18. Kabar Bahagia atau Kabar Duka?

60 6 7
                                    

" Selamat ya dokter Alfa, Ibu Freeya. Saat ini Ibu Freeya sedang mengandung. Usia kandungannya memasuki minggu ke 4, saya akan memberikan resep obat penguat kandungan " ucap seorang dokter pada Freeya dan Alfa.

Alfa melakukan sujud syukur dengan sedikit tangisan kebahagiaan, memeluk Freeya setelahnya dan dalam hati mengucapkan terimakasih pada Tuhan.

Freeya juga melakukan hal serupa, ia mengucap beribu kali kalimat syukur tidak menyangka ia diberikan pengganti calon anaknya yang pergi dua bulan lalu secepat ini.

Yang Alfa dan Freeya tahu, jika Tuhan itu Mahaadil. Tuhan akan selalu melihat apa yang makhluk-Nya butuhkan. Dibalik duka ada bahagia yang tercipta, itu yang Freeya dan Alfa yakini.

Sepertinya belum lama saat mereka keluar ruangan dokter sambil bergenggaman tangan, belum lama mereka mengucap syukur akan kehadiran calon anak mereka.

Saat akan kembali ke apartemen, Galane menelpon Freeya sambil terisak-isak. Mengabarkan jika Ze dan Oline mengalami kecelakaan pesawat saat ingin terbang ke Perancis. Galane juga menceritakan bagaimana Shyra  selalu hadir dalam mimpi Oline, menyalahkan Oline dan Ze atas kematian calon anak Freeya.

Freeya tidak tinggal diam, ia menganggap apa yang Galane ucapkan hanya tipuan. Saat radio dalam mobil Alfa mengabarkan ada pesawat jatuh yang menuju Perancis.

Ponselnya terjatuh, bibirnya bahkan kelu saat mendengarkan bahwa semua penumpang pesawat tersebut dalam keadaan tidak selamat karena pesawat itu meledak diudara.

" Sayang kenapa? " Tanya Alfa yang kaget saat istrinya menjatuhkan ponsel.

Kemudian Alfa menepi di sebuah parkiran coffee shop, mengambil ponsel Freeya yang terjatuh.

Dari seberang sana masih terdengar suara Galane yang menyapa panik sembari terisak, Alfa menyambutnya dengan tanya.

" Galane, sebenarnya ada apa? " Ucap Alfa.

" Om Alfa, maafin kesalahan Nenek sama Kakek yang pernah ngelukain hati Om dan Freeya ya. Biar mereka tenang, Om bisakan? " Ucap Galane tidak nyambung.

" Maksudnya apa Galane? Tenang? Tenang apa sih? " Tanya Alfa semakin tidak paham.

" Nenek sama Kakek meninggal Om. Mereka meninggal didalam pesawat, pesawat yang akan menuju Perancis. Pesawat yang dibajak oleh sekelompok rasis yang membawa bom bunuh diri dalam pesawat " jawab Galane lagi dengan isak yang makin hebat.

" Bercanda kamu engga lucu Lane... " Respon Alfa pada ucapan Galane.

" Aku engga lagi bercanda Om. Nenek sama Kakek ada dalam pesawat itu, bahkan pesawat itu hancur berkeping-keping " ucap Galane.

Alfa bersandar dalam jok mobilnya, sejenak melihat kearah Freeya yang mulai bisa terisak.

" Nanti aku telpon lagi Lane, aku mau nenangin Rere dulu " ucap Alfa yang langsung mematikan ponsel Freeya tanpa intro dari Galane.

Alfa membuka sabuk pengamannya, lalu keluar dari dalam mobil. Membuka pintu samping mobil, tempat Freeya duduk. Menarik perempuan itu keluar, walau disambut malas Freeya tapi akhirnya Freeya mau juga diajak bangkit.

Tanpa kata Alfa menggandengnya kehalaman coffee shop, meminta Freeya duduk yang ternyata ada di pangkuan Alfa. Lalu Alfa memeluknya, dan Freeya menangis sejadi-jadinya di pelukkan Alfa.

" Aku engga nyangka, kalo Nenek sama Kakek bakalan pergi secepat ini. Aku sayang sama mereka Bang, hanya saja aku membenci mereka saat mereka mencoba membunuh Abang dan berhasil membunuh calon anak kita. Aku engga rela, sampai kapanpun aku engga akan pernah rela. Tapi kalo udah gini, aku bisa apa Bang? Jadi apa Tuhan mempermainkan kita? Kenapa semua cobaan ini datang beruntun?

Sa Blessure Est Aussi Moi Where stories live. Discover now