Untake My Life-40

29.4K 2.9K 130
                                    

Author POV

Berlin, Jerman.

Dua tahun kemudian....

     Seorang pria dengan pesona tampannya terus mondar-mandir dibalkon kamar, perasaannya gelisah , ia memikirkan gadis yang selama ini menghantui mimpinya. Berhari-hari pria itu mencari, namun tak ada hasilnya. Ia sudah mengerahkan seluruh orangnya tuk mencari jejak Rana di Indonesia, tapi keberuntungan masih tidak berpihak padanya. Evan, sahabatnya itu pun telah lama hilang kontak. Rumah miliknya di Indonesia pun kosong tak berpenghuni.

"Jangan pernah berhenti mencarinya!"

Azqa mengerjap saat suara Evan terngiang di telinganya. Perkataan itu sangat melekat di pikiran Azqa, sebab Evan selalu datang dalam mimpi dengan mengucapkan itu. Tak hanya perkataan, penampilan Evan pun sama. Evan megenakan kemeja putih dan celana formal hitam, dengan wajah yang pucat. Mimpi Azqa yang misterius, berubah menjadi menyeramkan. Disana Azqa merasa miris, ia melihat seorang gadis sendirian sedang menangis, gadis itu meringkuk membelakanginya. Gadis itu memeluk tubuhnya sendiri dan terus terisak di dalam ruangan yang gelap dan sunyi. Keadaan gadis itu begitu kalut. Ketika Azqa mendekati gadis itu, betapa terkejutnya dia. Azqa mengenali wajah gadis itu, wajah yang kerap kali menghantuinya. Rana bertekuk litut dan menatapnya dengan pancaran mata begitu menyedihkan.

Dia berkata, "Lihatlah aku sekarang. Aku hidup tapi aku rapuh dalam jiwa. Help me, please..."

Kemudian Rana kembali meringkuk dan mengucap "kembalikan hidupku" berulang kali.

Charly menatap sendu Tuannya, Azqa.  Charly beralih menatap koran yang dipegangnya. Charly menghela nafas pelan.

"Tn. Azqa, ada kabar duka," ucap Charly.

Azqa menoleh dan menatapnya tajam, tatapan seolah-olah seperti ingin membunuh. Azqa merasa kesal, disaat ia gelisah, pria paruhbaya itu datang membawa kabar duka.

"Kabar duka apa?" tanya Azqa dengan dingin.

"Ini tentang.. Tn. Evan dan Nn. Rana," balas Charly.

Azqa tertawa hambar, "Kabar duka? Aku harap kau tidak sembarangan bicara!"

"Tidak tuan, aku--"

"Mereka sudah tunangan!" potong Azqa. "Dan mungkin sekarang mereka sudah menikah dan punya anak. Mereka hidup bahagia!"

"Charly bisa berkata begitu karena dia punya bukti, Azqa!" Suara Errando membuat Charly dan Azqa menoleh. Errando sudah diambang pintu balkon.

"Kegelisahanmu selama ini... itu pertanda kuat bahwa sesuatu telah terjadi pada gadis yang kau cintai itu," ucap Errando seraya berjalan mendekat.

"Aku sudah tidak mencin--"

"Mau sampai kapan kau berdusta!" sambar Errando. "Berhentilah membohongi hatimu sendiri, Azqa! Tingkahmu cukup jelas menunjukan bila kau masih mencintainya."

Azqa diam, ia memegang erat railing balkor dan menatap pemandangan bawah mansion dengan tatapan kosong.

"Sekeras apapun kau mencoba melupakannya, itu justru membuatmu semakin mengingatnya. Cinta tidak sembarangan singgah dan pergi begitu saja. Jika takdirnya cinta itu tetap bertahan dalam hatimu, kau tak bisa menyingkirnya!" papar Errando.

Azqa masih diam.

Errando menghela nafas, "Rana selalu datang ke dalam mimpi Ayah. Keadaannya begitu kalut. Dia ingin hidupnya kembali."

Azqa dengan cepat menoleh, Ayahnya juga memimpikan hal yang sama.

"Kejarlah cintamu, Nak! Ayah mendukungmu! Dia depresi sehingga dirawat oleh psikiater, tapi dia lebih membutuhkanmu!" kata Errando dengan tegas.

Untake My LifeWhere stories live. Discover now