34. Kelulusan.

319 10 0
                                    

---

Dua tahun setelah kejadian dimana Haikal sakit. Kini mereka semua tiba saatnya dimana mereka semua harus berpisah.

Mereka berkumpul semua dikantin. Merayakan hari kelulusan mereka. Hubungan Vania dan Haikal sampai kini masih baik-baik saja. Syifa, mantan kekasih Haikal sudah mulai terbiasa dengan hubungan mereka berdua. Membuat Vania bisa bernafas lega, karena bisa terbebas dari adanya kedatangan Syifa.

"Gak nyangka juga sih, hari ini kita berpisah dari sekolah ini. Tiga tahun sekolah disini, dan ini saatnya kita pamit," seru Rini.

"Nah iya, banyak banget kenangan disekolah ini," sambung Vania.

"Kenangan yang selama ini kita satu tahun bersama," sambung Haikal.

"Bucin lu," ledek Rini.

"Btw, lu mau lanjut Universitas kemana?" tanya Vania pada Rini.

"Gue dapat di Bandung, jurusan Kedokteran. Cita-cita gue yang selama ini," jawab Rini.

"Serius lu? Kalau gitu selamat," ujar Vania.

"Dan lu sendiri dimana, Van?" tanya Rini.

"Gue dapat beasiswa di Universitas negeri Jakarta. Kampus yang selalu gue impikan," jawab Vania.

"Wah serius? Selamat juga ya buat lu, Van," kata Rini antusias.

Lalu Rini menatap Haikal yang sedang diam saja, "Lu dapat dimana, Kal?" tanya Rini. Tetapi Haikal tetap diam. Vania menyentuh bahunya, Haikal sedikit terkejut lalu menoleh.

"Kenapa?" tanya Vania.

"Gapapa," balas Haikal seraya tersenyum agar Vania percaya.

"Tadi dengar gue ngomong apa?" tanya Rini pada Haikal.

"Enggak. Coba ulang lagi omongan lu," jawab Haikal.

"Makanya daritadi jangan melamun mulu. Gue tanya sekali lagi, lu kuliah dimana?" seru Rini. Haikal yang mendengarnya seakan-akan wajahnya berubah tak seperti biasanya.

"Kok diam sih? Kamu kuliah dimana?" tanya Vania lagi.

"Ini yang jadi masalahnya Rin, Van. Gue.." seketika Haikal berhenti. Mereka berdua penasaran dengan ucapan Haikal.

"Gue apa, Kal?" tanya Vania penasaran.

"Gue gak kuat mau bilang itu. Gue takut lu sedih, Van."

"Aku gak akan sedih kok. Coba ceritakan yang sebenarnya," ujar Vania. Lalu Rini dan Randy hanya saling pandang menatap keduanya bingung.

"Iya benar kata Vania. Coba lu jelasin," seru Randy.

Haikal menghela nafas kasar, "Gue disuruh lanjut kuliah ke London bareng bokap gue. Awalnya gue tolak. Tapi bokap gue tetap maksa gue kesana. Karena gue yang akan nantinya jaga perusahaan dia," jelas Haikal.

"Kalau emang itu keputusannya, ambil aja. Karena keputusan orangtua pasti baik, dia menginginkan anaknya sukses dan bisa gantiin posisi dia dikantornya nanti," ujar Vania.

"Tapi, kamu sendiri gimana?" tanya Haikal.

"Kan masih ada Rini."

"Nah benar. Vania pasti gue jagain kok," seru Rini.

"Jadi kamu kapan pergi?" tanya Vania.

"Besok," jawab Haikal. Seketika semuanya terkejut dengan ucapan Haikal.

"Besok? Kalau besok, kenapa lu baru bilang sekarang?" tanya Rini.

"Gue udah mau ngomong ini dari awal kelas dua belas. Tapi gue belum siap buat bilang," jawab Haikal.

I Will Always Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang