Nona Merah Jambu || 01 - Prank

147 13 20
                                    

Bokong sintal itu memang terasa aneh, lebih tepatnya nyeri dan pedih setelah bertemu lantai keramik di kamar serba merah mudanya.

"Argh...." Manda berteriak lalu meringis. "Aku kira yang barusan benar-benar terjadi," sunggutnya sambil berusaha bangkit dengan meraih sisi tempat tidur untuk pegangan. Naas, bukannya berdiri, Manda malah mendaratkan pantatnya lagi dengan paksa ke lantai.

Sisi tempat tidur yang ia jadikan pegangan itu patah. "Astaga, apakah ada yang lebih sial lagi dari pagi ini?"

"Kau kenapa?" Seorang wanita yang tampak lebih muda dari Manda tiba-tiba muncul dari pintu kamarnya. "Mukamu sudah semerah Larry si penjaga pantai di serial Squarepants."

"Diamlah. Bantu aku." Manda mengulurkan tangannya minta bantuan untuk berdiri.

"Kau sudah seperti wanita obesitas saja, berdiri sendiri masa tidak bisa," cibir Juliette, sepupu Manda. Tapi gadis itu tetap membantu Manda berdiri.

"Obesitas tidak akan terjadi di tubuh langsingku jika kau lupa untuk menaikkan 3 kg dari berat badanku saja aku harus bersusah payah tanpa hasil." Manda melangkah memengangi bokongnya yang terasa nyeri ke arah tempat tidur. Ia harus membereskan kasur tidurnya yang terlihat cukup 'ramai'.

"Mau apa kau ke mari?"

Juliette bukannya menjawab malah duduk di atas kasur yang sedang diperbaiki susunan seprainya oleh Manda. Hal itu membuat pemilik kasur mendecak. "Buatkan aku mocha pots de creme...." Juliette mengeluarkan cengiran yang disertai tangan seperti orang-orang memohon pada umumnya. "Mau 'kan, kakakku?"

"Kurasa kau butuh kelas khusus untuk mulai kursus memasak." Manda menepuk-nepuk bantalnya, lalu menyusun bantal itu ke atas kasur. "Mana bisa setiap ada temanmu yang datang, kau bergantung padaku terus. Lagipula, kau juga mengatakan mocha pots de creme itu hasil tanganmu, bukan?"

Sindiran Manda membuat Juliette makin memperlebar cengirannya. "Oh, ayolah. Kau sepupu terbaik yang-"

"Enough," potong Manda cepat menaikkan telapak tangannya seperti polisi yang menyuruh berhenti pengemudi lalu lintas.

"– pernah ada di dunia ini. Aku berjanji akan bawakan dorayaki nanti," cerocos Juliette tidak peduli kalau Manda sudah melipat tangan di depan dadanya dengan sorotan mata 'memangnya aku peduli?'. "Tamuku kali ini asli Jepang kau tau?"

Manda langsung berbinar dan mendekati Juliette yang masih duduk di atas kasurnya. "Benarkah?!"

Wanita berambut sebahu itu mengeluarkan mimik muka antusiasnya. Kedua tangan Manda memegangi bahu Juliette untuk mengguncang badan sepupunya, meminta jawaban.

Juliette menyingkirkan tangan Manda dari bahunya. "Itu kenapa kau harus membantuku. Aku sudah berjanji padanya minggu lalu sebelum ia pulang ke Jepang. Karena sebagai ganti, dia akan bawakan makanan Doraemon dari negara asalnya."

Alih-alih jual mahal mengatakan tidak, Manda malah menciumi pipi kiri Juliette. "Kau yang terbaik, akan aku buatkan!"

Juliette menghapus jejak ciuman itu, lalu meringis jijik. "Dasar bibir murahan. Semua pipi orang kau ciumi," gerutunya pada Manda yang sudah bersemangat untuk ke kamar mandi. "Ah iya, tapi aku tidak berjanji untuk tidak mengatakan pada ibu tentang tempat tidurmu yang patah, Man."

Perkataan Juliette sukses membuat Manda terdiam, menghentikan langkahnya menuju kamar mandi lalu membalikkan badan untuk bernegosiasi. "Gajian besok, aku bawa kau bertemu Brant."

Juliette mengerling menyetujui. "Kerusakan tempat tidur terahasiakan," katanya sembari memperagakan gerakan mengunci bibir dengan jari tangan.

Manda menggeleng tidak habis pikir. Hubungan seperti apa yang terjadi antara dirinya dan sepupunya itu? Simbiosis mutualisme? Ah, barangkali iya.

DAME ROSE #WYSCWPDWhere stories live. Discover now