HARAP (BAGIAN SATU)

49 16 142
                                    

HARAP
"Februari"

PLEASE READ, CLICK VOTE AND COMMENT FOR MY STORY. BE A NICE READER YES? ^^ DON'T BE SILENT READER!

PERHATIAN!!
Ada beberapa bahasa yang kasar dan menggunakan bahasa daerah. Ada juga beberapa peristiwa 18+. Mohon bagi para pembaca agar lebih bijak untuk merespon kata-kata dan peristiwa tersebut. Terimakasih.

               Wellcome February. Aku telah melihat semua tangisan di wajahku, mengamati air mata yang mengalir deras pada malam-malam menuju pagi hari, memeluk rindu sendiriku dengan masih menggantungkan harapanku di tangan Arfan pada Januari. Banyak yang bertanya padaku mengapa bertahan? , sebenarnya apa yang bisa diandalkan dan diharapkan dari seorang Arfan?, aku memiliki alasan tersendiri yang tidak dapat kujelaskan dengan kata-kata. Yang jelas, aku yakin suatu hari nanti aku akan bertemu dengan Arfan dan membuat dia sadar bahwa akulah perempuan yang selama ini menyebut-nyebut namanya di sepertiga malam-malam sunyi.

***

               Hai, Arfan. Apa kabarmu?... Pertanyaan itu masih saja menggelayuti pikiranku, bahkan hingga pada awal Februari pada puncak resahku. Sungguh aku sudah merasa jenuh dengan segala rasaku, aku lelah dengan semua tangisanku yang tak kunjung ditenangkan, bahkan aku lelah berharap pada seseorang yang tidak kunjung menghargai harapku.

Oh Tuhan, bagaimana bisa aku dipermainkan oleh perasaan seperti ini. Yang aku lakukan hanya mengeluh tanpa henti sepanjang hari, aku ingin sedikit lebih tenang dari ini hingga seorang temanku menjadi korban keputus-asaanku saat ini, dia Hanno.

Aku memaksanya untuk pergi berlibur ke kota Surabaya untuk sekalian menghampiri Reza sahabatku, aku pikir ini akan membantuku untuk melupakan sejenak permasalahanku di kota Batu. Untung saja Hanno sangat pengertian padaku, bahkan dia yang menyediakan kendaraan dan seorang teman untuk menyupiri kami. Wahhh terbaik, pikirku.

Kami berangkat pada tanggal empat sore, langit terus saja menangis sepanjang jalan hingga menimbulkan genangan di setiap sisinya. Andai saja langit bisa berbicara sehingga kita bisa saling menguatkan, setidaknya bisa berkata jangan menangis tetaplah kuat seperti biasanya.

Ahh sudahlah, aku ingin bersenang-senang di Surabaya dan melupakan sejenak apapun permasalahan, kan?. Aku berusaha keras untuk berhenti mengumpamakan langit denganku saat ini, berhenti Jeje batinku.

Kami sampai di Surabaya pada sekitar pukul 11 malam setelah berhasil mencari bantuan untuk melewati jalan tol menuju kontrakan Reza, kemudian langsung ditinggal pulang oleh satu teman kami yang menyupir tadi. Ahh sungguh itu sangat membuatku tidak enak hati padanya, seperti supir pribadi saja.

Aku dan Hanno masuk ke kamar Reza, ternyata dia tidak sendirian di kamarnya dia tinggal satu kamar dengan teman se-hobby nya, Imam namanya. Dia seorang dancer yang cukup hebat dalam berkoreografi, mengekspresikan gerakan sesuai dengan makna lagu yang terlantun. Wowww, pikirku.

Kami tidur berempat dalam satu kamar, aku dan Hanno tidur di atas tempat tidur sedangkan Reza dan Imam tidur di kasur gulung berwarna merah tepat di sebelah tempat tidur. Sebenarnya di kontrakan ini ada dua ruang kamar tidur tetapi maklum, ini kontrakan laki-laki jadi kamar satunya lagi digunakan mereka untuk menyimpan barang-barang, yapp menggunakan ruangannya untuk gudang. Bahkan, sisa bumbu sate dari malam tahun baru lalu masih tersimpan disana aku melihat sambil bergidik, jorok sekali mereka hahaha.

"Iku opo Zaa, ndek piring njamur njamur ngono? yeyeekkk. (Itu apa Zaa, di piring berjamur begitu? menjijikkan)" tanyaku sambil menutup pintu kamar yang dugunakan untuk gudang.

THE JOURNEY OF LIFE AND LOVE "Story behind Je's Feeling and Thoughts"Where stories live. Discover now