12. Orang misterius ditaman.

662 33 0
                                    

---

Tak lama setelahnya, bel sekolah kembali berbunyi. Haikal yang masih tetap setia diam di kelas Vania. Semua siswa ataupun siswi sudah keluar dari kelas mereka masing-masing. Di kelas Vania masih tersisa murid yang sedang piket dan Haikal.

"Kal, udah pulang sana. Lu masih aja setia diam di kelas ini. Ke kelas sana ambil tas lu terus kalo udah ambil, lu langsung ke parkiran aja. Gue sama Vania nunggu di gerbang sekolah," seru Rini. Haikal mengangguk paham lalu keluar dari kelas Vania begitupun Vania dan Rini.

Sampai di gerbang sekolah. Mereka berdua berhenti lalu duduk didepam pos satpam sekolahnya. Rini yang sibuk menunggu jemputannya, sedangkan Vania sibuk menatap setiap orang yang lewat dari hadapannya. Sesekali Vania tersenyum saat ada yang menyapanya.

Rini bangkit dari duduknya, "Van, gue duluan ya. Kakak gue udah ngejemput," pamit Rini yang hanya dibalas anggukan Vania.

Setelah Rini pergi. Tak lama, Haikal datang bersama motor sportnya itu. Haikal berhenti dihadapan Vania, menyuruh Vania agar segera naik ke motornya.

"Maaf lama. Cepetan naik," ujar Haikal lalu Vania segera naik ke atas motornya Haikal. Setelah Vania naik, Haikal langsung menjalankan motornya kembali.

Selama diperjalanan hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Tak ada yang sama sekali niat untuk membuka obrolan. Hanya ada suara deru motor Haikal dan suara kendaraan yang lainnya. Haikal yang merasa tak nyaman seperti ini, ia segera membuka topik bicara supaya tidak terjadi kecanggungan lagi diantaranya.

"Kalo mampir dulu ke cafe gimana? Mau gak?" tanya Haikal lalu Vania hanya mengangguk.

"Jawab bukan ngangguk aja, Van. Lu baik-baik aja kan? Kenapa dari tadi diem aja? Cerita aja sama gue," tanya Haikal lagi.

"Gak ada kok," balas Vania.

Suasana menjadi hening kembali. Haikal menambah kecepatan laju motornya yang membuat Vania seakan-akan ketakutan. Lampu lalu lintas yang tadinya hijau seketika mendadak menjadi merah. Vania yang sedang diam, refleks ia terkejut. Tubuhnya maju disaat Haikal rem mendadak. Tangannya yang tak sengaja melingkar begitu saja dipinggang Haikal. Dengan cepat, Vania langsung melepaskan tangannya dari pinggang Haikal.

"Bisa pelan-pelan gak sih? Kalo gak bisa naik motor mending gak usah naik motor. Bahaya! Bikin orang panik, untung gue gak punya riwayat penyakit jantung. Kalo punya bisa mati gue tadi," kesal Vania.

"Iya-iya maaf. Makanya lu pegangan ke gue biar gak jatuh. Terus juga jangan melamun aja nanti kesambet, mau?" jawab Haikal yang sambil menjalankan motornya kembali saat lampu sudah hijau kembali. Vania hanya menghiraukan perkataan Haikal tadi.

Setelah berlama-lama di Jalan. Motor Haikal sampai disalah satu cafe tempat biasa Vania dan Rini kesana. Kemudian, Vania turun dari motor Haikal diikuti Haikal yang sudah memarkirkan motornya.

"Lu suka kesini?" tanya Vania pada Haikal saat memasuki cafe itu.

"Sering bahkan bisa dibilang setiap hari. Tempat tongkrongan gue sama teman-teman gue," jawab Haikal.

"Oh gitu. Sama kalo gitu," ujar Vania.

"Lu juga? Sama siapa? Pasti sama Rini. Oh iya, mau duduk dimana?" tanya Haikal.

"Pertanyaan lu bertele-tele banget. Kalau udah tahu, ngapain nanya lagi. Duduk disana aja," jawab Vania sambil berjalan ke tempat duduk yang ia maksud.

Haikal duduk dihadapan Vania. Ia menatap Vania, "Begitulah gue, Van. Mau pesan apa?" tanya Haikal lagi.

"Samain aja sama kaya lu."

I Will Always Love You ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora