10th Hour

149 29 11
                                    

“Masih butuh ini?”

“Enggak. Taruh lagi di kotaknya.”

Laila memperhatikan Dean yang meletakkan kembali botol obat merah--yang tadi digunakan untuk  mengobati kakinya--ke dalam kotak P3K.

“Dean taruh lagi di dapur?”

Kepala Laila mengangguk sebagai jawaban. “Terima kasih, Dean,” katanya pelan.

Sepeninggal Dean, Laila memperhatikan lututnya sendiri. Ia tidak lebay dengan memberi plester, apalagi perban pada luka itu. Setelah membersihkan darah, Laila hanya memberinya sedikit obat merah. Perih, sih. Namun, Laila sudah cukup terbiasa.

“Laila yakin bisa masak?”

“Jangan berlebihan, Dungu. Luka kecil ini tidak akan membuatku lumpuh.” Laila menjawab ketus saat ia menangkap nada khawatir di suara Dean. Ia melirik sedikit lututnya, memang masih agak nyeri, tapi ini jauh lebih baik daripada tadi.

“Maaf….”

“Kenapa kamu malah minta maaf?” Laila mengembuskan napas, kesal pada dirinya sendiri. “Mainlah dengan Jian. Makan malam selesai sebentar lagi.”

Laila tak mendengar respons, tapi dia tahu Dean menuruti apa katanya. Karena detik berikutnya, dia sudah mendengar kekehan ceria dari pemuda itu. Mereka bermain di dapur. Sekali lagi, Laila mengembuskan napas kasar.

“Kak Erik di mana, Laila?”

“Dinas ke luar kota.”

“Masaknya masih lama?”

Gerakan Laila berhenti. “Aku tidak mau makan makanan setengah matang, Dean.” Saat Dean membuka mulut untuk menanggapi, Laila buru-buru berkata, “Jangan minta maaf.”

Sebenarnya, Laila sengaja memasak lama-lama. Dia hanya ingin menyibukkan diri, agar pikirannya tidak terfokus dengan fakta, bahwa Dean akan segera pergi.

“Dean, makan makananmu dulu baru beri Jian.”

“Tapi, Jian yang minta, Laila.”

“Jian.” Laila melotot main-main pada kucing oranye kesayangannya, yang kini menelengkan kepala dan menatap Laila dengan tatapan polos, sebelum mengeong—nyaris menggeram—pada Dean. Alhasil, tawa kecil lolos dari bibir Laila melihat tingkah keduanya.

Setidaknya, makan malam ini terasa menyenangkan.

“Laila suka nonton TV?”

“Enggak juga, sih. Tapi kadang-kadang aku nonton.”

Sekarang mereka duduk di sofa panjang depan televisi, menonton bersama. Jian duduk di antara mereka, entah kenapa terlihat protektif. Benda kotak itu sedang menayangkan acara dari saluran Animal Planet.

Setelah berkali-kali mengganti saluran, sorakan tertarik Dean ketika melihat buaya membuat mereka berakhir menonton acara yang tidak jauh-jauh dari dunia binatang.

“Wah, itu apa, Laila?”

“Itu zebra,” jawab Laila ketika Dean menunjuk layar televisi.

“Kalau itu? Yang panjang itu lehernya?”

“Iya. Namanya jerapah.”

“Kalau yang itu?”

“Itu anak jerapah, Dean.” Laila terkekeh. Biasanya, dia tak akan senang dan justru akan merasa terganggu jika kegiatan menontonnya diinterupsi dengan berbagai pertanyaan. Namun, siapa sangka pertanyaan polos Dean justru membuatnya merasa terhibur.

Laila sama sekali tidak keberatan, bahkan jika Dean menanyakan hal yang sama dua kali.

“Laila. Boleh Dean bertanya?”

Kening Laila berkerut. “Tanya saja. Dari tadi kamu juga sudah bertanya, ‘kan?” Perasaannya tiba-tiba jadi tidak enak.

“Laila, penasaran tidak dengan misi Dean?”

Tuh 'kan.

Laila menelan liurnya gugup. Ia menoleh ke arah Dean yang kini sedang menatapnya dengan sorot serius. Mata itu. Mata yang sama dengan yang di taman saat Laila terbangun tadi sore.

“Memangnya…,” Laila menggeser posisi Jian yang sudah tertidur ke pahanya, “memangnya kalau aku penasaran, kamu mau bilang?”

Tiba-tiba suasana jadi hening. Dean tidak menjawab.

“Dean,” panggil Laila lagi, ada nada mendesak di suaranya. “Dean, kenapa kamu diam sa—“

“Apa Laila bahagia?”

Jujur Laila terkejut saat Dean memotong ucapannya. “Apa maksudmu?”

“Dean tanya, apa Laila bahagia hari ini?”

Dan untuk kesekian kalinya, Laila dibuat kehilangan kata-kata oleh Dean. Namun, jika tadi dia tak bisa merespons karena merasa tersipu malu, kali ini berbeda.

Laila benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.

Laila benar-benar tidak tahu harus menjawab apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alooohaaa

Udah 10 jam aja :"

15 Oktober 2018

A Half Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang