18: Bukan Dia, Tapi...

4.2K 708 369
                                    

Bagi yang belum baca Intermezzo di Chap sebelumnya, baca dulu yes. supaya kalian tyda pusing nanti.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Gelak tawa Mark memenuhi kantin siang itu. Lelaki itu terbahak-bahak dengan tangannya memukuli meja dan membuat orang yang berada disana menatapnya sinis.

Memang dia adalah personal asisten dari pemilik perusahaan dimana kantin itu berada, tapi kalau ribut seperti itu pastilah membuat orang lain tak nyaman, termasuk Seongwu.

Tadinya sicantik berharap Mark serius menanggapi perkataannya, yang ada justru sebaliknya. lelaki itu malah terbahak seakan tak percaya dengan apa yang ia katakan tadi. Seongwu malu karena menjadi pusat perhatian orang-orang saat ini, dia memilih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Pffftt! k-kauh..." tunjuk Mark pada Seongwu. wajahnya sendiri sudah memerah karena tertawa terlalu kencang. "Kau bilang apa tadi, Seongwu?" tanyanya lagi sambil terkekeh geli.

Seongwu malu, ia tak tahan. lebih baik dia bangkit dan pergi meninggalkan Mark.

"Yak! Mau kemana kau, Seongwu?" ucap Mark menahan lengan sicantik yang sudah berdiri disamping mejanya.

"a-aku mau kembali!"

Jujur, Mark masih ingin tertawa. tapi ia urungkan dulu karena takut sicantik akan pergi.

"Oke, Oke, aku percaya."

Seongwupun menoleh pada Mark,
"aku serius, Mark!"

Mark melepaskan pegangannya dari Seongwu, lalu ikut bangkit dan berdiri didepan sicantik.

Oh, tak ada lagi orang yang memandang mereka karena Mark sudah berhenti tertawa.

"Jadi maksudmu... kau mendapatkan donor jantung dari Somi nuna, begitu?"

Seongwu mengangguk samar,
"aku yakin jantungku ini kepunyaan Somi nuna. Karena...." jeda sicantik mengigiti bibir bawahnya dan membuang pandangan kekanan. "Karena jantungku selalu saja berdetak tiap kali aku dekat dengan..."

"Dengan siapa?"

"Dengan..." sicantik tampak ragu menjawabnya. Tak mungkin ia bilang jantungnya selalu saja berdetak saat berada didekat Daniel. Mustahil mengatakan itu pada Mark.

Terdengar helaan nafas Mark,
"Jadi kau mau katakan padaku kalau kau pernah melakukan transplantasi?"

Anggukan Seongwu membuat Mark kembali menghela nafasnya. Personal asisten Daniel itu melipat kedua lengannya lalu mengamati Seongwu dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.

"Berarti di dadamu ada jahitan bekas operasimu dong, Seongwu?"

Lagi, Seongwu mengangguk.

"Coba..." Mark mengulurkan satu tangannya kedepan, tepat didepan dada sicantik. "Coba aku lihat, Seong—."

HEARTBEAT | ONGNIEL [COMPLETED]Where stories live. Discover now