(34 Minggu) - Mama Lee

2.6K 343 55
                                    

"Aku diprediksi akan melahirkan minggu depan."

Jisoo berbaring di sofa ruang tengah sambil mengelus perut buncitnya. Perut besar yang sebentar lagi akan mengeluarkan dua buah cinta yang sudah ia dan keluarga tunggu selama beberapa bulan. Jisoo tentu saja sangat tidak sabar menunggu momen yang membahagiakan nanti.

Si manis itu sedang menunggu ibu mertuanya yang sibuk berkutat di dapur. Menunggu jus mangga buatan nyonya Lee yang menjadi favorit Jisoo sejak ia menikah dengan Seokmin. Bukannya Jisoo bersikap tidak sopan, tapi ini sudah menjadi permintaan nyonya Lee sendiri.

Wanita paruh baya itu memutuskan untuk membantu Jisoo minggu ini. Bergantian untuk menjaga Jisoo dengan nyonya Hong yang sudah mendapat gilirannya minggu kemarin, sekaligus menyadarkan Seokmin untuk tidak mengikuti nafsunya dalam menyerang Jisoo.

Seokmin lagi-lagi sibuk membereskan perlengkapan yang akan Jisoo bawa. Dimulai dari baju bayi, popok, dan beberapa perlengkapan lainnya yang akan dibutuhkan oleh bayi mereka. Serta semua keperluan yang akan Jisoo butuhkan di rumah sakit nanti. Semuanya sedang Seokmin bereskan di dalam dua koper besar yang memuat banyak barang.

Dan tentu saja hal itu membuat bayi besar Jisoo terus cemberut karena tidak bisa bermanjaan dengan mama kucingnya.

"Jus mangga untuk mama Lee generasi kedua!" Ibu Seokmin datang dengan segelas jus mangga dan biskuit stroberi yang biasa menjadi camilan Jisoo di rumah. "Kau harus habiskan ya, Jisoo!"

Jisoo menerimanya dengan senang hati. "Terima kasih, ibu. Maaf merepotkan."

"Kau selalu saja begitu, Soo. Aku kan juga ibumu. Wajar saja aku akan perhatian pada anak sendiri, kan?"

Jisoo terkekeh geli. Dia dan nyonya Lee meminum minuman yang sudah wanita itu buat. Jisoo dengan jus mangganya dan nyonya Lee dengan teh melati yang sudah Jisoo stok di rumah. Teh celup beraroma melati memang menjadi kesukaan tersendiri untuk ibu dari Lee Seokmin itu.

Seokmin yang mendengar suara kekehan mereka dari dalam kamar langsung mengerucutkan bibir. Kok jadi dia yang dilupakan?

"Padahal aku yang anak kandungnya, tapi malah aku yang didiamkan."

Seokmin sengaja mengeraskan suara. Sengaja agar sang ibu mendengar ucapannya yang sangat cemburu ketika nyonya Lee begitu perhatian pada Jisoo. Sifat kekanakan Seokmin memang begitu kuat hingga ibunya hanya menghela napas panjang. Dia jadi malu pada Jisoo, sementara Jisoo sendiri tidak bisa menahan tawa ketika Seokmin sedang dalam mode ngambek saat ini.

"Sayang, ayo kesini! Kau pasti lelah, kan? Ibu juga membuatkanmu teh." Suara halus Jisoo begitu menenangkan hati. Mengajak Seokmin untuk bergabung mungkin tidak terlalu buruk untuk mengobati luka kecil yang Seokmin rasakan.

Seokmin kesal karena nyonya Lee menyuruhnya untuk berbenah rumah, sama seperti perintah nyonya Hong seminggu yang lalu.

Seokmin langsung bergabung ke ruang tengah tanpa berpikir panjang. Memakan beberapa camilan yang sudah terhidang, sekaligus mengambil biskuit stroberi kesukaan Jisoo. Hal itu langsung membuat Seokmin mendapat pukulan di tangannya.

"Itu punya Jisoo, dasar kuda!"

Seokmin semakin cemberut. Entah kenapa kehadiran dua ibu dalam dua minggu terakhir membuat posisi Seokmin terancam. Dia selalu berakhir dengan melakukan banyak pekerjaan rumah yang seharusnya Jisoo lakukan. Atau sekedar memberikan perhatian kepada Jisoo dengan begitu berlebihan.

Seokmin kan juga ingin diperhatikan!

Tapi, Seokmin berpikir lagi. Dia menatap Jisoo perlahan. Rasa egoisnya mulai mereda ketika melihat Jisoo memakan biskuit stroberinya. Wajar jika Jisoo mendapat banyak perhatian dari sekitar dan bantuan dari suaminya sendiri. Jisoo kan tidak bisa melakukan semua pekerjaan rumah sekarang, perut besarnya selalu mengganggu dan Jisoo juga mudah lelah.

Harusnya Seokmin mengerti, bukan?

"Kalau Jisoo sudah melahirkan nanti, jangan terlalu bersikap kekanakan, oke?" Ibu Seokmin membuka suara. "Kau harus banyak membantunya. Karena dia butuh bantuanmu."

Seokmin mengangguk paham. Dia merotasikan mata dengan malas ketika Jisoo sudah mengikuti pinggangnya. Kucing manis itu terkikik geli mendengar ucapan sang ibu mertua. Kalau sudah begini Seokmin hanya bisa menurut, bukan?

"Baik, bu."

"Tahan nafsumu juga. Jisoo pasti sangat sibuk dengan dua bayi. Jangan menyusahkannya dengan hormon berlebihanmu itu!"

Seokmin berdeham pelan. Sedangkan Jisoo mulai merasakan geli pada perutnya yang terasa menggelitik.

Seokmin jadi ikut tersenyum ketika ocehan ibunya itu mendapat respon dari dalam perut Jisoo. Sebuah tendangan bisa terasa oleh si manis ketika ia hampir tersedak biskuit stroberi. Terlihat seperti si kembar yang ingin ikut berbincang dengan neneknya sebelum ia dilahirkan.

"Rupanya ada yang ingin ikut mengobrol." Usapan tangan Seokmin di perut Jisoo terasa begitu halus. Sebuah tendangan kembali dirasakan ketika Seokmin mengatakan hal itu.

Nyonya Lee memekik pelan, "sepertinya mereka sudah tidak sabar melihat papa kudanya."

Kalau Seokmin tidak ingat kalau wanita itu adalah ibunya, sudah dipastikan wanita itu akan mendapatkan semprotan dari Seokmin. Huh!

Ah, mereka jadi tidak sabar dengan kehadiran si kembar minggu depan.

-Hola Mamá-

































Chapter depan ending ya

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang