Bab 33| Takdir

2.1K 86 10
                                    

Ira mengumpulkan soalnya bersama anak-anak yang kurang beruntung pagi ini. Ira termasuk orang terakhir yang mengumpulkan soalnya, padahal ia selalu menduduki nomor satu sampai lima. Hari ini ia benar-benar letih memikirkan jawaban yang pas dan tepat.

Ia jalan gontai menuju kantin sekolah, untuk ke tempat yang penuh buku-buku tebal tidak akan membantu banyak. Sekarang waktu yang tepat untuk menyenangkan perutnya.

Ira duduk di bangku pojok, karena itu satu-satunya bangku yang kosong. Ia memesan mie ayam dan segelas es teh. Tanpa Ira sadari ada mata yang diam-diam memandangi muka letih nya, hingga terbentuk lengkungan manis di sana.

"Sejelek apa pun muka lu, itu tetap jadi daya tarik buat gue," Ia tersenyum tipis membuat kawan-kawan nya menatap nya heran

"Sebegitu menarik kah dia? Sampai elu gak tertarik makan?" Si kulit cokelat berkata penuh penakanan

"Elu gak tau apa pun tentang Ira, gue udah kenal dia sejak SMP, bro."

"Maklumin aja, Joni kan emang gak ada daya tarik, haha."

"Pedas amat lu kalau ngomong, Yaudah samperin sono gebetan lu," Joni pasrah dengan muka kesal

"Thanks ya bro,"

Adam menuju meja pojok yang di duduki Ira, dengan jahil Adam mengetuk kepala Ira dengan sendok yang kebetulan posisi nya sedang di letak kan di atas meja dengan mata tertutup.

"Masih nggak mau bangun?"

"Ck, Adam jahil banget deh," Ira memanyunkan bibir kesal

"Makan gih mie nya, jangan di diamin gitu, mubadzir."

"Iya iya ini juga mau di makan,"

"Yaudah makan,"

"Hm,"

"Gua nggak di suruh duduk dulu?" Ira mengernyitkan dahi heran

"Nggak,"

"Lima menit gimana?"

"Nggak atau pergi," Ira menatap kesal

"Jahat amat,"

***

"Lo pulang sekarang?" Tanya Adam saat Ira sudah berada di depan kelas

Ira menatap jam tangannya, seperti memastikan kapan kakinya melangkah pergi dari tempat yang penuh pengetahuan ini.

"Iya sekarang. Kenapa?"

"Mau gue anter ngga?"

"Huh? Nggak deh,"

"Takut lo? Lagi pula gue anterin sampe lampu merah doang, lo tinggal jalan bentar."

Sebelum Ira menjawab, tiba-tiba ada dekheman yang sedikit keras. Bukan dari dua teman Ira yang tadi berada di perpus. Bukan juga dari teman Adam. Melainkan...

"Salah satu larangan agama berduaan dengan lawan jenis yang tidak makhrom, dan kebetulan itu juga larangan di sekolah ini,"

JLEB!

"Sudah tahu apa kesalahan kalian?" Tanya Auva yang kini bertindak sebagai Guru.

"I... Iya, saya tau," Ira gugup bukan main, bahkan ia tidak berani menatap Guru nya

"Apasi lo, gitu aja takut, Kita ga ngapa-ngapain kok, Pak." Tegas Adam tak suka

"Memang, tapi siapa yang tau? Kalau tiba-tiba kamu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Seperti mengatar pulang Ira yang sudah menolak ajakan kamu,"

Mengejar Cinta IllahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang