1. The Beginning

3.4K 228 208
                                    



(VINA POV) JULI TAHUN 2016

"Barusan namamu siapa?" tanyaku.

"Namaku Nacil," ucapnya padaku. Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum padanya. Well, ini saatnya aku berkenalan dengan lingkungan baruku, di dunia perantauanku, kota Malang.

Nacil membalas senyumanku. Saat ini kami baru saja selesai dari acara yang diperuntukkan untuk mahasiswa baru yang biasa dinamakan ospek Universitas. Sehingga kami para mahasiswa baru harus berjuang untuk keluar dari aula besar. Aku mendengus kesal dan berdecak frustasi melihat arah kerumunan yang padat itu. Aku benci sekali keramaian seperti ini. Namun Nacil memegang lenganku, seolah memberi isyarat: "sabar ya, Vina." Aku pun tersenyum dan mulai mencoba untuk bersikap lebih sabar saat ini.

Oh Tuhan, mungil sekali si Nacil ini. Suaranya juga sangat lirih dan ia bisa dikatakan sangat imut, masih seperti anak yang duduk di bangku sekolah dasar atau mungkin sekolah menengah pertama. Jelas berbeda dengan diriku yang... hmm, bisa dibilang sama sekali tidak mungil. Namun kantung mata besar yang menghias kedua kelopak matanya itu membuatku menilai dirinya adalah pelajar keras. Wajahnya menjadi terlihat lebih tua, karena efek kantung mata itu.

Akhirnya kami berhasil keluar dari aula besar itu dan kini kami menuju toilet perempuan. Setelah aku selesai dengan urusanku di toilet, aku menunggu Nacil di luar toilet wanita. Tiba- tiba saja kelopak mataku terasa sangat berat. Aku merasa mengantuk sekali. Aku mencoba untuk tidur dalam posisi berdiri walau hanya sebentar saja...

"Ayo Vina."

Aku terkejut saat mengetahui Nacil sudah berada dibelakangku saja. Aku tersenyum padanya.

Sial, aku bisa sampai mengantuk seperti ini pasti tidak lain karena agenda begadangku di deepweb semalaman. Well, jam terbangku sebagai hacker amatir benar-benar harus dikurangi. Aku tidak ingin aktivitas itu mengganggu kuliahku nantinya.

"Tidak masalah kan kalau kita ke kosmu dulu? Habis kalau aku ke rumah saudaraku, letaknya jauh sekali dari sini. Aku masih belum mencari kos yang dekat dengan kampus kita. Lagipula nanti kan kita harus ikut berkumpul dulu di tempat khusus maba untuk sosialisasi di... dimana tempatnya tadi?" Nacil tampak menimbang-nimbang.

"Okay, tak masalah. Lagipula tempat kosku juga berada dekat dengan playground itu."

"Oh ya, di playground. Sip deh, Vina," ujarnya sambil tersenyum.

Kami berdua pun menuju kosku dan dalam hitungan menit, kami sudah sampai. Hari pertama ospek mahasiswa, entah mengapa kami sudah diberi tugas-tugas yang mungkin bisa dibilang tidak penting, seperti membuat artikel, kartu nama, membuat struktur organisasi kampus, dan lain sebagainya. Sebenarnya aku dan Nacil tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Hal itu mungkin karena masih dalam batas wajar. Namun lain halnya dengan mahasiswa baru lain yang entah mengapa sedaritadi terus saja mengeluh. Biarkanlah.

Saat ini, tepat pukul empat sore kami, para mahasiswa baru jurusan Biologi sudah berkumpul dan berdiskusi di Playground. Ada tiga orang senior yang menemani kami untuk melakukan sosialisasi dan arahan tugas lainnya.

Entah mengapa saat ini aku merasa mengantuk sekali. Aku pun mengambil kesempatan untuk tidur di sela-sela waktu yang ada.

Sayup-sayup kudengar bahwa beberapa diantara kumpulan mahasiswa baru ada yang mengatakan bahwa kami juga dikumpulkan untuk kepentingan suatu golongan. Aku mengernyitkan keningku, tidak memahami maksudnya. Bahasa yang mereka gunakan lagi-lagi adalah bahasa Jawa. Dari hal yang berhasil kutangkap, mereka mengatakan bahwa: dibalik para senior yang saat ini sedang mengumpulkan kami, mereka akan melakukan perekrutan anggota baru atau mencari calon-calon kader. Samar-samar akupun mendengar istilah Organisasi Perkaderan Kampus.

HUNTERS AGENT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang