37. KITA SAUDARA [PRIVATE]

Start from the beginning
                                    

"Gue udah dari lama suka sama Jaka. Dia juga bilang dia suka sama gue. Gue seneng dan akhirnya nolak Chiko dulu buat Jaka tapi apa balesan dia? Dia malah milih lo, Za. Dia ninggalin gue gitu aja. Gue nyesel nolak Chiko. Dan gue gak dapet apa-apa karena itu. Dia bahkan sekolah di sini karena mau ngejagain lo, Za. Dia sama sekali gak pernah mikirin gue. Gue selalu nyari cara biar dia noleh ke gue tapi gak pernah berhasil. Dia gak pernah ngeliat gue. Dia gak pernah suka sama cewek sombong, kasar dan bermasalah kaya gue. Dia bohong tentang perasaannya ke gue. Dia cuman mau lo. Cuman lo."

"Dua hari lalu Maddy ngerjain gue. Di belakang sekolah. Gue takut sama dia. Gue gak berani. Dia ngerjain gue sama temen-temennya karena lo sama Chiko keliatan deket."

"Ya ampun Nency gue gak bermaksud,"

"GAK BERMAKSUD APANYA?!" Nency menyela perkataan Moza. "Sejak lo dateng ke rumah ini semuanya jadi berubah! Hidup gue hancur gara-gara lo!"

"Sejak lo dateng ke sini Mama jadi sering marah-marah ke gue. Dia gak tau gimana perasaan gue saat dia marahin gue. Dia gak pernah tau seberapa capeknya gue habis pulang sekolah dapet pukulan dia. Dia selalu ngomong kasar ke gue. Masalah kecil pun bisa jadi besar. Mama juga matahin semangat gue untuk Ballet. Gue capek, Za. Gak pernah ada yang bisa ngertiin gue. Gak ada yang peduli sama gue."

Moza bersimpuh di depan Nency. Kepala Nency tertoleh ke kanan dengan kedua tangan di atas lutut. "Maaf... Nency. Gue gak pernah ngertiin lo. Maaf karena gue ngerusak hidup lo."

Nency mengangkat wajah memandang Moza, terkejut. Dari sejuta cara dan kata. Moza mengatakan itu padanya. Nency memandang tangan Moza yang menyentuh lengannya. Perempuan riang itu tersenyum tipis pada Nency.

"Jangan pernah bilang gak ada orang yang peduli sama lo. Pasti ada orang yang peduli sama lo cuman lo gak sadar. Mungkin dia malu atau mau sembunyi-sembunyi peduli sama lo," ujar Moza. "Gue peduli sama lo Nency. Maafin gue ya?"

"Kenapa lo minta maaf?" air mata Nency semakin turun. Suaranya terdengar serak. "Kenapa lo minta maaf?" Nency mengulang pertanyaannya. Mendesak Moza.

"Karena gue udah ngerusak hidup lo. Maafin gue Nency. Gue emang salah," ucap Moza meneguk ludah. "Kalau lo gak suka gue tinggal di sini gue gak bakal tinggal di sini, kalau lo mau Sasa sama Katrina, lo bisa ajak mereka temenan lagi, kalau lo mau Jaka gue bisa comblangin lo sama dia. Kalau lo mau jadi putri sekolah pun gue pasti ngalah. Gue gak butuh semua itu, Nency. Gue cuman mau hubungan kita jadi membaik."

"Kenapa?" Nency hampir tak bisa mengembuskan napasnya. "Apa kalau gue minta Chiko lo bakal kasih dia ke gue?"

Moza terdiam. "Gue gak tau," jawab Moza. "Tapi kalau Chiko milih lo. Gue pasti relain dia buat lo."

Nency terdiam. Duduknya berubah jadi bersender di dinding. "Kenapa Za? Kenapa lo baik banget sama gue?"

"Karena kita saudara." Moza membalas sambil tersenyum.

Nency menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menangis sejadi-jadinya. Perempuan itu semakin sesak tak terbendung. Kenyataan bahwa Moza sangat peduli dengannya membuat Nency jadi semakin bersalah atas segala perbuatannya pada perempuan yang ada di depannya ini. Seharusnya tidak begini. Seharusnya Nency tak boleh menangis, tapi hari itu Nency menangis. Karena Moza masih menganggapnya saudara.

"Dari mana pun asal lo. Siapa pun Ayah lo. Kita tetep saudara." Moza mengusap lengan Nency. "Gue sayang sama lo Nency. Kita adik-kakak. Jangan pernah ngerasa kalau gak ada yang sayang atau peduli sama lo."

"Maaf Moza...," Nency semakin tak bisa menahan tangisnya. Kedua bahu Nency berguncang hebat membuat Moza memeluknya. Hari ini, untuk pertama kalinya. Moza berhasil memeluk Nency yang masih menangis. "Maafin gue...," bisik Nency.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now