20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]

340K 30.4K 17.7K
                                    

20. TEKA-TEKINYA

Dengan tergesa-gesa Moza memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas. Cewek itu berdiri dari bangku tempat duduknya ketika memeluk buku-buku yang sengaja dibawanya sekarang karena tak mau tasnya terlalu berat. Moza lalu keluar kelas untuk mencari keberadaan Chiko di kelasnya karena Chiko sudah berjanji mengantarnya.

“Pulang sama siapa, Za?” seseorang tiba-tiba menyembul di sebelah Moza membuat Moza memperhatikannya. Draco sedang berjalan di sebelahnya ketika lorong sekolah sedang ramai karena bel pulang sekolah baru saja berdering.

“Oh ini sama—”

“Sama gue,” celetukan bersuara berat di samping Draco itu membuat cowok dengan hoodie merah itu menoleh pada Chiko. Chiko sengaja memotong pembicaraan Draco. Ia harus lebih gesit daripada Draco kalau tidak Moza bisa jatuh ke dalam pelukan cowok itu.

Draco tiba-tiba tertawa sumbang, “Katanya nggak suka. Mau diputusin. Tapi sampe sekarang masih aja pacaran.”

Chiko menarik hoodie Draco hendak menghajarnya lagi namun Moza melarangnya, “UDAH CHIKO! JANGAN MUKUL KAK DRACO!” Moza menarik tas Chiko membuat cowok itu sukses berhenti. Tidak jadi memukul Draco.

“Kok nggak jadi mukul gue? Segitu doang nih lo beraninya?” Draco terus saja memancing amarah Chiko. Membuat Chiko kembali naik darah namun Moza kembali menahannya.

“UDAH CHIKO! UDAAHH!!” Moza menarik tas Chiko kembali ke belakang.

“Bangsat lo ya! Besok-besok awas aja lo!” tunjuk Chiko dengan pandangan marah pada Draco namun Draco malah menganggapnya sebuah lelucon.

“Lo pikir gue takut, Ko?” ujar Draco pada Chiko. Cowok bermata biru itu melirik Moza penuh arti.

“Nanti bales SMS gue ya, Za? Jangan sampe nggak dibales.” Draco tersenyum pada Moza membuat Moza jadi mengerjap sebentar karena kelakuannya.

Chiko memerhatikan keduanya sampai Draco memilih pergi dari hadapan Chiko dengan senyum yang paling tidak Chiko suka selama ini. Membuat Chiko merasa dilempar ke masa lalu akan kejadian tadi. Draco masih tetap sama. Merebut apa yang telah Chiko punya. Cowok itu tidak pernah berubah.

“Dia tau nomor telpon lo?” tanya Chiko pada Moza yang sejak tadi membisu.

Moza meneguk ludahnya, takut. “Tauuu....,” ujar Moza ragu-ragu.

“Kenapa bisa tau?” seperti lelaki yang kehilangan kesabarannya. Cowok itu bertanya dengan nada menuntut pada Moza. Tidak suka mendengar apa yang Moza dengar tadi.

“Dikasih tau sama Zetta.” Moza bersuara kecil lalu meninggi, “Sumpah Ko! Aku juga gak tau kalau dia tau nomor telpon aku! Tiba-tiba aja Kak Draco langsung SMS aku!”

“Mana coba gue liat.”

Moza membawa tasnya ke depan badan lalu mengambil ponselnya. Membuka kata sandi berbentuk pola itu. Dengan gerak penuh amarah Chiko mengambil paksa ponsel Moza dari tangan cewek itu yang membuat Moza terkesiap.

Yang pertama dilihat Chiko adalah foto wajahnya sendiri saat dihukum di perpustakaan sekolah mengisi background di ponsel Moza yang membuat Chiko menoleh pada Moza yang terus memperhatikannya. Cewek bermata bening itu wajahnya tambah merah karena ketahuan memfoto Chiko diam-diam dari samping saat memasukkan buku ke dalam rak perpustakaan sekolah.

“Lo ngambil foto gue di perpus tadi?” tanya Chiko tambah membuat wajah Moza merah karena ketahuan.

“I—iyaa... kamu marah yaaa Chiko?” Moza bertanya pada Chiko.

Entah kenapa Chiko merasa senang. Amarahnya seketika lenyap hilang entah ke mana. Lagi-lagi hati Chiko terusik. Membuatnya merasa bahwa kejutan kecil dari Moza seperti ini terasa manis saat Chiko mengetahuinya.

MOZACHIKOWhere stories live. Discover now