PETUNJUK (Bagian Tiga)

94 52 144
                                    


PETUNJUK (Bagian Tiga)
"Diluar Kendali"

PLEASE READ, CLICK VOTE AND COMMENT FOR MY STORY. BE A NICE READER YES? ^^ DON'T BE SILENT READER!

PERHATIAN!!
Ada beberapa bahasa yang kasar dan menggunakan bahasa daerah. Ada juga beberapa peristiwa 18+. Mohon bagi para pembaca agar lebih bijak untuk merespon kata-kata dan peristiwa tersebut. Terimakasih.

Dika masih ingin bersamaku, kembali lagi denganku dan mengulang kisah kami seperti waktu lalu saat kami masih sama-sama duduk di bangku SMA. Dia menyayangiku sebagai seorang wanita, bukan sebagai seorang adik perempuannya sedangkan aku sebaliknya, dia hanya kuanggap sebagai seorang kakak laki-laki tersayangku.

Dulu dia mengatakan bahwa tidak akan mungkin dua orang yang menghadap kiblat berbeda dapat bersatu hingga pernikahan, sedangkan aku mengatakan jika agama tidak membatasi sesama untuk saling mencintai sampai kapanpun. Sampai saat ini dia masih saja mempunyai pemikiran serupa, begitu pula aku hanya saja kali ini hatiku tidak lagi terpaut padanya. Di dalam palung hatiku Arfan masih bertahta disana. Maafkan aku, kak.

***

Arfan, dia menghilang seperti ditelan bumi mungkin dia ada di sisi lain planet selain bumi, ah entahlah dia hilang begitu saja. Aku tidak mengetahui dimana keberadaannya, apa yang dilakukannya bahkan kabarnya saja aku tidak tahu. Satu minggu terlewati, satu bulan juga sudah terlewati aku berusaha mencari sosoknya dengan berkeliaran di sekitaran gang rumahnya yang bahkan aku tidak mengetahui letak rumahnya, seperti orang bodoh saja. Aku juga meneleponnya beratus-ratus kali dengan tanpa jawaban, mengiriminya pesan yang mungkin sudah hampir seribu kiriman yang tak kunjung dibaca olehnya dan aku juga berusaha mencari mamanya supaya aku bisa bertanya dimana Arfan berada. Sia-sia, Arfan tidak bisa ditemukan lagi olehku.

Kalian tahu betapa hancurnya hatiku disaat aku sedang berada pada puncak-puncaknya perasaanku padanya kemudian dia menghilang seakan tidak memerdulikan aku disini?, rasanya sangat sakit sungguh sakit! I'm down on my knees. Hampir dua bulan aku bertahan, aku tidak sanggup juga akhirnya sungguh aku menyerah kali ini.

Aku lebih dekat dengan Wawan sekarang, bayang-bayang Arfan masih terus saja menghantui pikiranku tetapi aku lebih memilih menyingkirkan pikiran itu dan menikmati kedekatanku dengan Wawan. Aku ingin mencari kebahagiaanku sendiri, itu yang ada di dalam kepalaku saat ini. Aku ingin menjadikan Wawan sebagai pelampiasan atas hancurnya hatiku, mungkin dia bisa mengobati rasa sakitku dengan memberi kebahagiaan yang seharusnya diberikan oleh Arfan.

Setiap aku dan Wawan hanya bertemu berdua, dia selalu memperlakukanku dengan lebih nekat, aku masih sering teringat traumaku tetapi aku harus melawan semua ini seperti apa yang dikatakan oleh Wawan.

Malam ini aku dan Wawan bertemu lagi, hanya berdua di warung kopi milik Putra. Putra sedang sibuk bermain game di laptopnya, malam ini warungnya sangat sepi, lapak boneka di depan warungnya-pun tutup dan letak warung Putra yang cukup tertutup . Suasana malam ini semakin mendukung saja untuk melakukan hal-hal gila dengan Wawan, ditambah lampu kuning yang temaram di sekeliling kami. Aku dan Wawan menghabiskan waktu berdua, kali ini aku diluar kendaliku, sungguh laki-laki ini membuatku tertantang dengan perlakuannya padaku.

Beberapa kali kami saling memberi rangsangan satu sama lain, kami duduk berhadapan dengan dibatasi oleh meja. Kakinya mulai merambat naik dari betis, paha kemudian menuju selangkangan dan menyentuh area sensitifku aku merasakan wajahku sudah mulai memanas, keringat dingin mulai muncul di area hidungku kemudian di bawah mataku.

"Feel it, feel it... How you feel it, panas?" katanya seraya menggerak-gerakkan telapak kakinya di selangkanganku.

"What the fuck Wan. Shit!, harus kaya gini disini? Gilaaak!" sahutku dengan suara yang pelan setengah berbisik.

THE JOURNEY OF LIFE AND LOVE "Story behind Je's Feeling and Thoughts"Where stories live. Discover now