28. Adik haikal.

407 22 0
                                    

---

"Asik pj Van," seru Rini ketika sampai kelas melihat Vania bersama Vania.

"Gak ada." jawab Haikal.

"Ternyata pelit lu gak hilang-hilang ya, Kal. Yaudah Vania aja deh," ujar Rini.

"Gak ada juga," jawab Vania. Rini mendengus kesal.

"Gue bilang juga apa. Lu pasti jadian sama Haikal. Dan semuanya terjadi saat ini," gerutu Rini.

"Iya," jawab Vania singkat. Rini menatap Vania heran.

"Lu daritadi jawabnya singkat-singkat mulu. Ada yang salah dari gue?" kesal Rini.

"Lu banyak bacot," seru Vania membuat Rini diam.

"Semoga langgeng," sahut Andra yang datang mengampiri mereka berdua.

"Iya makasih Ndra," jawab Haikal.

"Van, baik-baik aja kan?" tanya Haikal. Vania mengangguk.

"Jawab bukannya cuma anggukan kepala doang," tukas Haikal.

"Iya maaf," jawab Vania, "Boleh nanya?" tanya Vania dibalas anggukan Haikal.

"Kenapa kamu ngepost foto waktu sabtu itu? Udah tahu disitu, aku jelek."

"Vania mah gak ada jeleknya. Pasti cantik mulu," sahut Andra yang sedang bermain game. Haikal melirik sekilas Andra.

"Nah benar kata Andra," ucap Haikal.

"Kirim fotonya ke aku boleh?" tanya Vania menatap Haikal.

"Boleh. Aku kirim lewat Whatsapp ya," jawab Haikal lalu langsung mengirim foto tersebut.

Lalu Vania berdiri ketika mendengar suara bel istirahat. Tangan Haikal mencegah Vania untuk pergi.

"Mau kemana?" tanya Haikal.

"Mau ke kantin. Dari pagi belum sarapan," jawab Vania sambil berjalan. Haikal menyusul Vania, lalu merangkulnya kembali. Mereka berdua terus berjalan ke arah Kantin.

"Nempel aja terus."

"Saking takut kehilangan apa gimana? Kok apa-apa selalu bareng mulu."

"Semoga langgeng kalian."

"Ceweknya bodoh nerima cowok semacam Haikal. Padahal ada yang jelas-jelas kasih harapan lebih ke dia," tukas salah seorang siswa. Vania yang mendengar itu langsung menatapnya. Mengingat wajah lelaki itu. Baru kali ini, ada siswa yang ikut gosip seperti siswi.

Perkataan siswa lelaki itu terus saja terngiang dipikiran Vania. Hingga sampai dimeja, Vania duduk dan memikirkan ucapannya tadi.

"Ada yang suka sama gue selain Haikal? Siapa dia? Semoga dia cepat move on aja sama perasaannya. Biar dia gak naro harapan ke gue, itu bisa bikin gue merasa bersalah," batin Vania.

"Aku pesan makanan dulu ya," ujar Haikal lalu Vania mengangguk. Selama menunggu Haikal memesan makanan. Vania memainkan ponselnya dan membuka aplikasi Whatsapp. Dilihatnya setiap status ada Vania dan Haikal saat dilapangan tadi. Videonya tersebar luas disekolahnya.

"Gila. Siapa yang berani videoin ini? Kalau video ini tambah viral bisa gawat. Bisa makin dihina gue, tapi bodoamat lah gue gak peeduli," gumam Vania melihat video itu.

"Ada masalah apa? Muka kamu kok tegang gitu?" tanya Haikal sambil membawa pesanan mereka.

"Ini," Vania memperlihatkan ponselnya pada Haikal, "Kenapa ada yang videoin ini? Bukan cuma di WA. Tapi, di ig juga," seru Vania.

"Udahlah biarin aja. Gak usah terlalu mikirin hidup mereka. Mereka cuma bisa menghina tanpa tahu kehidupannya seperti apa. Biarkan video itu yang terpenting kamu harus makan," ujar Haikal lalu Vania mengangguk.

Disela-sela mereka berdua makan. Vania melihat seseorang duduk disamping Haikal. Tanpa izin, ia menyendokkan Nasi Goreng milik Haikal kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya. Vania diam melihat itu, sedangkan Haikal tak masalah jika nasi gorengnya dimakan.

"Kebiasaan lu," seru Haikal, "Oh iya, kok lu bisa disini Mbem?" tanya Haikal. Vania yang mendengar itu mengernyitkan dahinya. Apa maksudnya? pikir Vania.

"Bisalah. Gue kan mulai sekarang sekolah disini," jawabnya. Haikal mencubit kembali kedua pipinya yang tembam itu. Vania yang melihat perlakuan Haikal, segera Vania pergi keluar kantin. Namun, tangannya ditahan lebih dahulu oleh Haikal.

"Vania, kamu mau kemana?" tanya Haikal mencekal tangan Vania.

"Ke tempat jauh yang orang-orang gak bisa nemuin gue," ketus Vania.

"Aku belum kenalin dia ke kamu. Duduk dulu," ujar Haikal.

"Gak perlu lu kenalin ke gue. Gue udah tahu, paling juga dia cewek yang sama kaya syifa. Oh, atau mungkin ini cewek baru lu? Eh bukan-bukan. Cewek pertama setelah gue. Gak masalah, gue mau pergi." Vania melepaskan tangannya dari Haikal. Lalu pergi keluar kantin.

"Bego. Lu bego, Van. Benar kata cowok tadi, gue salah nerima cowok. Gue salah kasih hati gue ke orang lain. Gue kecewa sama lu, Kal. Gue benci sama lu," batin Vania teriak sambil berlari keluar menghiraukan panggilan Haikal. Haikal mengejar Vania.

Vania duduk dibangku taman sekolah. Diikuti Haikal yang sudah duduk disebelahnya. Vania memalingkan wajahnya dari Haikal, menyuruh Haikal pergi.

"Pergi!"

"Aku gak mau pergi sebelum aku jelasin semuanya," seru Haikal.

"Gue gak mau dengar penjelasan lu. Omongan lu semuanya bulshit. Jangan temuin gue, selagi gue belum maafin lu," jawab Vania tanpa menoleh.

"Dengerin Aku. Perempuan itu bukan seperti apa yang kamu bayangkan, Van. Dia itu.."

"Dia apa? Pacar pertama lu setelah lu putus sama Syifa? Terus lu berniat nembak gue juga? Kalau kaya gitu mending kita put.." sergah Vania memotong ucapan Haikal. Vania berhenti berbicara ketika melihat perempuan itu lagi datang kesini.

"Maaf kalau kedatangan gue buat kalian berantem. Tapi tolong dengerin penjelasan Haikal," serunya.

"Mau ngapain lu kesini? Pergi lu berdua sekarang. Kalau gak mau pergi, biar gue yang pergi," kata Vania sambil berdiri.

Langkahnya terhenti saat perempuan itu mengatakan, "Dia Abang gue, Van. Dan gue adiknya."

"Gue gak percaya," jawab Vania yang masih membelakangi mereka.

"Kalau kamu gak percaya, coba tanya sama Rini. Tanya kalau aku itu punya adik atau enggak," seru Haikal. Lalu Vania berbalik menatap mereka berdua.

Memperhatikan wajah mereka berdua, "Mirip," gumam Vania. Haikal berjalan mendekat ke Vania.

"Jangan marah lagi, jangan ngambek lagi. Aku minta maaf, Vania Anasthasia."

"Gak usah minta maaf. Yang salah aku, bukan kamu. Tapi kenapa kamu gak pernah bilang kalau punya adik perempuan?" ujar Vania.

"Gak pernah nanya sih. Makanya nanya dong tentang keluarga Haikal," sahut Dinda.

"Iya kapan-kapan aja," jawab Vania.

"Okay. Bang, gue mau ke ruang kepala sekolah dulu. Mau ada ngobrol lagi sebentar," pamit Dinda lalu pergi.

"Yaudah yuk ke kelas," ajak Haikal. Lalu mereka berdua jalan beriringan seperti biasa.

---

I Will Always Love You ✔Where stories live. Discover now