32. MOZA DRACO JADIAN

Depuis le début
                                    

“Lo mah kalau sama gue gak mau. Kalau sama Moza baru lo mau gitu, tanya Ganang. “Awas aja kalau sampe Moza berpaling sama gue Ko!”

“Halah Nang. Lo ngomporin Chiko mulu biar Chiko makin semangat ngejar Moza kan? Udah-udah, Nang. Chiko udah milih Moza. Bukan Nency lagi,” kata Bisma.

“Kasian. Ngejilat ludah sendiri, Ko. Gak malu?” tanya Ganang padanya, frontal.

“Gue denger bakalan ada pemilihan calon putra sekolah. Kayanya lo harus ikut deh Ko. Lumayan wajah lo bisa kepajang di majalah sekolah gitu kan cakep Ko!” kata Ergo.

“Oh ya? Kapan?” tanya Chiko. “Tapi gue gak minat jadi kaya gituan. Repot. Lo harus ikut ini ikut itu. Dispen ini dispen itu. Ngapain gue capek-capekin diri sendiri buat ikutan itu? Mending gue tidur di rumah.”

“Yah Ko, sayangnya Moza udah daftar tuh! Raffi nyalonin dia buat jadi putri sekolah semester ini sampe tahun berikutnya karena Nency katanya kurang cocok. Sifatnya sih kata Raffi. Kan Raffi yang buat majalah sekolah pake dana yayasan,” kata Ergo membuat Chiko menekan dahinya.

“Serius lo Moza ikutan?” tanya Chiko. “Gue males ikutan ngapain juga.”

“Terserah lo aja. Gue denger-denger sih katanya Draco mau nembak Moza, Ko. Dia bilang sendiri di kelas tadi,” Bisma bergeser duduk. “Jangan sampe lo keduluan sama Draco. Gue gak mau lo kalah.”

“Betul tuh! Setuju banget gue! Mending lo buruan ngajak Moza balikan, Ko!” Ganang berdiri.

“Ngajak balikannya yang susah. Kalau sekarang gue pasti ditolak sama Moza.” Chiko mengendikan bahunya. “Gue mau ke ruang guru dulu.”

“Inget! Oleh-olehnya Ko!” teriak Ergo namun Chiko yang sudah menjauh mengepalkan satu tangannya membuat Ergo tersenyum geli.

“Ko! Kalau Bu Rai sama Pak Broto macem-macam sama lo! Lo bisa panggil gue Ko! Kaus kaki gue siap membantu!” ucap Bisma membuat Chiko menggeleng pelan dan pergi menuju ruang guru.

****

“Chiko kamu pacar Moza kan?” tanya Bu Rai saat Chiko tiba dan duduk di kursi depan mejanya.

“Kenapa emangnya, Bu?” Chiko malah balik bertanya membuat Bu Rai menghela napasnya.

“Ibu dengar dari beberapa teman kamu kalau kamu itu pacarnya Moza. Kalau Ibu nanya Nency. Dia jawabnya rada gak suka. Ibu jadi gak berani ikut campur tapi ini masih tanggung jawab Ibu di sekolah sebagai orangtua kedua kalian,” ucap Bu Rai.

“Ada apa sebenernya, Bu? Tumben Ibu manggil saya. Saya pikir mau marahin saya.” Chiko menatap Bu Rai.

“Ibu bingung sama Moza. Orangtua dia sama sekali gak aktif nomor telponnya. Ibu sudah nelpon berkali-kali tapi gak bisa. Telponnya mati,” ucap Bu Rai.

“Tadi Moza masuk BK. Ditangain sama Ibu, Pak Rai sama kepala sekolah. Kamu tau kan dia ke sekolah penampilannya kaya gitu? Tadi juga dia ketauan keluar pas pelajarannya Pak Broto. Dia bilang mau ke kamar mandi tapi sampe bel pergantian dia gak masuk kelas juga. Sebenernya dia itu kenapa, Chiko?” tanya Bu Rai. “Setiap ditanya dia selalu diam. Ibu ancem bakal telpon orangtuanya juga dia diem.”

“Moza bolos pelajaran Pak Broto, Bu?” tanya Chiko terkejut.

Bu Rai mengangguk. “Ibu bingung. Murid kaya dia bisa masuk BK. Ini pertama kalinya Moza masuk BK.” Bu Rai mengembuskan napas. “Murid kaya dia. Ibu suka. Lucu banget tapi sekarang berubah total kaya orang dewasa. Ibu suka yang lama.”

Saya juga suka sama Moza yang lama. Lucu, batin Chiko.

“Coba kamu tanya dia baik-baik, Chiko. Kayanya dia ada masalah. Ibu sudah bujuk dia tapi dia gak mau ngomong.” Bu Rai membuat Chiko jadi membayangkan Moza yang menatap kosong ke arahnya.

MOZACHIKOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant