1: Jeon Somi.

8.5K 1.3K 248
                                    

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡ ♡

"I, Kang Daniel choose you Jeon Somi to be my wife. In front of our friends and family gathered here. I promise to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish. till death do us part. I promise to remember this day with love."

"Jeon Somi, silahkan anda mengucapkan janji dihadapan tuhan."

Gadis cantik itu tersenyum saat pendeta mempersilahkannya untuk mengucapkan janji suci dihadapan tuhan dan didepan calon suaminya-lelaki berbahu lebar yang sedari tadi terlihat sangat gugup. gadis itu mengangkat wajahnya sambil mengulurkan kedua tangan miliknya kedepan untuk menangkup wajah lelaki tampan itu.

"Aku, Jeon Somi akan mencintai dan menghormatimu seumur hidupku. aku berjanji padamu bahwa jantungku hanya berdetak untukmu seorang dan maaf aku harus pergi karena maut datang menjemputku, Niel."

"Somi?!!!!! No!!!!!!"

Daniel terbangun dengan nafas miliknya yang menderu. Keringat dingin membasahi tubuhnya. Dia bangkit dengan nafas yang tersenggal dan meraih bantal kepala yang berada disampingnya. dia memeluk erat bantal itu sambil bergumam memanggil seseorang dalam tangisnya. Untuk kesekian kalinya, dia menangis. menangisi orang yang sangat dicintainya, Istrinya. yang telah pergi meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

"Somi hu-! Kumohon, kembalilah. Kembali hu-" lirihnya menaruh kembali bantal kepala itu dan setelahnya meringkuk memeluk tungkainya lalu menundukkan kepala miliknya dan membenamkannya diantara lututnya.

Lima bulan sudah dilalui olehnya seperti ini. bangun, menangis dan minum untuk menghilangkan kesedihannya. tidak ada niatan untuknya kembali bekerja. dia benar-benar kehilangan semangat hidupnya.

'Tok! Tok! Tok!'

"Daepyonim..." suara pelan memanggil Daniel dari luar pintu. terlihat Daniel tidak menyahut apalagi bergerak dari tempatnya berada-terlalu nyaman baginya berada diatas ranjang. "Daepyonim, ini aku Mark." Kali ini orang itu masuk kedalam kamar membawa nampan berisi makanan dan air diatasnya. "Kang Daepyo, kumohon menyahutlah kalau dipanggil. aku takut terjadi apa-apa denganmu." kata pemuda itu menaruh nampan tersebut diatas nakas.

Nihil. Daniel masih tidak menyahut. Mark terlihat menghela nafasnya lebih dulu sebelum duduk pada tepi ranjang Daniel. "Kau harus makan, Daepyonim. ini sudah hampir 5 bulan dan kau bisa semakin kurus nanti." Ujarnya dan masih tidak digubris oleh Daniel. "aku membuat steak daging untukmu. kumohon makanlah, Daepyonim."

Masih. Daniel masih tidak menjawab. Pemuda itu terlihat menepuk lengan milik Daniel lebih dulu sebelum dia bangkit dari ranjang size king itu dan mengusap lembut mata miliknya sendiri yang juga memerah menahan tangis. dia sakit melihat Daniel, bos yang menganggapnya seperti saudara itu kini terluka. Perasaan bersalah selalu saja menghantui Mark. Seandainya dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan menyarankan pada Daniel saat itu. Dia ceroboh membuat bos yang begitu ceria dan bersemangat menjadi seperti ini.

HEARTBEAT | ONGNIEL [COMPLETED]Where stories live. Discover now