

"Dan boleh membawa keluarga." lanjut Umar sembari melirik Arinda yang tampak biasa saja.

"Asyik." celetuk para karyawan,senang.

" Dan yang punya anak silahkan membawa anaknya." Umar menatap Arinda dengan tajam.

Arinda sedikit terganggu dengan ucapan Umar. Seperti ingin menyindirnya. Nafsu makannya semakin melayang jauh. Ia merasa perutnya penuh. Dibalasnya tatapan Umar beberapa detik. Lalu ia berdiri dari duduknya dengan membawa piring makanannya. Ia berjalan ke dapur kantor  yang berseberangan dengan ruang makan.

Arinda membuang sisa makanannya ke plastik sampah.

" Jangan sering-sering buang makanan. Mubazir !"

Arinda  terkejut. Entah sejak kapan Umar berdiri di pintu dapur dengan piring kotor di tangakakinya. Arinda cepat- cepat menyembunyikan keterkejutannya. Ia bergegas menuju wastafel.

"Awas ada kecoa di kaki kamu!" Umar meledek.

Arinda kaget, dan langsung menatap ke arah kakinya. Tidak ada apa-apa. Arinda mendelik.

"Gak lucu." gumamnya kesal. Umar mendengar ucapannya.

"Saya emang lagi gak ngelucu." sahut Umar yang sedikit menyunggingkan senyuman.

Arinda kesal. Ia memutar kran air dan mulai mencuci piringnya.

"Sebegitu takutnya kamu sama kecoa." ledek Umar.

Arinda diam saja.

" Pas ke pantai nanti, ajak saja anak mu. Biar teman- teman tau kamu sudah punya anak."

Arinda tak menyahut. Ia telah selesai mencuci piringnya. Ia matikan kran air.

"Saya sudah selesai. Permisi." Arinda menatap Umar sebentar.  Umar sedikit menggeser tubuhnya agar Arinda bisa lewat. Umar kembali menyunggingkan senyum melihat ekspresi Arinda yang sedikit kesal.

------------------

Weekend pun tiba.

Semua asyik menikmati suara ombak yang terdengar begitu indah. Angin bertiup lembut menyapu wajah dan sedikit mengibarkan jilbab- jilbab yang menjuntai menutupi tubuh para wanita berhijab.

Umar tampak sibuk membuat bara api di tempat pembakaran yang ia bawa dari rumah.

Rony sedang memasang nett untuk bermain voli, dibantu oleh dua karyawan pria.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Onde histórias criam vida. Descubra agora