Untake My Life-45

35.8K 3.1K 77
                                    

Rana POV

Jakarta, Indonesia.

     Air mataku menetes meratapi makam keluargaku, keluarga yang sangat aku cintai. Kesadisan yang dialami mereka masih melekat dipikiranku, aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Sampai detik ini pun aku masih tidak percaya bila Lyla pembunuhnya. Mengapa dendam selalu menjadi faktor kejahatan yang di lakukan seseorang? Kenapa harus keluargaku yang menderita? Setidaknya Lyla sudah mendapat hukumannya dan aku memaafkannya. Tetapi aku tidak akan melupakan perbuatan kejinya dan melihatnya lagi.

"Terimakasih, Azqa. Kau sudah menuruti permintaanku," gumamku pada kekasihku yang ada disampingku ini.

"Kenapa tidak?" timpal Azqa. "Lagipula aku juga ingin kesini. Berdoa untuk keluargamu dan meminta restu pada orangtuamu. Tidak, mereka juga orangtuaku kan?"

Aku tersenyum, "Tentu saja."

Azqa merangkulku, "Aku tidak sabar dengan hari esok. Ya Tuhan, percepatlah waktu. Aku ingin cepat-cepat menikahi kekasihku ini."

Ya, besok adalah hari pernikahan kami. Saat ini aku berada di Jakarta, sudah satu minggu lebih aku disini. Sungguh kejutan, ketika calon Ibu dan Bapak mertuaku berencana mengadakan pernikahan di Indonesia. Itu sebabnya keinginanku untuk mengunjungi makam keluargaku bukan satu-satunya alasan kami ke Indonesia. Keluarga Smith memiliki kerabat, sahabat, teman dan rekan bisnis di Indonesia. Prosesi dan resepsi pernikahan akan dilaksanakan secara bersamaan dalam satu hari di mansion keluarga Smith di Jakarta. Prosesi pernikahan bertempat di aula mansion dan resepsinya dihalaman belakang mansion yang indah bertema garden party. Tak hanya orang-orang dari pihak Smith saja yang datang, kerabat keluargaku, teman Ayah dan Ibu, teman masa sekolahku juga akan ikut memeriahkan acara.

Selanjutnya di adakan resepsi di Jerman. Aku dengar, pihak calon suamiku mengundang ribuan tamu di Jerman. Bayangkan saja, betapa ramainya nanti. Berbeda dengan yang di Indonesia, resepsi pernikahanku disana dilaksanakan di sebuah gedung yang megah. Sebenarnya yang paling andil dalam persiapan pernikahankun dan Azqa adalah Vely dan Neva, calon Ibu mertuaku. Mereka berdua begitu antusias.

"Ah ya, kau mengudang bapak dan ibu dosen kan?" tanyaku.

"Tenang saja, sayang. Semuanya beres! teman kampusmu dan aku, dosen bahkan sampai karyawan disana juga aku undang!"  balas Azqa.

Aku tertawa, "Mas-mas dan mbak-mbak kantin kau undang juga?"

"Semua! Semuaanyaa. Puas?" balas Azqa dengan gemas.

Ekspresi apa yang akan mereka tunjukan, saat mereka lihat aku menikah dengan pria terpopuler di masa kuliah waktu itu? Batinku sembari membayangkannya.

"Kenapa-kenapa kau senyum-senyum begitu? Apa yang ada dipikiranmu?" tanya Azqa.

"Mau tahu saja! Dasar kepo!" balasku.

Azqa tertawa kecil lalu mengusap puncak kepalaku dengan sayang.

"Seandainya saja mereka masih hidup. Pasti kehadiran mereka membuat pernikahan kita lebih sempurna," ucapku seraya menatap makam kelurgaku dan air mataku jatuh.

"Jangan bersedih. Mereka pasti hadir disana, melihat pernikahan kita. Ayo, tersenyum! Senyummu akan membuat mereka yakin jika kau bahagia bersamaku," kata Azqa.

Untake My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang