Diantara Rinai Dosa

12.5K 423 15
                                    

Empat bulan terbaring koma, dan empat bulan juga usia janin di rahim Arinda.
Hal yang memilukan, gadis itu belum menikah.

Abah Arinda begitu marah mengetahui putrinya yang santun itu hamil.
Dua minggu setelah peristiwa kecelakaan itu, dokter memberitahukan abah dan ibu bahwa Arinda mengandung.

Abah begitu terpukul, pun ibu Arinda. Tak percaya dengan apa yang terjadi.

Bagaimana mungkin, Arinda yang dikenal kalem, aktifis dakwah saat di kampus, rajin ibadah tak pernah pacaran, bisa hamil sebelum menikah???

Abah yang diliputi kekecewaan dan amarah, enggan menjenguk Arinda lagi. Hanya ibu dan adik lelaki Arinda saja yang menjenguk Arinda selama terbaring di rumah sakit.

"Aku tidak ingin melihatnya lagi." ucap abah penuh dengan kecewa.

"Tapi bah....dia tetaplah anak kita," sahut ibu lirih.

Abah yang keras kepala dan emosional menghela nafas, lalu berdiri dari duduknya.

"Kalau nanti dia sadar, jangan kamu bawa pulang kemari. Aku tak mau melihatnya!" Abah berjalan melewati istrinya yang masih terduduk di sofa tua berwarna biru dengan isak tangis yang menjadi-jadi.

Lelaki berambut tipis dengan sedikit uban itu masuk ke kamarnya dan membiarkan sang istri terus menangis.

-----------

Setelah dinyatakan sehat, Arinda akhirnya bisa pulang.

Bahagia karena Allah masih memberikan kehidupan padanya. Namun, sedih dan malu pun berkecamuk di hatinya disebabkan kehamilannya.

Dokter sudah memeriksa kembali kandungan Arinda, dan bayi tersebut sudah berusia empat bulan.
Kondisi bayinya sehat dan berkembang dengan baik. Namun, dokter meminta Arinda untuk rutin memeriksakan janinnya.

Dokter yang merawat Arinda selama koma, sempat khawatir dengan janin Arinda. sebab ia hamil saat koma, dimana asupan hanya diperoleh dari cairan infus. Tapi rupanya, Allah memberikan kesehatan pada janin Arinda.

Dokter kandungan Arinda berharap janin yang dikandungnya tak memiliki masalah apa pun, dan bisa lahir dalam kondisi sehat.

Ibu dan Arinda pun pergi meninggalkan rumah sakit hari itu.
Hujan tengah melanda kota minyak dengan rinai-rinainya yang manja.

Arinda dan ibunya duduk saling diam di dalam taxi online yang meluncur perlahan. Sore itu jalan cukup padat.

Hati dan pikiran Arinda kacau. Ia seperti tak bisa berpikir jernih. Matanya sembab, wajahnya layu. Sejak sadar, Arinda banyak menangis saja. Seminggu dirawat di ruang rawat inap, Arinda juga lebih banyak diam.Ia hanya beristighfar dalam hati, memohon ampun kepada sang Pemilik Alam.

Dan kepiluan itu semakin menjadi, saat ia tahu bahwa Dony,pria yang akan menikahinya meninggal.

Dony meninggal ditempat saat peristiwa kecelakaan itu.

"Ya Rabb...kenapa seperti ini?" Arinda bergumam dalam hati.

Matanya yang mulai basah menatap ke luar jendela mobil. Hujan masih menghiasi sore yang sendu.

Ibunya hanya diam. tatapannya tanpa arti, menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah putrinya.

"Andai saja..." Arinda kembali berujar dalam hati.

Pikirannya melayang ke empat bulan yang lalu.

---------------

Pagi itu, Dony datang ke rumah Arinda. Ia mau menjemput Arinda untuk fitting gaun pengantin yang sudah dipesan oleh  mamanya Dony.

Diantara Rinai Dosa (Sudah terbit) Där berättelser lever. Upptäck nu