2. Perasaan bingung.

1.7K 50 0
                                    

---

Vania sedikit memejamkan matanya. Bayang-bayang sosok lelaki itu terus saja menghantui pikirannya. Kejadian tadi pagi terus saja berputar dipikirannya. Vania menggeleng keras. Membuang jauh-jauh pikirannya itu. Mengenalnya saja tidak, bagaimana bisa ia jatuh cinta pada lelaki itu? Ah sudahlah lupakan, pikir Vania.

Vania langsung membuka matanya. Sudah tak terlihat lagi pria itu dimatanya. Segera ia berdiri lalu menyusul Rini yang sudah berada di kantin.

"Pasti Rini udah nunggu lama" batin Vania sambil terus saja berjalan kearah kantin.

***

Setelah Vania sampai di kantin. Ia langsung menghampiri meja dimana Rini duduk. Melihat kedatangan Vania, Rini langsung menggerutu kesal padanya.

"Aduh, Van. Lu tuh kemana aja sih? Gue cape nungguin lu disini sendirian" gerutu Rini kesal.

"Yang penting gue datang kesini jadi lu jangan ngomong mulu! Jangan banyak marah-marah nanti lu tambah tua aja" ledek Vania diakhiri tawaan.

"Ih lu apaan sih! Sumpah ya seumur hidup gue, baru kali ini gue dapet temen semacam lu, Van" cibir Rini. Vania semakin tertawa.

"Bacot sana pake pelangi biar indah" tukas Vania. Lalu Rini mengusap wajah Vania gemas.

"Udah pesan makan?" Tanya Vania.

"Udah kok tadi" balas Rini.

Setelah itu makanan mereka sampai. Mereka langsung memakannya. Sesekali mereka mengobrol lalu tertawa gembira. Hingga bel pun kembali berbunyi. Sudah saatnya mereka kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan jam pelajaran.

Rini mengajak Vania ke kelas. Lalu Vania menerima dengan senang hati. Ia berbincang selama perjalan kearah kelasnya.

"Lu udah belajar? Sekarang ada ulangan inggris" tanya Rini. Sontak Vania terkejut.

"Ulangan? Kok lu gak bilang sih? Boro-boro belajar. Ulangan aja gue gak tau" cibir Vania.

"Mampus lu! Siapa suruh kerjaan lu nonton film mulu. Makanya buka grup kelas, jangan banyak nonton film gak jelas" ledek Rini.

"Biarin ah. Inggris ini, lagi juga kalo nilai gue jelek gak masalah. Karena orangtua gue pasti maklumin gue. Mereka kan tau gue lemah dalam pelajaran inggris" ujar Vania bangga.

"Gitu aja bangga. Yaudah kalo gitu semoga aja nilai lu nol ya, Van" tukas Rini lalu Vania langsung menginjak sepatu Rini.

"Sakit bego, Van!" Ringis Rini lalu membalasnya. Tak ingin menerima balasan dari Vania lagi, Rini langsung berlari ke kelasnya.

Sampai kelas. Teelihat disana sudah ada yang menyiapkan dirinya untuk ulangan. Ada yang belajar dan ada juga yang merasa seperti biasa-biasa saja. Vania dan Rini duduk dibangkunya. Rini kembali membuka buku inggris sambil menunggu kedatangan gurunya. Berbeda dengan Vania, Vania malah asik bermain handphone.

"Masih ada waktu mending lu belajar, Van" seru Rini yang tetap pandangannya kearah buku.

"Malas!" Balas Vania.

"Katanya anak olimpiade? Kok malas-malas terus sih? Lu menang olimpiade belajar kan? Bukan dapat dari dukun?" Sindir Rini. Vania melirik kearah Rini sinis.

"Ucapan lu sok tau! Iyalah gue belajar. Gue suka kimia jadi gue suka belajarnya. Kalo inggris beda! Gue gak suka apalagi gurunya" kesal Vania.

"Sukain aja kalo gitu" ujar Rini.

"Gak bisa, Rin! Udah lah kalo mau belajar, belajar aja sana! Jangan ngatur-ngatur gue" kesal Vania lagi.

"Demi kebaikan juga malah diabaikan. Dasar Vania" seru Rini.

***

Waktu pulang pun tiba. Vania duduk di halte. Rini sudah pulang sejak lima menit yang lalu. Vania menunggu angkot untuk pulang ke rumahnya. Hari ini, orangtuanya ataupun abangnya tak ada yang bisa menjemputnya.

Sebuah motor berhenti dihadapan Vania. Vania mengernyitkan dahinya. Setelah berhenti, sang pemilik membuka kaca helmnya. Menatap Vania. Vania terkejut dengan sosok yang ada dihadapannya.

---

I Will Always Love You ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora