Our Apartment [6]

Start from the beginning
                                    

"Aku akan membunuh wanita manapun yang berani menginjakkan kakinya di apartemen itu," gumam Nicole penuh tekad. Lalu dia berkata, "Justin sakit, aku harus menemuinya."

Greyson berdecak. "Kalau dia sakit, harusnya dia menelepon ambulans. Kau bukan dokter, kan?"

"Katakan pada Mom dan Dad, aku menginap di tempat Justin."

"Memangnya kau mau menginap dimana lagi, kalau bukan di tempatnya?"

Nicole mendelik. "Tutup saja mulutmu," ketus Nicole. "Dah! Aku pergi!"

oOoOoOoOo

"Aku sudah memperingatkanmu supaya tidak tidur larut malam," sungut Nicole sambil meletakkan kompresan di atas kening Justin. "Aku juga menyuruhmu pulang cepat tadi siang."

"Berhenti mengomel," protes Justin dengan suara serak, dan tak lama kemudian disusul oleh batuk keringnya.

"Setidaknya demammu tidak terlalu tinggi."

Begitu tiba di apartemen Justin, Nicole baru merasakan kepanikannya menguap karena mendapati Justin memang tidak bergerak sama sekali dari tempat tidurnya. Entah laki-laki itu memang mematuhi perintahnya, atau mungkin karena sudah tidak sanggup bergerak kemana-mana lagi.

Setelah memaksa Justin menghabiskan setangkup roti tawar yang di susul dengan obat flu, Nicole mengompres kening Justin. Laki-laki itu hanya terserang flu. Karena cuaca yang dingin, ditambah lagi daya tahan tubuhnya tidak begitu bagus disebabkan bekerja terlalu keras.

"Sebaiknya besok kau tidak usah bekerja," ujar Nicole sambil mengangkat kompresan di kening Justin yang mulai mengering. Dia kembali membasahinya dengan air hangat dan meletakkannya kembali di kening laki-laki itu. "Aku akan menghubungi Bella besok pagi."

"Banyak berkas yang harus aku urus besok. Lagipula, besok siang aku ada meeting penting."

"Tidak ada kata kantor untuk besok."

Justin mendelik. "Kau mau membuat perusahaan rugi?!"

"Baiklah," putus Nicole. "Hanya meeting. Setelah itu kau harus pulang. Aku akan ikut denganmu ke kantor, dan menunggumu di depan ruang rapat. Mengerti?"

"Kau pikir aku ini bocah lima tahun yang baru masuk taman kanak-kanak?!" protes Justin dengan suara keras. "Kau..." Justin tidak melanjutkan ucapannya, karena dia kembali terbatuk-batuk.

Nicole menyeringai puas setelah memberikan segelas air pada Justin. "Jadilah anak manis yang tidak suka berteriak-teriak. Oke?"

Justin menatap Nicole tajam, namun tidak mengatakan apa-apa. Dia meletakkan gelasnya di atas nakas disamping tempat tidurnya. Lalu dia pun membelakangi Nicole, bagaikan anak kecil yang sedang merajuk.

"Selamat tidur Justin," ujar Nicole sambil mengacak rambut Justin. Dia tersenyum kecil ketika Justin segera menepis tangannya.

Nicole pun menghempaskan dirinya di sofa empuk yang ada di hadapan ranjang Justin, setelah memasukkan sebuah kaset film laga pada DVD milik laki-laki itu. Dia mengecilkan volumenya seminimal mungkin yang bisa di dengarnya, namun tidak menganggu tidur Justin.

Ketika film itu mulai diputar, Nicole merasakan matanya mulai mengantuk. Tapi dia berusaha menahan kantuknya. Karena dia tidak boleh tertidur. Setidaknya hingga beberapa jam kedepan. Dia harus memastikan bahwa demam Justin tidak semakin parah, dan laki-laki itu tidak bergerak sedikitpun dari ranjang.

Saat jam menunjukkan pukul enam pagi, Nicole benar-benar sudah tidak kuat menahan kantuknya. Beberapa kali dia tertidur dalam keadaan duduk, dan terbangun ketika tubuhnya nyaris tumbang ke arah depan. Beberapa kali Justin terbangun karena batuknya yang hebat, dan dia harus bolak-balik ke luar kamar untuk mengambilkan air. Dia juga sudah berhenti menonton film sejak satu jam yang lalu, dan menggantinya dengan channel televisi yang menanyangkan berita pagi dan ramalan cuaca untuk hari ini.

Our ApartmentWhere stories live. Discover now