Bencana

3.4K 258 2
                                    

Tok-Tok-Tok

Mataku membuka perlahan. Berat sekali rasanya mata ini untuk bisa terbuka seluruhnya. Siapa sih, orang yang ngetok pintu apartemenku di jam 4 sore gini?

Mas Dion atau Mas Taufan? Seharusnya mereka tahu dong, ini kan jam-nya aku istirahat.

Jordie? Aku rasa bukan. Soalnya jam segini itu, dia udah mejeng di fitness centre. Biasalah, mau cari mangsa baru buat diisep katanya.

Cklek.

"Kak Kenny?" Mataku langsung segar saat melihat siapa orang yang barusan mengetuk pintu kamarku.

"Gak baik tidur sore-sore gini. Bisa ketindihan loh.."

Wajahku pun memerah. Kupikir dia yang akan menindihku.

"Jangan ngeres." Dia mengacak rambutku dan masuk ke dalam apartemenku. "Maaf ya, gak bisa nganterin kamu pulang, Dir."

Kubuatkan dia segelas sirup leci dingin. Dan kubawakan cemilan martabak asin pemberian Mas Taufan semalam, yang cuma kumakan sepotong.

"Makasih." Kak Kenny pun meminum sirup dingin itu dan menyisakan separuh gelas. "Gantian kamu yang minum."

"Hah..?"

"Biar melek, nih minum.."

Glek-Glek-Glek...

"Haus kan? Pasti kamu kurang minum. Jadinya lemes gini."

Aku tiduran diatas pangkuannya. Meskipun udah seharian beraktifitas, tapi celana dan baju Kak Kenny masih wangi pengharum pakaian. Inilah yang membuatku betah tiduran lama-lama diatas pahanya.

Sambil menonton acara tv yang gak jelas, dia menyuapiku martabak. Aku pun iseng dengan membuka lebar mulutku, dan menghisap jarinya.

"Katanya jangan mesum."

"Hhehe.." Aku cuma terkekeh.

Kulihat hapeku. Jordie mengirimiku WA. Dia mengirim foto seorang cowok. Dan Kak Kenny langsung mengenalinya.

"Si Jordie itu apa spesialnya ya? Kalo dibandingin sama kamu, jelas jauh banget."

"Iya dong."

Kak Kenny mencubit hidungku gemas.

"Awas ya kalo kamu sampai nakal.."

"Bukannya Kak Kenny yang nakal?! Sama cewek-cewek itu gimana?"

"Abisnya, kamu kan gak mau dinakalin. Lagian, kalopun boleh -- bisa-bisa nanti aku habis sama dua orang bodyguardmu itu."

Tok-Tok-Tok

"Den, masih tidur ya?"

Aku memutar bola mataku. Mas Dion itu, gak bisa ngeliat orang lagi senang ya?!

Tadinya aku mau bangkit dan membukakan pintu. Tapi Kak Kenny malah menarik dan mencium bibirku. Agak lama, bibir kami saling berpagutan. Bertukar ludah. Dan hampir aja kami keterusan.

"Lumayan.." Kak Kenny tersenyum nakal padaku.

Cklek.

"Ohh ada tamu, pantas saja lama."

"Gak usah berpikiran macem-macem deh, Mas!"

Mas Dion terkekeh aja. Dia masuk dan tetap berbasa-basi ringan sama Kak Kenny. Untung aja Mas Dion itu cowok straight dan dia profesional dalam pekerjaannya.

Mau aku tiduran diatas pangkuannya Kak Kenny, sampai aku mandi bareng pun, sikap Mas Dion tuh biasa aja. Gak kaya Mas Taufan yang sekarang rambutnya dicukur cepak ala tentara itu.

A Promise [T.A.M.A.T]Where stories live. Discover now