26. KASIH SEMU

Mulai dari awal
                                    

“Diem lo Rafi! Jangan sok kenal gitu deh lo!” ucap Ergo pedas karena selama ini di kelas Rafi memang tidak berteman baik dengan Chiko, Ganang dan Ergo.

“Benar Moza pacar kamu, Chiko? Ibu tau sih. Moza saudaranya Nency itu kan?”

“Ya ilah Bu! Ibu gimana sih?! Kudet banget Bu! Semua orang juga tau kali Bu kalau Moza sama Nency itu saudaraan! Ya gak, Ko?” ucap Ganang membuat keadaan hening tadi menjadi tambah hening karena suaranya yang menggema.

“Cuman sayangnya nih, Bu. Temen saya yang satu ini gobloknya minta ampun Bu! Udah dapet yang paling setia eeehh nyarinya yang suka mendua!” ucap Ganang membuat Chiko menoleh.

“Kayanya udah kena virus-virus autis Kakak kelas sebelah nih Bu makanya jadi gitu!” tambah Ganang.

“Maksud lo apa, Nang?” tanya Chiko.

“Oh kaga napa, Ko! Santaiii...,” ucap Ganang. “Mending lo cari tau sendiri.”

Kening Chiko mengerut. Ada tanda tanya besar di kepalanya.

“CHIKOO, CHIKOO! KAPAN KAMU BESARNYA?! SUDAH KELAS SEPULUH MASIH SAJA KAYA ANAK SMP!” ucap Bu Rai memarahinya. “Besok-besok awas kamu kalau Ibu liat main kapal-kapalan kaya begini lagi!”

“Iya, Bu,” ucap Chiko lempeng.

“Jangan iya-iya aja dong! Buktikan!” Bu Rai menaruh kembali kertas yang dilipat Chiko tadi di atas meja.

“Iya Bu nurut saya nurut!”

"Kamu juga, Nang! Jangan keseringan nyontek! Ibu tau kamu sering nyontek ke Chiko tiap ulangan kan?!” kini giliran Bu Rai memarahi Ganang.

“Weleh-weleh si Ibu sa aee!” Ganang tertawa membuat Chiko terkekeh. “Iya, Bu! Iya! Maaf Buuuu! Namanya juga murid, Bu! GAK NYONTEK? GAK SERU!”

“Kamu juga Ergo! Kalau saya lagi ngomong didengerin! Sibuk ngapain kamu?!” Sekarang Ergo justru jadi sasaran Bu Rai. Ergo yang sedang membuat PR dibangkunya pun langsung menutup bukunya.

“Kalian bertiga itu ya! Masih saja kaya anak SMP yang harus dikasih tau! Inget kalian itu udah SMA sekarang!”

“Iyaa Bu guruku! Apa sih yang gak buat Ibuuuu?” goda Ganang pada Bu Rai.

“Iya-iya Buuu! Ah, cinta sejatikuuuu!” Ergo ikut menggoda Bu Rai dengan kedua tangannya yang membentuk tanda hati di depan dada.

Bu Rai menghela napas, lelah. “SUDAH-SUDAH! Mari kita bagi buku BOS ini! Rafi sini kamu bantu Ibu membagikan buku ke teman-teman kamu!”

Chiko memainkan pulpennya dengan satu tangan di depan wajah lalu melirik Ganang. Perkataan Ganang tadi membuat Chiko jadi berpikir keras. Yang dimaksud Ganang tadi jelas bukan Moza tapi Nency.

****

“CHIKOOO!” panggil Moza dari seberang membuat Chiko menoleh namun laki-laki itu memutuskan kontak mata dan menghindari Moza. Hari ini Moza benar-benar membuat cowok itu kepikiran dengannya.

“CHIKO!”

Chiko menoleh, “Apa?” masih saja nada tak enak didengar itu keluar dari mulut Chiko.

“Chikooo...,” Moza merengek. “Boleh minta anter pulang gak?”

“Pulang aja sana sendiri!” Chiko melepaskan tangan Moza dari tangannya. Membuat Moza kembali mengaitkan lengan Chiko dengan lengannya.

“Tadi pagi kan kamu yang jemput aku Chiko... aku cuman bawa uang sedikit tadi udah pake beli nasi sama air di luar sekolah sama Zetta.”

“Siapa suruh beli nasi di luar sekolah?! Kan udah gue beliin lo makan tadi di kantin?!” Chiko kembali melepaskan tangan Moza dari lengannya.

MOZACHIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang