Starting

3.7K 285 6
                                    

Tok.. Tok.. Tok..

Kupikir orang yang mengetuk pintu kamarku itu Jordie, sebab sore ini kami berdua janjian mau ke toko buku.

Tapi setelah kubuka, ternyata orang itu adalah..., 'dia!.

"Baru selesai mandi?"

Wajahku rasanya panas. Aku malu bukan main karena saat ini aku cuma memakai handuk yang dililit menutupi bagian bawah tubuhku saja.

"Boleh masuk?"

Aku menggeleng. Lalu kudorong menutup kembali pintu kamarku. Aku malu bercampur deg-degan. Kuingat sepasang matanya yang menyorot tajam pada tubuh toplessku.

Gak mungkin! Gak mungkin kalau dia itu suka, apalagi sampai terangsang ketika melihatku bertelanjang dada.

Aku memakai kaos abu-abu kebiruan, dengan celana pendek seadanya. Lalu kubuka kembali pintu apartemenku.

"Udah?"

"Kak Kenny ada perlu apa?"

"Cuma mau nengok. Takutnya kamu kenapa-kenapa."

Dia lagi gak berkata bohong kan? Ini bukan salah satu rencananya untuk menjebak dan mempermalukanku kan?

"Mau keluar?"

"Iya."

Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Sama Arga?"

"Enggak. Sama Jordie."

"Tadi aku gak sengaja papasan. Dia lagi sama cowok. Kayaknya sih lebih tua. Tingginya --- samalah kayak aku."

Firasatku jadi gak enak. Aku kembali masuk, dan kuraih hapeku. Puluhan notif pesan dan panggilan WA dari Jordie memenuhi layar hapeku.

Kuhubungi balik dia saat itu juga.

Ttutt... Ttutt...

"Kamu dimana?"

'Mangkanya lo kalo mandi jangan kayak penganten! Gue gedor-gedor aja lo gak denger!'

"Kamu sama siapa?"

'Jhono. Gue ada urusan dulu. Nanti gue balik lagi.'

Klik!

Kak Kenny masih memperhatikanku dari ambang pintu. Pakaian apapun yang dikenakannya, tidak akan bisa mengubah wajah tampan dan auranya yang mempesona itu.

"Kamu suka makan di warung tenda atau restoran?"

"Di kantin bawah."

"Ckckck, maksudnya -- aku mau ngajakkin kamu makan di luar, Dira."

"Dimana aja, terserah.."

Dia mendekatkan wajahnya padaku. "Yakin? Kalo aku ajak makan di kuburan, kamu masih mau?"

Aku mengangkat bahu. Senyumku pastilah jelek banget. "Selama sama Kak Kenny, aku sih oke-oke aja."

Dia memegang kepalaku dengan senyumnya yang indah dan menusuk sampai relung hatiku.

Aku pun mengekor di belakangnya. Selama jalan berduanya, aku selalu tak pernah jalan sejajaran dengannya. Karena aku malu dengan penampilanku yang jelek ini.

"Hmmm..., kita naik grab aja ya. Aku lagi males bawa mobil."

"Bukannya di depan kampus itu kalau udah sore gini banyak yang jualan ya, Kak?"

Bukannya menjawab, dia malah serius dengan hapenya. Rupanya dia sedang memesan grabcar. Padahal yang kutahu, mobilnya aja ada 3. Itu yang kutahu ketika Kak Fahmi yang menceritakannya padaku. Entahlah apa maksudnya, Mungkin dia ingin pamer. Atau mungkin, supaya aku tertarik dengan sahabatnya itu?

A Promise [T.A.M.A.T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang