(31 Minggu) - Perpustakaan

2K 334 29
                                    

"Sabuk pengaman?"

Jisoo mengangguk.

"Bantal leher?"

Jisoo mengangguk lagi.

"Bantal untuk bersandar?"

Jisoo kali ini berdecak mendengar ucapan Seokmin. "Ck, kau kenapa bawel sekali, sih? Kita tidak akan pergi jauh!"

Seokmin mengerutkan dahi. "Tapi tetap saja kau harus duduk dengan nyaman, Sayang. Patuhi aku atau kita tidak jadi pergi!"

Jisoo akhirnya dengan terpaksa menuruti semua permintaan Seokmin. Dia kesal karena Seokmin terlalu banyak mengaturnya pagi ini. Berawal dari seruan Seokmin agar Jisoo memakan sarapannya, yang didominasi oleh sayur-sayuran.

Jisoo kesal karena Seokmin terus memerintahnya. Semalam, Seokmin meminta Jisoo untuk tidak makan daging terlalu banyak. Beberapa hari hari yang lalu juga Seokmin meminta Jisoo untuk tidak menonton drama dan menyarankan agar Jisoo rajin berolahraga meskipun di rumah.

Jisoo kan kesal!

Dan pagi ini, Seokmin kembali berulah. Setelah memaksa Jisoo untuk memakan banyak sayuran sebagai menu sarapan, si bangir itu juga mengatur semua yang akan Jisoo bawa. Dan ancaman Seokmin selalu sama, dia tidak akan mengajak Jisoo pergi ke perpustakaan jika Jisoo memberontak.

Makanya Jisoo langsung menuruti semua keinginan Seokmin. Dia harus menahan emosi agar tidak memukuli suaminya. Daripada dia tidak jadi pergi ke perpustakaan, lebih baik dia menahan semua amarahnya, bukan?

"Iya, Seokmin. Maaf."

"Jangan lupa minum susu!" Seokmin menyalakan mesin mobil. "Aku juga sudah membawa biskuit untuk camilan kau nanti. Jadi, jangan merengek lapar jika kita sudah sampai. Mengerti, kucing gembul?"

Tuh kan, Seokmin mulai bawel lagi!

-Hola Mamá-

Jisoo tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika Seokmin benar-benar membawa Jisoo ke perpustakaan. Tempat dimana mereka melakukan kencan pertama, menjadikan perpustakaan kota ini sebagai tempat bersejarah bagi mereka sejak masa berpacaran dulu.

Jisoo sangat menyukai buku. Baik buku pelajaran sampai buku cerita fiksi yang sering dia baca. Jisoo biasanya akan menghabiskan waktu hingga tiga jam lebih hanya untuk membaca buku di perpustakaan. Makanya Seokmin sempat bosan saat berpacaran dengan Jisoo dulu.

Tapi karena dia terkenal bucin, akhirnya Seokmin dengan senang hati mengantarkan Jisoo ke tempat yang dia suka. Seperti sekarang ini. Saat dimana Seokmin sudah resmi berstatus sebagai suami Jisoo, dia lagi-lagi hanya menjadi ekor dari kucing gembulnya itu.

"Seokmin, ambilkan buku itu!" Jisoo menunjuk sebuah buku yang terletak lumayan tinggi. Sebenarnya Jisoo bisa mengambil buku itu jika ia sedikit melompat. Tapi, mana mungkin Jisoo melompat dengan perut sebesar itu?

Seokmin dengan sabar mengambil buku-buku yang Jisoo tunjuk. Si bangir itu dengan tabah mengikuti kemana pun Jisoo pergi. Kucing gembulnya memang sangat aktif di tiga tempat.

Jisoo sering menghilang sendiri jika sudah berada di pasar, supermarket, dan perpustakaan. Tiga tempat yang membuat Jisoo menjadi lincah seketika.

Tak tanggung, Jisoo sudah memilih lima buku yang akan dia baca. Masing-masing buku memiliki ketebalan lebih dari 150 halaman. Seokmin mendesah pelan. Pasti mereka akan tinggal lebih lama di perpustakaan ini!

Seokmin mulai bosan saat mereka menemukan tempat duduk yang sangat sesuai. Tempat duduk itu adalah saksi hubungan Jisoo dan Seokmin yang masih seumur jagung. Semuanya masih berada di posisi sebelumnya, tidak ada yang berubah.

"Aku ingat saat kau mendengkur di sini, Seokmin. Kau membuatku malu saat itu." Jisoo membuka percakapan dengan sedikit berbisik.

Posisi mereka saat ini adalah Jisoo yang tengah bersandar pada lengan kekar Seokmin sambil membaca buku. Jisoo memang tidak tahu tempat kalau ia sedang dalam mode manja.

"Kau menyesal membawaku ke sini ya saat itu?" pekik Jisoo. Matanya masih terfokus pada buku, meskipun mulutnya sudah sibuk mengajak Seokmin berbicara.

Seokmin mendaratkan ciuman di puncak kepala Jisoo yang bersandar. "Tidak, Sayang. Aku tidak pernah menyesal jika itu dilakukan bersamamu."

"Gombal!"

Seokmin terkekeh. Dia dan Jisoo mulai mengobrol mengenang masa-masa manis mereka saat masih berpacaran. Seokmin yang sangat agresif dan Jisoo yang begitu pemalu. Bahkan kencan mereka pun didominasi dengan keheningan. Seokmin tertawa jika ia mengingat masa kelamnya dulu.

"Aku hanya bisa memandang wajahmu saat membaca buku. Rasanya tenang sekali bisa melihat pujaan hatiku dari jarak yang begitu dekat." Seokmin menciumi rambut Jisoo yang memiliki aroma stroberi.

"Hentikan, Seokmin. Kau membuatku geli!"

"Tapi aku serius, Jisoo. Aku benar-benar senang saat kau menerima ajakanku kala itu. Kau lebih memilih pergi bersama laki-laki nakal sepertiku daripada dengan mantan konyolmu itu."

Jisoo mendengus. "Jonghyun bukan mantanku!"

"Tapi dia terus mengikutimu kemanapun kau pergi. Bahkan aku sempat putus asa karena dia terlalu dekat denganmu!"

Jisoo menutup bukunya dengan kasar. "Sudah kubilang, jangan bicarakan Jonghyun. Kau sangat menyebalkan jika sudah membahasnya."

"Jadi kau membela mantanmu itu?"

"Dia bukan mantanku, Lee Seokmin!"

"Tuh kan, kau malah membentakku demi membela Jonghyun!"

"MASALAH RUMAH TANGGA TIDAK BOLEH DIBICARAKAN DI TEMPAT INI!"

Seokmin dan Jisoo sontak terdiam mendengar sentakan itu. Mereka dengan kompak menutup mulut masing-masing ketika penjaga perpustakaan menegur mereka yang sudah mengganggu ketertiban di dalam ruang baca.

Mereka bodoh sekali. Malah bertengkar mengenai masa lalu dengan suara keras di dalam perpustakaan!

Seokmin dan Jisoo semakin malu ketika penjaga perpustakaan itu mendekat ke arah mereka. Seorang laki-laki tua dengan kacamata tebal, rupanya masih mengenali Seokmin dan Jisoo hingga sekarang ini. Siapa yang tidak tahu pasangan yang sangat fenomenal seperti mereka?

"Ah, jadi kalian sudah menikah sekarang?" serunya sambil menepuk pundak Seokmin dengan keras. "Kau hebat bisa mendapatkan malaikat sepertinya. Dia bahkan sedang mengandung anakmu. Padahal saat SMA dulu, kau adalah seorang iblis yang tersesat di sini, kan? Kenapa dia mau dengan orang sepertimu, ya?"

Jisoo tidak bisa menahan tawa mendengar penuturan pria tua itu. Pria yang sudah sangat hapal dengan kenakalan Seokmin. Karena laki-laki bangir itu sering membuat gaduh dimana saja. Termasuk di perpustakaan ini.

Seokmin hanya tersenyum kaku. Mana mungkin kan dia membalas ucapan pria tua ini?

"Dasar kuda liar!" kikik Jisoo kecil. Memang pada dasarnya Seokmin liar. Makanya dia memang terlalu bersemangat dalam melakukan apapun.

"Hahaha... Apa, sih?"

-Hola Mamá-






























Cie kangen work ini .g

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang