Prologue

312 37 5
                                    

Tak perlu melihat garis tanganmu, melalui  matamu saja aku bisa tahu siapa masa depanmu

.

.

.

"Udah habis berapa bungkus?"

Gadis berambut pirang itu menoleh tanpa minat. Sebab ia sudah tahu jelas, jika suara yang ia dengar hanya akan mengganggunya setelah ini. Sedetik kemudian, ia kembali menumpahkan bubuk dari kemasan sachet berwarna hijau ke dalam mulutnya. Sedang si lelaki, dengan santai duduk di sampingnya.

Jika saja kedua makhluk yang sedang memandang langit pagi itu adalah sejoli yang sedang dimabuk asmara, pasti suasana romantis sudah tercipta hingga menimbulkan kecemburuan bagi umat manusia yang masih setia dengan kesendirian mereka. Begitu indah untuk dilewatkan. Belum lagi perpaduan antara semburat cahaya kuning dengan siluet sepasang manusia itu, yang menghasilkan potret gambaran ala-ala tumblr yang banyak beredar di media sosial.

Bagaimana tidak, kedua manusia yang sedang sama-sama duduk di atas hamparan rumput hijau itu, saling menyenderkan kepala. Bak sepasang pengantin yang sedang melakukan foto pre-wedding. Sangat manis jika dilihat--dari belakang.

Eits, jangan salah, dari depan juga masih terlihat romantis sebenarnya. Hanya saja keberadaan bungkus sachet bertuliskan 'Milo' itu, mengurangi kekhusyukan penonton ketika mendengar krusak-krusuk dari sang gadis yang sedang mencoba melahap bubuk coklat di dalamnya.

"Inget umur, segede ini masih aja nggado susu."

Setelah mengangkat kepala, yang bersurai lebih panjang itu memberikan tendangan pada si lelaki hingga badannya terpental tak lebih dari dua meter dari posisi semula.

"Sakit, Rita!"

"Kalau cuma mau mancing emosi, mending kamu sekalian pergi ke puncak Candi Borobudur terus joget Aisyah, ala-ala anak Tik-Tok di sana. Dijamin terpancing tuh emosi penjaga sekaligus para pengunjung candi."

"Itu namanya bukan mancing emosi, tapi mengundang ke-viral-an lelaki berparas terlalu tampan bak malaikat ini."

"Malaikat maut tuh, baru aku percaya!"

"Idih, gitu aja ngambek."

Rita Leta Maheswara. Gadis bermata coklat terang itu, kemudian menenggak habis bubuk dalam kemasan. Tanpa ba-bi-bu ia meremas bungkusan hijau itu, dan dalam satu kejapan mata, keluar beberapa kelopak bunga berwarna merah muda dari telapak tangannya.

"Ta!"

Bukannya merasa bersalah, Rita malah tersenyum dan memiringkan kepalanya.

"Iya, Ikbal yang katanya mirip ramadhan?"

"Tadi itu bahaya! Gimana kalau ada yang lihat?"

"Tadi itu bunga, bukan bahaya. Lagian pagi-pagi gini belum ada warga yang beraktivitas di sekitar sini."

Ikbal mendecih, "Alright, girl. I know it well. Tapi jangan lupa, sekitar sini juga area wisata, jadi ngga menutup kemungkinan orang-orang pada kesini buat liat sunrise."

"Siap, baik, paduka penguasa alam binatang sejagad raya. Hamba mengerti."

"Nah, gitu. Lain kali, jangan ngawur lagi. Tapi, kenapa gelarnya terdengar agak aneh ya?"

"Kan kamu emang ahlinya binatang. Siapa suruh asik banget kalau udah ngobrol sama sebangsa serangga."

"Yaudahlah, terserah. Masih lama di sini?"

"Ehm, mungkin setengah jam lagi."

"Okelah, aku juga masih butuh energi."

Saat Ikbal akan kembali meletakkan pantatnya di rerumputan, ia kembali bersuara, "Aku duduk lagi loh ya, awas kalau kamu tendang."

Rita hanya menunjukkan tanda perdamaian dengan dua jari yang ia acungkan di depan wajahnya. Setelah Ikbal benar-benar kembali duduk di sampingnya, Rita kembali meletakkan kepalanya pada bahu Ikbal.

Kehangatan pagi pun semakin terasa, seiring meningkatnya intensitas kilauan cahaya mentari di ufuk timur sana.

🌝

🌹

Rita Leta Maheswara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rita Leta Maheswara

Ikbal Ravi Rajendra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ikbal Ravi Rajendra

(Mirip iqbal kau-bidadari-jatuh-dari-surga ngga? wkwk #eaa)

Coba2 buat fantasy nih, kira2 jadinya gimana ya? Hehe. Semoga kalian suka.
Cerita ini bakal agak-sedikit nyambung sama Coincidence, so, jangan kaget atau bingung.. Karena aku juga masih bingung kkk~
But, don't worry, Coincidence masih jadi prioritas, krna mau aku selesaiin sblm bulan Maret --kalaubisa.
Kalau pengen ini segera dilanjut ya berarti tolong sodara-sodara sekalian agar sabyar menanti.
Happy holiday dan semangat buat semuanya~

Tavy.

THE ORACLEWhere stories live. Discover now