MPH - 8 [Rio] 17+ ●

368K 8.8K 257
                                    

"Cih... bilang saja kamu memang mau menggodanya kan?" Lano menatap rendah Anin lalu segera menurunkan Anin dari pangkuannya "Dengar Tasya, aku memarahi dia didepanmu tadi supaya orang lain berfikir keluarga kita ini damai. Tapi perlu kamu ingat. Selama kamu berada di sisiku, maka selama itu pula kamu merasa siksaan dariku"

Anin menutup kedua matanya. Dia hanya bisa mendengar langkah kaki Delano yang menjauh meninggalkannya seorang diri.

  ●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Rio menggeram mendengar kata-kata buruk dari pria bernama Delano itu. Sebagai seorang pria harusnya Delano bisa menahan diri, apalagi istrinya sedang mengandung bayi, anaknya, buah hatinya dengan istrinya itu. Ya memang saat Delano turun kebawah Anin sempat mengajak Rio mengobrol juga Anin menceritakan bahwa dirinya tengah mengandung.

Rio sadar saat Anin menceritakan hal itu tersirat dimatanya sebuah kebahagiaa yang amat menyakitkan, dan sekarang disaat dirinya dapat mendengar percakapan suami istri itu membuatnya sangat yakin untuk membawa Aninda keluar dari rumah ini.

"Anin?" Rio mendekati Aninda yang sedang menekuk lutut dilantai balkon.

"Eh... Rio?" Anin segera bangkit lalu mencoba untuk tersenyum. Walau matanya sudah membengkak tapi tidak seharusnya dia membagi rasa sakit ini pada orang lain yang tidak dia kenal. "Maaf.. sebentar ya. Kamu duduk dulu disini aku mau ganti baju dulu hehe" Anin segera melangkah menuju lemari pakaian lalu meluncur kekamar mandi untuk ganti bajunya sedangkan Rio hanya diam dibalkon.

"Ini Rio bayarannya, maaf ya suamiku tadi memarahimu" Aninda tersenyum kikuk saat dirinya memberikan Rio uang, rasanya uang ini tidak dapat menggantikan rasa sakit yang diderita Rio saat Delano menuduhnya macam-macam.

"Jangan bayar aku Aninda. Kufikir pekerjaanku belum selesai" Rio tersenyum lalu mengacak puncak kepala Aninda "Nanti tiba saatnya dimana dirinya lah yang membayar langsung kepadaku"

Aninda mengangkat satu alisnya lalu menggaruk tengkuknya. Aneh memang siapa yang dimaksud dengan dirinya? Setaunya Rio kesini untuk memperbaiki showernya kan.

"Aku pulang dulu" Rio tersenyum lalu membalikkan tubuhnya.

"Eh! Jangan, terima ini dulu. Apa ini kurang?" Aninda menahan pergelangan Rio yang hendak meninggalkan dirinya tanpa mengambil bayarannya ini.

"Itu tidak perlu. Aku yakin besok dan seterusnya kalian akan sering bertemu denganku. Anggap saja uang itu untuk beli susu untukmu" Canda Rio.

"Jangan, nanti keluargamu makan apa?" Aninda menatap Rio tidak suka lalu memasukan uang itu kedalam saku celana Rio. "Kalau kamu tidak mau terima yasudah buang saja." Anin menatap wajah bengis lalu dibalas ringisan dan anggukan dari Rio.

"Baiklah aku pulang dulu" Rio tersenyum lalu segera keluar dari rumah itu. Saat dirinya sudah berada didalam mobil segera dia menelfon seseorang. "Temui aku di cafe biasa. Sekarang!" lalu setelah itu mobilnya membelah kota New York.

Jessie mendelik menatap wajah kakaknya yang baru datang setelah 2 jam dirinya menunggu di cafe ini.

"Cih? Ini kah yang disebut se.ka.ra.ng?" Jessie menatap Rio, kakaknya yang menyuruhnya datang ke cafe ini. Entah urusan apa setahunya kakaknya ini tipe 'kakak jaman now' alias 'datang pada saat ada maunya saja'

"Jess aku yakin kamu mengenal Aninda Tasya William yang sekarang sudah berubah nama belakangnya menjadi Kyle?" Ucap Rio tanpa basa-basi. Well see? Kakaknya memang 'tipe jaman now.'

"Oh itu. Dia adik teman setimku. Kenal sih iya, tapi kalau seluk beluknya bahkan ganti nama itu aku tidak begitu perduli. By the way gak mau pesan minum dulu nih?"

My Possesive Husband [OPEN PO KE 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang