#12

2.3K 335 16
                                    


Jangan lupa buat Vote dulu yaa 😘😘

Happy reading




Even when darkness came while walking on this far path
We held hands and were always together

Do Kyungsoo - Crying out






















Entah apa karna keberuntungan atau refleknya dan si sopir mobil itu begitu tajam yang jelas dia selamat.

" nona! apa kau gila?! bagaimana jika aku menabrakmu! kau tidak lihat lampunya masih merah! aku tidak mau tanggung jawab urus saja luka mu sendiri!!" seru pria paruh baya itu sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya meninggalkan Kyungsoo yang tengah di kerumuni orang-orang.

Tidak ada luka yang berarti, hanya lacet di siku dan pinggulnya yang terasa sakit karna terbentur badan jalan. Gadis itu langsung menoleh, mencari orang yang berkemungkinan besar mendorongnya dan dia hanya melihat seorang gadis yang tengah menutupi wajahnya sebatas hidung menggunakan tudung jaketnya dan menyeringai sebelum beranjak pergi dari balik kerumunan.

" Soo~ya gwaenchana? mana yang sakit katakan padaku eoh?" ujar Jong-in yang tiba-tiba muncul dengan wajah panik dia bahkan meneliti setiap jengkal tubuh Kyungsoo yang membuatnya mencengkram tangan Jong-in.

" Gwaenchana. . ." ujar Kyungsoo sambil berusaha mengulas senyum. tapi tidak dengan Jong-in, pria itu langsung mengangkat tubuhnya dan membawanya pergi dari jalan. Kyungsoo bahkan masih bisa merasakan tangan  pria itu yang gemetaran.

"Aku baik-baik saja Jong-in~a. . . kau tak perlu. . "

"aku perlu Soo~ya. . . " potong Jong-in dengan mata yang menatap tajam kearah depan menuju mobilnya.

"karna aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri jika kau terluka "

***

Kris menyentak jas yang ia kenakan setelah turun dari mobil menatap tajam beberapa orang sudah berjejer menyambutnya dan seperti biasa, sekretarisnya, Ong Seongwoo berada di belakangnya. Dia tampak tidak menyukai tempat dimana dia berdiri sekarang, rumah besar yang menghancurkan keluarganya, tidak bukan rumah itu, tapi orang yang ada didalamnya yang menyerupai iblis. Pria itu bahkan tidak berniat untuk menyapa beberapa orang yang mungkin sengaja di pasang untuk melindungi rumah itu.

Pria itu terus berjalan mengikuti pengawal yang mengarahkannya hingga sampai di hadapan pria paruh baya yang tengah duduk dengan angkuhnya, membuat siapapun enggan mendekat atau mungkin menyapanya.

" kau datang juga, duduklah" ujar pria itu sambil meletakkan gelas yang ia pegang dan mengulas senyum yang sama sekali tidak indahkan oleh Kris, pria itu hanya membungkuk lalu duduk di hadapan pria itu, menatap dengan dingin pria paruh baya di depannya.

"Kapan kau datang ke Korea"

" kurasa anda tidak perlu berbasa-basi tuan, karna jelas anda tahu kapan saya mendarat disini"

" bagaimana dengan istrimu, kudengar . . ."

" sejak kapan kau peduli? Bahkan putramu meninggal di tangan putrimu sendiri saja kau bungkam." potong Kris yang terdengar sangat dingin, entah mengapa dia tidak suka dengan pria dihadapannya yang dulu sempat ia panggil ayah menanyakan kehidupannya. Tidak setelah kematian Sehun yang jelas merupakan putra kandungnya. 

"  ambil alih lah perusahaan karna aku sudah tua." ujar pria itu sambil mengangkat cangkir teh yang ada diatas meja lalu mengesapnya perlahan. Kris tidak menyadari bahwa tangan pria pruh baya didepannya gemetaran.

" Sudah kukatakan aku tidak butuh hartamu dan jika itu yang kau inginkan lebih baik saya pu. . "

" Yeon hee" potong pria itu tepat saat Kris berdiri untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Pria tua itu meletakan sebuah amplop cokelat yang cukup tebal diatas meja yang membuat Kris menyeringit bingung dengan maksud pria tua itu.

Timeless [ Kaisoo GS] ✔️Where stories live. Discover now