(25 Minggu) - Khawatir

2.9K 391 66
                                    

Malam Minggu yang membuat Jisoo kesal setengah mati.

Awalnya, si manis itu tengah berencana untuk mengunjungi Jeonghan untuk sekadar bertanya keperluan apa saja yang akan diperlukan dalam proses persalinan nanti. Sekaligus ingin bermain bersama Choi Yoonhee, anak dari pasangan Jeongcheol, Jisoo hanya mendengus kesal ketika hujan besar menghambat acaranya. Pokoknya kesal sekali!

Sebenarnya, Jisoo bisa saja menelepon Jeonghan. Tapi, tetap dia ingin bertemu Jeonghan. Karena menurutnya, bertemu langsung akan lebih menyenangkan dibanding harus berbicara lewat telepon. Jisoo hanya memutar beberapa channel televisi karena ia sedang bosan. Seokmin yang melihatnya merasa khawatir.

Keadaan Jisoo sedang tidak baik hari ini. Dia selalu marah-marah, dan berakhir dengan acara merajuk agar Seokmin menuruti semua keinginannya. Baru saja siang tadi Seokmin membereskan rumah mereka secara keseluruhan, sedangkan Jisoo hanya asyik menonton televisi!

Dihampirinya Jisoo yang sedang memasang wajah cemberut sambil menonton televisi. Kucing gembul itu terlihat lebih menggemaskan ketika ia menggembungkan pipi. Entah apa maksudnya, tapi Seokmin langsung menggigit pipi Jisoo tanpa izin darinya.

Plak!

"Kau apa-apaan, sih?" Jisoo semakin kesal dengan tingkah Seokmin yang menurutnya sangat jorok. Apa-apaan dengan pipi gembul Jisoo yang digigit seperti itu?

"Kau sih, cemberut seperti itu. Tadinya aku hendak menggigit bibirmu karena kau terlalu imut."

Jisoo langsung mencubit pinggang Seokmin sambil mengoceh panjang lebar. "Kontrol tingkat kemesumanmu itu, pak tua. Kau akan menjadi ayah dari dua anak. Bisa-bisa aku langsung hamil lagi jika kau tidak bisa menahan nafsumu itu." Tangan Jisoo mulai beralih pada pipi Seokmin, dan si manis itu mencubit kedua pipi suaminya.

Seokmin masih memasang wajah mesum meskipun pipinya sedang dicubit. "Tidak apa-apa. Aku akan senang jika kita punya banyak anak. Apa kau mau membuat kesebelasan?"

Plak!

Mudah sekali Tuan Lee Seokmin mengatakan hal itu! Tentu saja mudah, karena ia tidak melewati proses hamil dan melahirkan nantinya. Memangnya mudah melahirkan sebelas anak?

"Aku akan menamparmu lagi jika kau mulai berbicara macam-macam. Kau kira melahirkan itu seperti kita sedang membalikkan telapak tangan?"

Seokmin meringis lagi. Kucingnya sedang dalam mode galak saat ini. Menurut Seokmin, Jisoo akan sangat manis jika ia sedang marah. Meskipun Seokmin kadang harus mendapat cakaran dari kucing gembulnya ini, tapi dia suka melihat wajah Jisoo yang sedang marah. Terlihat sangat imut!

"Aku saja sudah merasa kesusahan membawa dua bayi kembar kita di dalam perutku. Apalagi nanti kita punya sebelas anak? Yang benar saja!"

Napas Jisoo naik turun. Dan laki-laki manis itu semakin kesal ketika Seokmin malah merespon ucapannya dengan sebuah kekehan konyol. Bahkan wajah Seokmin juga terlihat konyol. Ingin rasanya Jisoo memukul wajah itu!

Jisoo menolak ketika Seokmin mulai memeluk tubuh gembulnya. Dia terlihat benar-benar marah, tapi Seokmin ingin menghiburnya malam ini. Diciumnya pipi Jisoo berkali-kali, namun si manis itu masih menampakkan wajah kesal.

"Aku hanya bercanda, Sayang. Kenapa kau kelihatan kesal sekali?" tanya Seokmin sambil memeluk Jisoo dari samping dan mencium pipi si manis lagi.

"Ya habisnya, kau terlalu memudahkan proses hamil dan melahirkan. Aku kesal karena kau tidak memikirkanku nanti. Kalau aku tidak selamat dalam proses persalinan nanti bagaimana?"

"Hei, ucapanmu! Aku tidak suka," tegur Seokmin. "Kau dan dua bayi kita pasti sehat. Percaya padaku, oke?"

Jisoo masih diam saja ketika Seokmin mempererat pelukannya dari samping. Si manis itu menatap wajah Seokmin dan berakhir dengan hidung mereka yang saling bertabrakan. "Aku hanya khawatir saja, Seok. Proses persalinan untuk si kembar sebentar lagi. Dan aku takut terjadi sesuatu."

"Ah, jadi ini yang membuatmu kesal padaku seharian ini? Dan kau sebenarnya ingin berkonsultasi pada Jeonghan hyung?" Seokmin berusaha menebaknya. Jisoo mengangguk mengiyakan.

Rupanya kucing gembul ini sedang khawatir dengan apa yang nanti ia rasakan. Pantas saja Jisoo tersinggung ketika Seokmin meminta sebelas anak. Karena Jisoo takut akan terjadi sesuatu padanya sekaligus si calon bayi. Karena ia laki-laki, pasti resiko yang ditanggung cukup berbeda dengan perempuan hamil pada umumnya.

"Aku takut, Seokmin. Aku takut saat-saat aku akan melahirkan nanti."

Ciuman kening sudah Seokmin berikan untuk Jisoo. Sekaligus menenggelamkan si manis dalam dekapannya. "Aku akan mendampingimu saat kau melahirkan nanti. Ada aku yang menjadi tempatmu untuk berkeluh kesah. Aku akan ada di sampingmu, menyemangatimu saat kau berjuang melahirkan bayi-bayi kita, aku tidak akan pergi darimu. Kita harus menghadapinya bersama-sama. Karena kita pasangan suami istri."

Jisoo sangat terharu mendengar ucapan Seokmin. Dibalik wajah dan sifatnya yang konyol bahkan mesum, sosok Lee Seokmin adalah tipe suami yang sangat ideal bagi Jisoo. Dia bisa melakukan apapun untuk menenangkan kucingnya, melindunginya saat ia ketakutan, dan menghiburnya saat ia khawatir. Bukankah itu sempurna?

"Janji ya, Seokmin? Kau akan terus setia padaku." Jisoo mendusel di dada si bangir. "Aku mungkin akan berubah menjadi ibu rumah tangga yang gemuk dan galak. Mungkin saja, huft!"

"Tidak apa, tetap saja kau adalah Lee Jisoo, ibu dari sebelas anakku nanti."

Hm, mulai lagi!

Pelajaran apa lagi yang harus Jisoo berikan untuk mengurangi tingkat kemesuman Lee Seokmin?

"Enyah saja kau, Lee Seokmin!"

-Hola Mamá-



















Kan dikit lagi Verschwunden mau tamat, Chasing the Master juga mendekati ending, aku mau publish work baru tapi bingung soalnya ada 2 tema gitu

aku mau tanya, lebih suka genre angst atau fluff gitu?

kalo yang angst sih nanti aku bikinnya lebih fokus ke Jazlyn sama Jisoo, kalo yang fluff itu gaada Jacob /loh

Karena cipa cinta Jazlyn/?

Jadi lebih suka yang mana?

Hola Mamá | Seoksoo [✔]Where stories live. Discover now