27. Ungkapan isi hati.

415 25 0
                                    

---

"Gue kanget banget sama lu sumpah," seru Haikal setelah melepaskan pelukannya. Lalu mencubit kedua pipi tembemnya.

"Ihh sakit. Jangan cubit-cubit gue lagi," cibirnya sambil memegang kedua pipinya.

"Habis gue kangen berat nih sama lu," jawab Haikal yang kembali memeluknya.

"Cie..yang segitunya kangen sama gue?" goda gadis itu.

"Udah-udah lepasin. Melepas rindunya nanti lagi. Bunda juga kan mau peluk dia," sela Bunda Haikal lalu ikut berpelukan.

Mereka bertiga melepas pelukannya. Bunda Haikal menatapnya, "Kalau gitu ayo kita makan. Bunda tadi udah siapin semuanya. Ayah juga pasti udah lapar," ujar Bundanya.

"Lu kapan datang, Mbem?" tanya Haikal yang sambil duduk disampingnya. Haikal sudah dari kecil memanggil gadis itu dengan sebutan Tembem. Entahlah karena apa, yang pasti karena pipinya membuat Haikal memberi panggilan Tembem.

"Barusan Bat," jawabnya.

"Bat apaan?" tanya Haikal heran.

"Batu," jawabnya lalu diakhiri tawaan.

"Sebutan baru lagi buat gue? Gue ini manusia bukan batu," kesal Haikal.

"Lu kan orangnya keras kepala. Susah diatur, orangnya keras kaya batu," ujarnya.

"Dinda, Haikal udah cepetan makan. Jangan becanda lagi," sergah Bundanya. Hingga mereka berdua langsung diam.

Dinda, itu nama asli dari panggilan Haikal yaitu Tembem. Dinda adalah salah satu adik dari Haikal yang umurnya hanya berbeda satu tahun. Mereka berdua kembali lagi bertemu saat ini, setelah empat tahun lamanya berpisah. Dan pada akhirnya, Dinda kembali pulang kesini membuat Haikal sangat bahagia.

"Bunda, tau gak?" seru Dinda disela-sela mereka makan.

"Tahu apa, Din?" tanya Bundanya.

"Itu loh, Bang Haikal punya pacar cantik banget. Terus kayanya, orangnya baik, pintar deh Bun. Iya kan, Bang?" ujar Dinda membuat Haikal menatap sinis ke arah Dinda.

"Pacar? Kalau gitu kenalin dong ke Bunda. Bunda cuma mau lihat seberapa baiknya dia. Dan Bunda gak mau dengar alasan kamu lagi seperti dulu saat kamu menjalin hubungan dengan Syifa," pinta Bundanya. Memang, dari dulu jika Haikal mengajak Syifa ke rumahnya. Syifa selalu beralasan dan tidak mau ketemu dengan Bundanya. Entahlah karena hal apa, yang pasti Haikal tak ingin membahasnya.

"Iya Bun nanti kapan-kapan. Lagi juga Haikal belum pacaran sama dia kok. Baru hanya sekedar pdkt," ujar Haikal.

"Seriusan belum? Gue kira udah," sahut Dinda.

"Belum dan gue masih bingung gimana caranya nembak dia."

"Jangan ditembak. Nanti dianya bisa mati, Kal," sahut Ayahnya.

"Apaan sih, Yah. Nembak alias cara mengungkapkannya," jelas Haikal.

"Itu gampang. Cukup sederhana buat mengungkapkan hal itu. Kamu yang harus yakin sama diri kamu sendiri dan buat dia merasa benar-benar nyaman sama kamu. Seperti kisah cinta Ayah sama Bunda kamu," jawab Ayahnya.

"Boleh kali ceritain kisah cintanya. Dinda mau dengar," pinta Dinda merayu Ayahnya.

"Anak kecil gak perlu tahu. Nanti juga kamu akan merasakan hal yang sama seperti Bunda kamu. Makanya cepat dewasa," ledek Ayahnya membuat Dinda mendengus kesal.

"Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah besar dan tahu apa itu cinta."

"Masa? Cinta yang sebenarnya seperti apa?" tanya Ayahnya.

I Will Always Love You ✔Where stories live. Discover now