1st Hour

245 48 42
                                    

"Sepertinya teman Kak Erik."

Laila yang sebelumnya duduk di kursi meja makan sambil memperhatikan Jian, bangkit dan berjalan ke pintu.

Padahal kan ada bel di dekat pintu.

Laila menyambar jaketnya yang tersampir di atas televisi.

Sesampainya di depan pintu, Laila makin yakin bahwa yang datang adalah teman Erik, karena dia menangkap figur tinggi dari gorden.

Pintu pun terbuka.

"Maaf, Kak. Kak Erik hari ini--"

"Kak Laila!"

Mata Laila terbelalak, terkejut bukan main saat sadar dirinya sudah ada di dalam pelukan seorang pemuda asing tak dikenal.

Dan lagi, orang ini hanya mengenakan sehelai kain putih!

Tanpa menunggu lama, tangan Laila mendorong pemuda itu.

"Mesum! Kamu siapa? Aku akan telepon polisi!"

"Kak Laila ... ini ... ini Dean!"

Hati Laila berdesir mendengar nama itu.

Namun, Laila masih waras. Ditatapnya pria aneh tersebut dari atas sampai bawah. "Bohong."

Yang Laila tahu, satu-satunya yang bernama Dean adalah anak kucing malang berhidung mancung kemarin, dan hewan itu sudah mati.

Jangan bilang ini efek alisnya yang menyatu. Laila jadi benar-benar bisa melihat makhluk halus.

Jian muncul dari belakang dan menggeram pada sosok itu.

"Dean tidak bohong!"

Laila menatap lagi wajah tersebut, tampan. Satu hal, hidungnya mancung dengan mata agak tajam, tetapi di saat yang bersamaan, wajah itu terkesan lembut dan ... menenangkan.

Tapi tunggu!

"Banyak sekali trik penipuan zaman sekarang, ya?" Laila berucap dengan sinis, tetapi tegang tak bisa hilang dari nada suaranya.

Jian pun digendong sebagai tameng kalau-kalau orang ini berbuat jahat.

"Bukan, Kak! Ini benar Dean, percayalah!"

"Dean, kucing yang mati tadi malam?"

Meskipun sudah menduganya, tetap saja Laila terkejut mendapati pemuda ini mengangguk.

"Bohong...."

"Percayalah pada Dean, Kak. Ini Dean...."

"Memang kamu punya bukti?"

"Bukti ..., ah! Ini!"

Laila menatap ngeri sebuah saputangan putih yang berwarna kecokelatan karena kotor oleh tanah. "Berikan padaku." Dia menurunkan Jian dari gendongannya.

Benda itu memang punya Laila. Bahkan inisial namanya yang dibordir pun sama persis.

Laila mengangkat kepala, menemukan tatapan harap-harap cemas dari sosok di depannya.

A Half Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang