3. Pulang bareng.

1.3K 42 0
                                    

"Belum pulang?" Tanyanya. Dia lelaki yang tadi pagi bertabrakan dengan ku disaat Vania ingin menaiki tangga.

"Belum, lagi nunggu angkot atau taksi yang datang" balas Vania.

"Jam segini mana ada angkot yang lewat. Lihat aja sekolah udah sepi. Lu ketinggalan angkot kayanya" ujarnya. Vania langsung melirik jam tangannya yang ada ditangan kirinya.

"Iya nih, begitulah gue selalu pulang telat dan ketinggalan angkot. Yaudah gue duluan, gue pulang jalan aja" balas Vania lalu ia bangkit dari duduknya. Dan berjalan meninggalkan pria itu. Suaranya kembali menghentikan langkah Vania. Ia kembali berbalik ketika pria itu memanggil namanya.

"Vania!" Panggilnya lagi.

"Tau nama gue darimana?" Tanya Vania heran.

"Itu gak penting. Pulang sama gue" ujarnya. Vania semakin bingung.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri kok" tolak Vania.

"Gapapa, Van. Pulang bareng gue atau lu kehilangan harga diri lu nanti disana?" Tanyanya. Maksudnya apa?, pikir Vania.

"Disana ada preman. Gue takut lu diapa-apain sama mereka" serunya lagi seakan-akan tau apa yang ada dipikiran Vania.

"Ini orang punya kepribadian ganda? Bisa baca pikiran orang apa gimana?" Batin Vania.

"Oke gue ikut lu. Ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya" balas Vania lalu langsung naik ke motornya. Lalu pria itu langsung menjalankan motornya.

"Lu tau rumah gue dimana?" Tanya Vania. Memang benar, sedari tadi ia tak menanyakan rumahnya dimana.

"Tau" jawabnya. Vania semakin bingung dibuatnya. Ia tau rumahnya dan namanya juga? Sedangkan, Vania saja tidak pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya.

"Lu tau nama gue bahkan rumah gue, jujur sama gue, lu tau darimana?" Tanya Vania ketika motor yang ia naiki sudah sampai di depan rumahnya.

"Lu juga nanti tau kok nama gue siapa dan siapa yang ngasih tau ke gue" balasnya.

"Lu dukun ya?" Tanya Vania. Lalu ia tertawa mendengar ucapan Vania. Sebuah lelucon yang dianggapnya.

"Gue bukan dukun. Kalo lu mau tau nama gue, lu tanya aja disekolah pasti pada kenal gue"  balasnya.

"Geer banget! Siapa juga yang mau tau nama lu. Yaudah sana pulang!" Usir Vania.

"Yaudah gue pulang ya, Van. Bye" pamit lelaki itu lalu melajukan motornya kembali.

Ketika motor itu sudah menjauh dari Vania. Vania langsung masuk ke dalam rumahnya.

***

Vania memasuki rumahnya dengan serumpah kata yang dikeluarkan Vania berkali-kali.

"Sebenarnya orang itu siapa sih? Bikin gue penasaran aja! Pertama dia tau nama gue. Kedua dia tau rumah gue. Entar ketiga jangan-jangan dia juga nanti bakal tau kalo gue suka sama dia? Gak mungkin yang ketiga itu terjadi! Gue gak bakal biarin cowok itu. Sekarang gue bakal kasih nama buat dia itu dukun. Biarin aja, gue kan gak tau nama dia siapa" gerutu Vania sambil melepaskan sepatunya ke sembarang tempat.

"Vania kamu kenapa datang-datang ngomong sendiri? Kamu masih waras kan?" Tanya mamahnya yang heran dengan anaknya sendiri.

"Ih mamah! Mamah sama dukun itu sama aja! Selalu bikin aku kesel" kesal Vania.

"Du--" sebelum selesai melanjutkan ucapannya, Vania terlebih dahulu memotong ucapan mamahnya.

"Kalo mau nanya nanti aja! Aku ke kamar dulu" potong Vania lalu berlari kearah kamarnya.

"Anak itu kalo orang lagi ngomong selalu aja dipotong-potong" ujar mamahnya seraya menggeleng.

***

Vania duduk dikasurnya. Membuang tasnya asal. Tak ingin mengganti pakaiannya. Vania masih kesal dengan lelaki itu.

"Awas aja lu! Gue bakal cari tau nama lu siapa" teriak Vania sambil melempar-lemparkan bantalnya asal. Namun, disaat lemparan terakhir. Bantal itu tepat mengenai pembantu Vania yang datang membuka pintu kamar Vania. Dengan cepat Vania langsung menghampiri pembantunya.

"Aduh bi, aku gak sengaja, maaf ya bi. Bibi ada apa datang ke kamar ku?" Tanya Vania.

"Gapapa kok non. Non disuruh sama nyonya ke bawah untuk makan siang" balas bi Ijah selaku pembantu Vania.

"Bilang sama mamah, nanti aja" ujar Vania lalu bi Ijah mengangguk paham.

"Yaudah bibi pergi dulu ya" pamitnya lalu keluar dari kamar Vania.

Setelah itu Vania kembali menutup pintu kamarnya. Disaat Vania membalikkan tubuhnya. Ia terkejut akan melihat kamarnya yang berantakan.

"Ya ampun kamar gue kok bisa berantakan gini? Kalo mamah tau bisa-bisa gue diomelin" seru Vania menepuk dahinya.

Vania pun langsung membereskan kamarnya. Setelah terlihat rapih, Vania langsung menidurkan tubuhnya. Memejamkan matanya sebentar. Vania terlelap dengan wajah lelah.

---

I Will Always Love You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang