BAB 60 [PRIVATE]

278K 14.9K 775
                                    

"Apakah benar air tenang selalu menghanyutkan?"

Senyumnya yang tadi sempat terulas mau tidak mau harus sirna. Suasana sepi menyambut, rasanya bosan berada di tempat ini. Ia bisa saja keluar dan tinggal di panti Cahaya tempatnya dulu. Tempat di mana ia merasa punya keluarga nyata bukan bayangan semata. Darpati mampu namun ia tidak yakin, jika ia keluar dari rumah Atmaja ia tidak lagi bisa memberi uang bulanan untuk Maya.

Sore ini akhirnya cowok itu sedikit lega. Setidaknya ia sudah melihat senyum Milla walau sebentar.

"Darpati, dari mana kamu?"

Suara menggelegar memenuhi ruang tengah. Suara itu terkesan tegas dan marah. Napas Darpati mengembus kasar langkahnya yang sudah tiga tingkat menapak tangga pun berhenti.

"Keluar," jawabnya terdengar malas.

"Menemui Milla lagi?"

Darpati yang tadinya acuh langsung menoleh. Tatapannya menajam. Ia tidak lagi peduli jika laki-laki berjas hitam dengan map di tangan itu adalah ayahnya.

"Bukan urusan Anda," jawabnya dingin penuh penekanan.

"Darpati saya mau bicara sama kamu?"

"Ngantuk!" jawab Darpati seraya melangkah lagi.

Atmaja yang terpancing emosi langkah menyusul lantas menarik lengan anaknya. Hampir saja Darpati lepas keseimbangan jika tangannya tidak segera memegang pinggir tangga. Atmaja memang tidak punya hati. Apa dia buta jika tangan kanan Darpati tengah memegangi tongkat?

"DARPATI!"

"Buat apa kamu menemui perempuan itu lagi? Dia sudah membongkar jika kamu anak saya dan media masa sudah tau hal itu!" terus Atmaja menatap tajam.

Cowok itu memang diam namun hatinya remuk. Apakah media masa lebih penting daripada dirinya? Apakah dia begitu tidak diinginkan? Lantas untuk apa dia diselamatkan? Apa hanya untuk pelengkap atau wasiat almarhumah? Dia masih sanggup berdiri tegak meski batinnya tak lagi berbentuk.

"Apa kamu kira mudah menghadapi media? Harus saya jawab apa mereka? Selama ini yang mereka tau hanya Fajar anak kandung saya, penerus perusahaan Wijaya Property!"

Dan itulah kenyataan terpahit. Atmaja tidak pernah menganggap Darpati sebagai anak kandung. Sampai-sampai sekolah pun diminta merahasiakan kebenaran ini. Teman-teman Darpati pun hanya tau jika Atmaja adalah seorang paman. Kejadian pengungkapan Fajar membuat kabar ini menyebar begitu saja.

Darpati menghela napas.

"Bilang saja kalau saya anak adopsi," jedanya mencoba mengontrol ekspresi agar terlihat biasa saja.

"Anda kasian pada anak sampah jalanan lalu anda memunggutnya," tandas Darpati tajam.

Hati siapa tidak hancur jika tidak dianggap kehadirannya dalam sebuah keluarga. Ia hanya mampu diam, tak berniat menceritakan pada siapapun itu apalagi Milla. Ia tidak mau terlihat lemah, orang lain hanya boleh melihat keberingasan seorang Darpati bukan kerapuhan.

"Jangan bikin onar lagi kamu Darpati!"

Suara teriakan Atmaja masih sempat ia dengar. Pantaskah dia disebut ayah?

"Ketemu Milla lo?"

Begitulah satu pertanyaan yang melontar ketika Darpati baru saja masuk kamar. Fajar duduk di bibir kasur dengan komik di tangan. Cowok berkaos putih itu mulai meletakkan komik di atas nakas.

"Seharusnya lo gak buat posisi Milla terancam," terusnya lagi.

Dahi Darpati mengernyit. Punggungnya menegak setelah baru dua detik disandarkan di punggung sofa.

PERFECT BAD COUPLE (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang