Bab. 6

7.2K 654 17
                                    

"Mau sampai kapan kau seperti ini, Ding Jian Rui?", Meng Xiang Jia yang baru saja tiba, berdiri di hadapan Ding Jian Rui yang tengah melamun dan masih sering membenturkan kepalanya sendiri ke tiang. Dan sukses membuat Meng Xiang Jia merasa kesal dan jengkel di saat bersamaan, "Apa dengan kau melamun, berguman dan membenturkan kepalamu ini kau akan bisa mengembalikankan waktu? mengembalikan kedua orang tua dan adikku?!",

Selesai, Meng Xiang Jia berbalik dan hendak pergi, tapi dua tangan besar dan kekar tiba-tiba melingkar di perutnya dari balik punggung, memeluknya dengan sangat erat, dan pelakunya adalah Ding Jian Rui, pria itu bahkan kini menyeruakan kepalanya, dan menempatkan dagu-nya di bahu Meng Xiang Jia, menghembuskan napasnya dengan perlahan, membuat Meng Xiang Jia bergidik.

"Aku tau, Xiang Jia. Aku tidak bisa mengembalikan waktu, mengembalikan raja dan ratu Cu, juga adikmu. Dosa ini, tidak akan pernah bisa kutebus, bahkan dengan kematianku sendiri bukan? Tapi Xiang Jia, apa kau tau, hati ini---entah kenapa, untuk pertama kalinya berdenyut nyeri, sakit ketika kau mengatakannya, padahal entah sudah berapa banyak orang yang mengatakan hal serupa padaku, Xiang Jia. Ibu bilang padaku, aku jatuh cinta, apa itu mungkin, Xiang Jia? Aku---Ding Jian Rui, jatuh cinta pada perempuan yang membenci diriku!",

Ding Jian Rui semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh rapuh Meng Xiang Jia, menciumi leher jenjang Meng Xiang Jia yang putih dan juga polos.

"Xiang Jia, beri aku kesempatan, bolehkah? Bantu aku melepaskan sakit ini, sembuhkan aku, Meng Xiang Jia, Putri Cu yang membenci diriku, sang Jendral terhormat yang brengsek ini!", Seru Ding Jian Rui membalikan tubuh Meng Xiang Jia dan mencengkram kedua lengan perempuan itu.

Memberinya kesempatan?

Meng Xiang Jia membuang pandangannya kearah lain, memilih untuk menghindari tatapan intens dan penuh pengharapan dari sepasang mata gelap Ding Jian Rui. Memberi Ding Jian Rui kesempatan kedua, apa itu baik? Dia pembunuh orang tua dan adiknya, dia tidak pantas diberikan kesempatan kedua, tidak sama sekali!

Deg...

Deg...

Deg...

Tapi, kenapa---

Kenapa jantungnya berdetak begitu cepat seperti ini?

"Lepas.",

Ding Jian Rui terdiam, mempertahankan pandangannya pada Meng Xiang Jia, begitu juga dengan Meng Xiang Jia yang masih memandang kearah lainnya. Merasa diabaikan, Ding Jian Rui menarik tubuh Meng Xiang Jia kearahnya, merundukkan wajah tampannya dan mencium bibir munggil Meng Xiang Jia tanpa di duga.

Hentikan---

Deg...

Deg...

Deg...

"Le--hmp!", Tangan Meng Xiang Jia terus mencoba untuk mendorong Ding Jian Rui mundur, sesekali dia akan memukulinya, namun sia-sia saja, dia kalah kuat.

Plak!

Ding Jian Rui melepaskan ciumannya, ketika merasakan sesuatu yang terasa amis dan asin di dalam mulutnya, mendapati bahwa Meng Xiang Jia ternyata mengigit lidahnya ketika dia berusaha untuk memaksakan lidahnya masuk ke dalam mulut Meng Xiang Jia.

