Untake My Life-26

32.4K 2.9K 142
                                    

Author POV

Tok.. Tok...

     Rana yang sedang menyesap kopi susunya mengerutkan kening ketika mendengar suara ketukan pintu. Ia yang berada di ruang makan, segera meletakkan cangkirnya di atas meja lalu melangkah menuju pintu utama rumahnya. Ia harus yang membuka pintu, karena hanya dirinya saja yang ada dirumah. Ketika sudah membuka pintunya, ia tersentak. Ternyata yang mengetuk pintunya adalah orang yang paling ia hindari.

"Evan," ucap Rana.

Untuk apa dia kemari? Aku sudah bebas dari dirinya seminggu ini dan sekarang dia muncul lagi, Rana membatin.

Seminggu lalu Evan berada di Madrid untuk mengurus kerja samanya dengan perusahaan yang berada disana. Evan datang ke rumah Rana, karena ia begitu merindukan gadis yang ia cintai itu. Selama dia di Madrid, Evan memerintahkan Alferd untuk menjaga Rana dari kejauhan. Kabar Rana bekerja dengan Vely pun ia tahu dari Alferd dan Evan berpikir untuk mengajak Rana bekerja diperusahaannya.

"Hai! Apa kabarmu, Rana?" sapa Evan dengan senyum merekah.

"Ada urusan apa kau kesini?" tanya Rana.

Evan mengusap puncak kepala Rana dengan sayang, "Aku merindukanmu."

Rana menepis tangan Evan dengan kasar.

"Apa? Merindukanku? Tidak usah repot-repot untuk itu! Buang saja rindumu atau kau berikan pada wanita lain!" ketus Rana.

Evan tercengang, ia tak percaya dengan respon gadis itu. Rana tidak seperti biasanya padanya.

"Ada apa denganmu, Rana?" tanya Evan dengan suara lembut.

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu! Ada apa denganmu sampai kau memisahkan aku dan Azqa? Kau memanipulasinya!" balas Rana.

Evan kebingungan, "Manipulasi? Maksudmu? Aku ti--"

"Jangan bicara lagi!" potong Rana, "Aku tidak butuh penjelasanmu! Kau telah menggunakan cara yang licik untuk memisahkan aku dengan Azqa kan?!" tukas Rana sedikit berteriak.

Evan hendak menggenggam tangan Rana, namun Rana beringsut menjauh. "Tetap disana! Dan jangan dekati aku, Evan!" kata Rana.

"Rana! Aku.. aku berbohong apa? Apa maksudmu?"

"Heh, pura-pura tidak tahu atau menutupi kebohongan?! Kau bilang pada Azqa jika kau sakit parah untuk membuat Azqa iba dan mengalah demi kau kan? Kau berpura-pura!"

Evan terkejut dengan tuduhan Rana, ia sama sekali tidak berbohong.

"Rana, aku tidak bohong! Aku tidak berpura-pura! Kau tidak tahu akan sakitku, aku tidak berniat menggunakan sakitku."

"CUKUP!" sambar Rana, "Jangan bicara lagi! Tidak ku sangka kau selicik itu, Evan! Kenapa kau sekarang muncul dihadapanku? Kenapa tidak kau hilang saja untuk selamanya! Aku benci kau, Evan!" tambahnya dengan membentak.

BRAK!!!

Rana menutup pintunya dengan kasar hingga menimbulkan suara keras. Rana menyandarkan tubuhnya dipintu dan menangis sesegukkan menahan rasa perih. Ia teringat perpisahannya dengan Azqa. Entahlah, Rana belum percaya dengan penjelasan Azqa waktu itu ketika Azqa mengatakan bila Evan memiliki kelemahan yang bisa saja merenggut nyawanya. Jujur, sebenarnya ia tidak kuat memarahi Evan seperti itu. Sebelumnya ia tak pernah sedikitpun memarahi Evan.

Luapan emosi Rana memuncak begitu saja ketika melihat Evan. Marah, bingung dan segala perasaan menyampur jadi satu. Ia belum bisa menerima kenyataan. Evan yang masih di depan pintu, menegang dan sangat terkejut. Ia sedih melihat betapa Rana marah padanya, ditambah mendengar tuduhan untuknya. Air mata Evan menetes, ia merasa seakan-akan ribuan bambu runcing menusuk hatinya dan tubuhnya melemas. Bibirnya pun langsung memucat dan berkeringat dingin.

Untake My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang