21. Misi Syifa.

538 28 2
                                    

---

Vania turun dari mobilnya. Ia berjalan masuk ke dalam sekolahnya. Langkahnya terhenti saat ada yang memegang bahunya. Vania berbalik lalu menatapnya.

"Syifa," seru Vania.

"Kenapa? Lu Kaget?" tanya Syifa menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak sama sekali. Mau ngapain?"

"Lu ada hubungan apa sama Haikal? Pacar?" tanya Syifa.

"Sebatas teman."

"Masa? Gue kok gak percaya ya? Lu sedekat itu, tapi gak pacaran?"

"Dia pacar gue. Kenapa kalau emang dia pacar gue? Lu mau melakukan apa sama dia?" sahut Haikal yang datang menghampiri mereka lalu merangkul Vania. Syifa yang melihat itu. Tanpa niat menjawab, Syifa langsung pergi dari hadapan mereka berdua.

"Pengecut. Baru begini aja, langsung pergi gitu aja," gumam Haikal menatap Syifa yang pergi.

"Hari ini lu selamat. Besok-besok gue gak akan biarin lu," batin Syifa sambil menoleh ke belakang menatap Vania, lalu berjalan kembali memasuki kelasnya.

Vania melepaskan rangkulan Haikal, "Gak usah ngaku-ngaku lu pacar gue."

"Ini demi keselamatan lu," ujar Haikal lalu berjalan meninggalkan Vania.

Vania menyusul Haikal. Berjalan berdampingan dengannya, "Ini namanya bukan Selamat, Kal. Syifa tadi kayanya nambah gak suka sama gue kalau gitu. Dia malah makin dendam sama gue," ujar Vania.

"Maka itu, gue harus jagain lu dari dia. Sampai kapanpun itu. Gue cuma gak mau lu kena imbasnya cuma karena masalah gue," ujar Haikal.

"Tapi gue cuma takut, Syifa ngelakuin hal-hal yang aneh ke gue," seru Vania. Haikal menghentikan langkahnya, menghadap Vania lalu menggenggam tangan Vania di depan tangga lantai dua.

"Percaya sama gue, kalau gue bisa jagain lu. Orangtua lu yang bilang ke gue."

"Amanat?" tanya Vania.

"Iya amanat. Orangtua lu yang kasih amanat ke gue, kalau gue harus jagain lu selama nyokap-bokap lu ada di Thailand," jawab Haikal melepaskan genggamannya lalu kembali menaiki tangga.

Hingga sampai di depan kelas Vania. Haikal menghentikan langkahnya. Menatap Vania, "Masuk gih. Belajar yang fokus, jangan mikirin gue mulu, nanti bisa dihukum kaya kemarin. Semangat Princess," seru Haikal membuat Vania salah tingkah. Pipinya mulai memerah karena ucapannya.

"Apaan sih, alay. Udah sana masuk ke kelas lu sendiri," usir Vania.

"Iya-iya. Jangan lupa senyum." Haikal sekilas mencium pipi Vania, setelah mengatakan itu. Lalu langsung pergi ke kelasnya. Vania terkejut main. Ia menatap ke arah sekitarnya. Sudah banyak anak-anak yang menatap ke arahnya. Vania langsung masuk ke dalam kelasnya.

"Cie dicium sama Haikal," goda Rini saat Vania duduk dibangkunya. Vania hanya menghiraukan Rini dengan mengambil buku Kimianya.

"Udahlah gue kalah sama buku Kimia itu. Kalau lu udah ke buku itu pasti nyuekin semua orang," cibir Rini.

"Yaudah makanya diam," jawab Vania. Lalu Rini langsung diam tanpa bersuara lagi ke Vania. Kecuali, ke teman yang lainnya.

***

Syifa yang sedang berada dikelasnya. Temannya datang menghampiri Syifa yang sedang duduk dibangkunya. Alya salah satu teman Syifa berlari dari arah pintu sampai ke hadapan Syifa.

"Syif. Gue punya cerita baru," seru Alya dengan nafas yang terengah-engah. Syifa menatap Alya heran.

"Cerita apa, Al? Nafas dulu coba," tanya Syifa. Lalu Alya menghela nafas pelan.

"Nih ya, pas gue tadi ngelewatin kelas 11-ipa 2. Gue lihat disana ada si Vania sama si Haikal. Terus gue dengar Haikal manggil Vania Princess," seru Alya.

"Terus apalagi?" tanya Syifa.

"Terus nih ya, Haikal nyium pipi Vania. Gila gak sih, disekolah, banyak orang lewat dia seenaknya dicium sama Haikal," ujar Alya. Syifa menatap Alya terkejut.

"Seriusan?"

"Iya serius, Syif. Gue lihat pake mata gue sendiri."

"Berarti benar, kalau Haikal sama Vania pacaran. Gue gak bakal bisa diam. Gue harus berbuat sesuatu," batin Syifa, "Tapi kenapa Vania gak mau ngaku kalau dia pacaran?" tanya Syifa.

"Coba lu bayangin. Sebelum lu disini, Haikal udah selalu antar Vania ke kelasnya. Tapi sih gue dengar dari yang lain mereka pacaran. Tapi ada juga yang bilang mereka gak pacaran. Nah dari situ gue bingung. Kalau cuma sebatas teman, kenapa Haikal selalu berbuat seakan-akan Vania pacar dia," jelas Alya.

"Salah satu misi gue. Gue perlu cari tahu ini semua. Lu mau kan bantu gue?" ujar Syifa.

"Oke gue bantu lu," jawab Alya. Lalu Syifa tersenyum.


Bel berbunyi bertanda masuk. Semua anak-anak masuk ke dalam kelasnya. Kini kelas Haikal ada pelajaran Olahraga. Semua anak kelas Haikal segera ke lapangan langsung.

"Gue denger-denger dari orang, lu jadian sama Vania?" tanya Andra saat di lapangan.

"Gosip doang dan lu percaya? Gue cuma dekat, enggak jadian," jawab Haikal.

"Dan lu cuma ada niat buat dekatin doang? Enggak ngejadiin dia buat jadi cewek lu?" seru Andra. Haikal menatap Andra aneh.

"Maksud lu apa?" tanya Haikal. Karena ucapan Haikal barusan, semua mata menatap Haikal. Begitupun guru yang ada dihadapannya kini.

"Haikal, Andra kenapa kalian berdua ribut?" seru Pak Ifan selaku guru Olahraga.

"Gapapa pak," jawab Andra.

"Yaudah kalau gitu kalian segera melakukan pemanasan. Untuk putri lima putaran dan putra sepuluh putaran. Sekarang!" Suruh Pak Ifan. Mereka semua langsung berlari mengelilingi lapangan.

***

Bu Tuti yang kini berada dikelas Vania. Memanggil nama Vania. Vania yang merasa dipanggil segera menghampirinya.

"Iya bu ada apa?" tanya Vania.

"Vania, tolong ambilkan buku Prakarya kelas Sepuluh di meja ibu," pintanya.

"Kalau begitu, saya pamit." Vania langsung pergi meninggalkan Bu Tuti. Ia keluar dari kelasnya dan terus berjalan menuju Ruang Guru.

Disisi lain, Haikal terduduk ditepi lapangan. Ia sedikit menghapus keringat yang ada di dahinya. Haikal lebih memilih duduk dibanding bermain bola bersama yang lain. Sedikit beristirahat.

Haikal melihat aksi teman-temannya yang sedang bermain bola. Bola yang terus saja menggelinding. Hingga bola itu dioper pada Ervan. Lalu Ervan kembali menendangnya pada temannya. Haikal mengikuti operan bola itu. Hingga Haikal melihat Vania yang sedang berjalan dipinggir lapangan. Haikal bangun dari duduknya, berlari menghampiri Vania agar dapat melindungi Vania dari bola itu. Namun, Haikal telat. Bola itu sudah mengenai kepala Vania, membuat Vania terjatuh lalu pingsan ditepi lapangan.

"Vania!" Teriak Haikal berlari menghampiri Vania. Sampai didekat Vania. Haikal segera menggendong Vania. Membawanya ke uks.

Mereka yang melihat kejadian itu hanya diam. Hingga Haikal menjauh dari lapangan, Pak Ifan kembali menyuruh para muridnya agar kembali padanya.

---

I Will Always Love You ✔Where stories live. Discover now