Nona Merah Muda || 11 - Agité

33 3 1
                                    

Ada yang berbeda di tengah-tengah Manda dan Juliette. Mereka seperti sedang dipisahkan samudera luas yang membentang. Meski raga saling berhadapan.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, terutama Juliette. Menciptakan kondisi canggung yang kentara di antara mereka. Cukup lama suasana canggung itu berlangsung. Sebab sejak ucapan ulang tahun dari Manda, Juliette masih setia menatap nanar kado di tangannya. Sehingga sunyi dan situasi awkward tidak terelakkan. Dan sumpah demi langit ke tujuh, Manda tidak pernah betah berada di dalamnya. Ia tidak tahan.

"Jangan begitu, lensa ini memang sengaja aku belikan untukmu," jelas Manda yang mulai mengerti keresahan adiknya, memecah kesunyian. "Harganya memang tidak murah, maka itu kau harus jadi photograper yang berkelas, ya. Cukup begitu saja cara membayarnya. Aku tak mau adikku non-job setelah lulus nanti. Dengan fasilitas yang memadai, aku yakin kau bisa seperti mereka."

Juliette mengangkat pandangan menatap tepat ke manik sang kakak. Beberapa menit tatapan intens itu mampu kembali membungkam bibir Manda. Namun, tak lama berselang, bibir Juliette mengembang bahagia. Manda pun refleks tertular.

"Terima kasih banyak, kakak. Aku janji akan berhasil seperti mereka," ujar Juliette dengan mata yang berbinar haru. "Ah, tidak-tidak.... Aku akan lebih sukses dari yang seharusnya."

"Tidak perlu berjanji, cukup lakukan yang terbaik saja. Aku yakin kerja kerasmu akan membuahkan hasil suatu saat nanti. Sebab hasil tidak akan mengkhianati usaha, bukan?" Manda mengusap sayang pucuk kepala adik sepupunya yang kini menatap penuh kagum padanya.

Hawa yang entah kenapa menjadi haru ini membuat Manda ikut terenyuh. Memang sudah sangat lama mereka tidak saling berbicara lembut penuh perhatian layaknya kakak-adik. Terakhir saat Manda duduk di bangku junior high school di tahun penghujung ajaran. Saat itu, Manda disebat oleh Domitri karena pulang kemalaman. Padahal saat itu Manda memang sedang terjebak badai. Hujan deras beserta angin kencang memang bukan sesuatu yang layak dikatakan bagus.

Akan tetapi, Domitri tidak mau mendengarkan penjelasan Manda. Walhasil ya begitu, ia menerima yang katanya 'hukuman' dari tangan sang paman. Kebetulan, bibi Em juga sedang tidak di rumah. Sehingga Domitri pun bisa melancarkan aksinya dengan leluasa. Untung malam itu Juliette berani berteriak dari ujung tangga lantai dua. Sehingga Domitri tersadar dari kalapnya. Jika tidak, mungkin Manda akan mati dibuat pamannya yang sudah terbakar emosi.

"Tumben sekali otakmu benar?"

Seketika dunia runtuh. Manda mengutuk dirinya yang sempat ikut terenyuh karena terbawa suasana di antara mereka tadi.

"Kau tau, Nic-mu yang katanya setia saja bisa mengkhianatimu bersama masa lalunya. Bagaimana dengan usaha dan hasil?" cibir Juliette dengan tangan yang membentuk tanda kutip pada kata setia.

"Kau!" Manda menyentil dahi Juliette geram. Membuat mulut adiknya mengaduh sakit, padahal sentilan itu tidak keras. Dasar lebai!

Daripada lebih dibuat kesal, Manda pun bangkit hendak beranjak ke luar kamar. Bertemu new baby piggy lebih baik daripada menetap lebih lama di kamar Juliette.

"Kau mau ke mana? Masa begitu saja marah?" Juliette langsung nyeletuk saat merasakan ada beban yang berkurang dari atas kasurnya yang disertai suara decitan. "Mannnn.... Ayolah!"

Rupanya Juliette ikut beranjak. Menyusul langkah Manda.

"Apa? Aku tidak marah sedikit pun. Kau kira aku ABG labil, eh?"

Sontak saja Juliette terkekeh karena air muka Manda yang berubah aneh. Bibir yang diturunkan dengan bola mata memutar muak.

"Aku...." Entah kenapa, bibir Juliette gatal ingin bertanya tentang kejadian siang tadi. Tapi bagaimana caranya?

DAME ROSE #WYSCWPDWhere stories live. Discover now