"Nakal.", Seringai Ding Jian Rui menyesap darahnya sendiri, menatap Meng Xiang Jia yang berlarian pergi dengan penuh kemarahan dan wajah yang memerah.

***

Nakal.

Meng Xiang Jia berlari ke dalam kamarnya, tepatnya kamarnya dan Ding Jian Rui.

Mengatur napasnya, Meng Xiang Jia mendudukkan diri di tepian ranjang, memegangi bibirnya yang terasa bengkak. Mulutnya sedikit terbuka dengan napas terengah-engah, rasa mual yang ditahannya sejak dari tadi tidak dapat dia tahan lagi, dan segera dia muntahkan tadi di tengah perjalanan.

"Xiang Jia, kau baik-baik saja?", Itu ibu mertuanya yang barusan saja bertanya.

Meng Xiang Jia hanya mengangguk, mengusap dadanya.

Rasa mual masih menguasai dirinya, dan ini sudah berlangsung sejak beberapa hari terakhir, dia sering merasa mual, bahkan hanya karna mencium wewangian, anehnya, dia malah menyukainya ketika dia menuju ke dapur dan mendapati aroma menusuk tahu busuk yang difermentasikan oleh ibu mertuanya beberapa bulan lalu.

Buktinya, pagi ini dia sarapan sebanyak 5 mangkuk nasi hanya mengunakan tahu busuk sebagai lauknya.

"Xiang Jia--apa mungkin kamu---", Ibu mertuanya terlihat tersenyum ceria, dan penasaran.

Sebaliknya, Meng Xiang Jia malah binggung dan heran. Mengendikan bahunya, bertanya, "Mungkin apa, ibu?",

Ibu mertuanya itu mendudukkan dirinya disamping Meng Xiang Jia, meraih tangannya.

"Apa--kamu masih mendapatkan tamu bulananmu, bulan kemarin????", Tanya ibu mertuanya ragu.

Meng Xiang Jia memiringkan kepalanya, terlihat tengah berpikir-pikir. Lalu tiba-tiba membulatkan matanya, sementara ibu mertuanya tersenyum senang, dia membawa Meng Xiang Jia kedalam pelukannya, dan mengucap syukur yang banyak pada sang pencipta.

"Xiang Jia, kau---kau mungkin saja hamil...", Ibu mertuanya menjelaskannya sekali lagi, dan memberitahukan ciri-ciri seorang perempuan yang tengah mengandung seperti apa.

Dan semuanya sesuai dengan kebiasaan Meng Xiang Jia akhir-akhir ini.

"Ibu akan memberitahukannya pada yang lain dan memanggilkan tabib untuk memeriksamu, sekarang kamu beristirahatlah, jangan sembarangan bergerak, mengerti? Ibu akan meminta Rui'er menemani dirimu disini...", Tukas ibu mertuanya kemudian tanpa mendengarkan protesan dari Meng Xiang Jia langsung menghilang dari balik pintu kamarnya.

Hah, dan disinilah dia, Ding Jian Rui duduk di tepian ranjang dengan tatapan ragu dan canggung, begitu juga dengan Meng Xiang Jia yang sama canggungnya.

"Terima kasih.",

Meng Xiang Jia menolehkan wajahnya, menatap Ding Jian Rui yang juga menatapnya, dengan tatapan penuh syukur.

"Untuk apa?", Tanya Meng Xiang Jia balik.

Ding Jian Rui menjulurkan tangannya dan mencoba untuk menyentuh perut datar Meng Xiang Jia, dan kemudian berkata : "Untuk memberikanku sebuah kebahagian dan rasanya jatuh cinta, aku harap dengan kehadirannya, hubungan ini dapat diperbaiki...",

Plak.

"Jangan harap, Ding Jian Rui. Belum tentu juga aku sedang mengandung, dendam tetap dendam!",

Ya, dendam tetap dendam.

Tapi jatuh cinta---?

Apakah akan tetap cinta?

Tbc.


[COMPLETED] Only Married JiāngjūnWhere stories live. Discover now