SFTP.12

1.3K 136 7
                                    

Chapter 12 : Hari yang Dinantikan

Di depan sebuah makam, berdiri 5 orang. Seorang perempuan mengambil langkah ke depan dan menaruh buket bunga.

Ia mengelus pelan batu makam itu dan hanya mengatakan kalimat singkat, "Ibu, berbahagialah."

Keempat lelaki yang berdiri di belakangnya hanya bisa menatap putri dan adik bungsu mereka dengan tatapan kosong. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa.

Setelah Raeyonna tertangkap, Emerald mengatakan kalau dia ingin meninggalkan rumah dan hidup mandiri. Awalnya Yue tidak terima, ia pikir, apa kata orang bila ia membiarkan seorang perempuan pergi ke dunia luar tanpa ada yang mendukungnya? Bagaimana bila Emerald bertemu bahaya? Ia yang tidak ada di sisinya pasti tidak bisa menolongnya.

Karena itu, ia hanya bisa memikirkan cara untuk mencegah Emerald pergi. Yue memaksanya untuk tetap tinggal di rumah, dan jika dia memang ingin tetap pergi. Maka dia baru bisa pergi setelah dia lulus sekolah.

Yue juga memohon kepada Tristan untuk membantunya, dan akhirnya keputusan paling tepat terbentuk. Emerald akan bekerja dirumah, dia akan membantu pekerjaan para pelayan sedikit-sedikit. Yue tidak bisa meminta lebih dan ia hanya bisa setuju.

Dengan langkah yang berat, kelima orang itu pergi meninggalkan makam tersebut.

Sesampainya dirumah, Yue hanya menghabiskan waktunya dengan berlatih, makan, mandi, dan tidur. Ini adalah hidup paling santai yang pernah ia jalani. Dan hari libur itu berlalu begitu saja.

🌙🌙🌙

KEESOKAN HARINYA - DI SEKOLAH

RING RING RING!!!

Bel sekolah berbunyi. Semua murid kembali ke kursi mereka, sementara pintu kelas terbuka dan menampakkan guru mereka.

"Selamat pagi semua. Kalian tahu, aku memiliki kabar gembira. Apa kalian bisa menebaknya?" Tanya pak guru terlihat antusias.

Yue melirik kearah pintu kelas, ia dapat merasakan sebuah keberadaan yang familiar.

"Apa pak?" Tanya para murid penasaran.

"Oh! Aku tahu!" Seorang murid mengangkat tangannya.

"Coba katakan."

"Bapak tidak jadi memberi kita ulangan minggu ini. Iyakan?!"

"Hah? Tentu saja bukan itu, bagaimana bisa kalian berpikir untuk kabur dari ulangan bapak?" Pak guru menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu, apakah kita akan mendapatkan teman baru?" Pertanyaan Archard membuat kelas langsung sunyi. Pak guru menatapnya terkejut, "Seperti yang diduga dari nomor satu kita."

Saat Pak guru mengatakan itu, hampir semua murid perempuan bertepuk tangan kagum. Archard melirik kearah seseorang, sementara seseorang itu hanya memperhatikan pintu dan mengacuhkannya. Dia menghela napas.

Sepertinya, hanya ia yang tidak bisa aku tarik perhatiannya. Pikir Archard.

"Tapi pak, tidakkah ini terlalu mendesak? Kita sudah berada di kelas 3."

"Itu adalah keputusan bapak sekolah, lagi pula dia juga telah menyelesaikan ujian yang diberikan. Archard, sepertinya kau akan mendapat saingan lagi tahun ini, sebab dia berhasil mendapatkan nilai sempurna dalam ujiannya." Perkataan pak guru membuat semua murid mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu, mereka penasaran dengan murid baru tersebut, sirat kekaguman juga nampak dari mata mereka.

Tes masuk di sekolah ini cukup sulit, apa lagi di tengah semester karena tingkat kesulitannya akan dinaikkan. Sehingga, jarang sekali ada murid pindahan atau murid baru.

Soul From The Past[END]Where stories live. Discover now