0 Hour

279 53 38
                                    

"Lihat apa, sih, di sana? Tuyul?"

"Kak Erik!"

Laila makin cemberut ketika Erik tergelak keras dengan tidak tahu malu. Melirik ke kursi di sebelahnya, ada Jian yang sedang menguap lebar. Tingkah itu membuat gadis dua puluh tahun ini semakin kesal.

"Habisnya teman Kakak yang alisnya menyatu bisa melihat, lho." Erik meminum air putihnya sampai habis.

"Laila juga bisa melihat, kok." Laila memutar bola mata kesal. "Jangan mulai lagi, Kak."

Laila membuang muka ke samping. Erik terlalu sering menjadikan alis hitamnya yang seolah membuat jembatan kecil di bawah dahi sebagai bahan lelucon. Bisa melihat hantulah, atau dikatakan kumis yang salah tempat. Sebal!

Jadi ingat waktu kecil, dirinya nyaris mencukur alis yang berlebih itu.

"Eh? Kak Erik pagi-pagi sudah rapi. Mau ke mana?" Laila memiringkan kepala setelah mengunyah suapan terakhir sarapannya.

"Kemarin malam Kakak mengurus surat tugas untuk dinas luar hari ini." Erik bangkit dan mengacak rambut Laila.

"Oh, begitu."

Setelah membereskan meja, Laila lagi-lagi duduk di kursi ruang tamu, memandang pintu rumah yang tertutup.

"Kalau Laila begitu terus, Kakak benar-benar mengira ada tuyul, lho."

Delikan kesal Laila berikan secara cuma-cuma untuk Erik. "Tidak lucu." Air mukanya murung lagi.

Helaan napas berat terdengar. "Bukan salah Laila."

"Laila tahu."

"Lagi pula Laila kenapa, sih? Ini kan bukan pertama kalinya kehilangan anak kucing."

"Tapi yang ini tragis, Kak!" Laila buru-buru mendekap mulutnya sendiri. "Maaf...."

"Tidak apa-apa. Tapi ingat, ini bukan salah Laila." Kali ini sebuah tepukan lembut mendarat di pucuk kepala Laila. "Kakak pergi. Jaga rumah dengan Jian. Hari ini tidak ada kelas, 'kan?"

"Iya. Hati-hati, Kak."

Laila mengembuskan napas setelah Erik berlalu. Jian melompat ke pahanya, segera merebahkan tubuh dan mengeong, meminta perhatian.

"Iya, Jian. Kakak tidak sedih lagi."

Suara dengkuran Jian mendominasi ruang tamu.

"LAILA JANGAN GANGGU BAJU DI PLASTIK, YA!"

Laila membulatkan mata, bahkan Jian sampai bersikap siaga. "IYA, KAK! IYA!"

Dasar Kak Erik, bersorak kok pas sudah di dalam mobil.

"Baju apa, sih? Kok Kak Erik jadi cerewet?" Pandangan Laila berpindah pada plastik putih di sampingnya. Mengintip sedikit, Laila jadi geleng-geleng kepala setelah tahu isinya. "Cuma baju laki-laki."

Jian mengeong. Laila mulai mengelus kepala kucing itu.

"Omong-omong laki-laki, Dean itu kucing jantan, lho. Terus hidungnya juga mancung. Kalau sudah besar, pasti jadi kucing tampan." Laila terkekeh saat Jian menatapnya tajam. "Iya, tampan seperti Jian."

Laila murung lagi. Suasana hening, dan waktu terus berjalan.

"Eh, enggak lucu ah, galau terus kayak gini." Laila bangkit sambil menggendong Jian.

Laila melangkah ke kamar mandi, ia tersenyum kecil saat tubuh Jian sedikit menjadi kaku di gendongannya.

"Ayo, Jian. Kita mandi!"

Dan suara raungan kucing jantan menggema di rumah kecil itu selama setengah jam ke depan.

"Jian, Jian! Oh, Jian. Jangan marah." Laila sedang mengeringkan bulu Jian dengan alat pengering rambut. Kucing dengan warna dominan oranye itu tampak jelas sedang merajuk.

Laila hanya bisa terkekeh. Dirinya sendiri pun masih memakai handuk basah yang dililitkan di rambut. Baju kaus lengan pendek dan celana bokser selutut menjadi pilihan pakaiannya di hari Sabtu ini.

Setelah Jian selesai dikeringkan, Laila membawanya ke dapur.

"Camilan untuk anak pintar." Laila menyengir saat dia baru saja menuangkan beberapa butir makanan kucing ke mangkuk makanan Jian.

Lagi-lagi Laila teringat Dean saat ia melihat Jian makan dengan lahap.

"Aneh. Kenapa teringat terus?"

Suara pintu yang diketok, atau lebih tepatnya digedor membuat gadis itu berjengit. Bahkan Jian juga berhenti makan.

"Siapa?" Laila mengernyit, sedikit melirik pada Jian yang lanjut makan.

Gadis itu pun melihat jam dinding.

Jam sembilan pagi.

Jam sembilan pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alohaaa

Rasanya senang sekali menulis cerita ini XD

Jian yang awalnya cuma sekali lewat, sekarang jadi tokoh penting 😆😆

Aku sayang Jian :3

Ada yang aneh di part ini?

Babay!

*Masih di Yogja dan bakal jalan-jalan ke Borobudur XD*

10 September 2018

A Half Day [COMPLETED]Where stories live. Discover now