8th Hour

155 32 23
                                    

“Waah! Besarnya!”

“Mau naik yang mana dulu?”

Tangan Laila mengapit lengan Dean erat-erat, tidak ingin Dean kabur. Setidaknya itu yang dia pelajari selama dia menghabiskan waktu dengan pemuda ini. Mereka baru saja membeli karcis dan masuk ke area taman hiburan.

“Yang itu!” Tampak jari Dean menunjuk pada sebuah wahana yang berputar dengan berbagai macam patung kuda untuk ditunggangi.

“Komidi putar?”

Dean mengangguk semangat sambil menoleh pada Laila. Namun, ekspresi pemuda itu tiba-tiba agak berubah.

“De? He-hey!” Laila buru-buru menjauhkan wajahnya saat telapak tangan Dean mengusap pelipisnya.

“Ada keringat,” kata Dean polos.

Semburat merah tipis muncul di pipi Laila. “Kotor, tahu!” Laila buru-buru membuat Dean mengelapkan telapak tangannya ke baju. “Sudah, jangan protes. Kita ke komidi putar.” Kemudian, Laila menarik tangan itu ke arah wahana tersebut.

Sentuhannya masih terasa.

Laila memegang bagian pelipisnya, sambil melirik Dean yang sedang tertawa terbahak-bahak di atas patung kuda yang bergerak naik turun perlahan. Tangannya bergerak menyentuh bagian yang tadi diusap Dean, lagi-lagi dapat ia rasakan suhu wajahnya naik.

“Laila! Dean pindah kuda, lho!”

“Hati-hati, nanti jatuh!” peringat Laila yang segera mendelik kesal.

Entah kenapa Laila makin kesal ketika sadar dirinya sudah dibuat salah tingkah oleh pemuda dengan perilaku seperti bocah itu.

Karena hari sudah sore, taman hiburan sudah tak begitu ramai. Beberapa wahana bahkan tak perlu mengantre. Makanya, Dean bisa pindah kuda seenaknya saat main komidi putar tadi.

“KYAAA!!”

“GYAHAHAHA!”

Laila tak bisa menahan jeritannya saat kereta roller coaster mereka melaju di rel miring. Dean di sampingnya tertawa lepas.

“Ayo naik lagi!”

“Enggak.” Laila dengan wajah pucat melambaikan tangan sambil menggeleng. “Aduh, ayo cari tempat duduk dulu.”

“Laila baik-baik saja?”

Awalnya, Laila dan Dean memang bersemangat naik wahana roller coaster. Apalagi setelah melihat panjang antrean yang pendek. Namun, tetap saja dia pusing ketika selesai bermain.

“Aku baik.” Gadis itu tertawa hambar, masih melambai-lambaikan tangannya yang melemas. Dia sudah duduk di bangku terdekat.

Dean duduk di sampingnya, menatap Laila khawatir.

“Kubilang, aku baik-baik saja, Dungu.”

“Dungu itu apa, sih?”

“Dungu itu kamu!”

Akhirnya rona wajah Laila kembali saat dia menertawakan Dean.

***

“Laila! Lihat! Cocok, tidak?” Dean menunjuk mukanya sendiri.

Kekehan kecil keluar dari mulut Laila saat gadis itu mengangguk. “Tapi lebih cocok yang warna ini.” Laila menyodorkan bando telinga kucing berwarna cokelat pada Dean.

Sekarang keduanya berada di sebuah toko aksesoris. Di sini, dijual bando lucu berbentuk telinga binatang. Laila sendiri sudah mengenakan sebuah bando telinga kelinci berwarna putih di kepalanya.

“Oh ya?” Dean segera memakai bando itu.

“Nah, begitu lebih cocok!” Laila mengacungkan kedua jempol. Ia segera menarik Dean ke kasir untuk membayar. “Ayo cepat, aku mau kita naik bianglala.”

“Bianglala?”

“Itu loh, wahana bulat yang besar tadi.”

“Oh! Yang itu!”

Lagi-lagi Laila mau tak mau jadi tersipu malu saat penjaga kasir menjadi orang ke sekian yang mengartikan hubungannya dengan Dean sebagai sepasang kekasih.

“Kekasih itu apa, Laila?”

Alhasil, Laila dibuat bingung sekaligus malu saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Dean. Ia memperlambat langkahnya, wahana bianglala sudah berjarak tak kurang dari sepuluh meter.

“Kekasih itu, maksudnya … uhm, orang yang kita sayangi dan kita cintai…?” Laila menggaruk pipi saat tak yakin dengan jawabannya. “Ah! Seperti di film romantis yang kita tonton tadi pagi. Dua insan yang saling mencintai, itu disebut sepasang kekasih!”

“Berarti, Dean kekasih Laila, dong?”

“A-apa yang membuatmu berpikir begitu?!” Laila kaget setengah mati.

“Habis, Dean kan juga ci--“

“Laila?”

Laila buru-buru menoleh ke sumber suara. Itu bukan suara Dean. Suara itu terdengar lebih berat.

 Suara itu terdengar lebih berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alooohaa

Kembali lagi dengan kopel fenomenal~ (kata siapa? Kata aku :p)

Uh, udah part 10 aja :" bentar lagi kita pisah dong.

Asudahlah, ga penting -_-

08 Oktober 2018

*tugas bejibun, boleh nggak lari dari kenyataan?*

A Half Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang