Nona Merah Muda || 05 - Escargot

40 6 16
                                    

"Cepatlah, Manda! Kau selalu saja lambat," gerutu Juliette di ujung tangga kayu. "Ini acaramu, tapi aku yang disuruh menunggu."

"Iyaa!!!!" balas Manda dari dalam kamarnya dengan teriakan.

Agak terburu-buru, ia mengambil silleto warna coklat yang akan diaplikasikan di kaki mulusnya, mengambil sling bag hitam, lalu mematut diri sekali lagi di depan cermin sebelum benar-benar ke luar kamar. Ada seulas senyuman terbit kala netranya menangkap penampakan dirinya sendiri di dalam kaca cermin. Namun tak berapa lama, bibirnya berkedut dan membentuk garis tipis, memusnahkan senyuman tadi.

"Here we go." Terdengar helaan napas di kesunyian kamar bernuansa merah muda milik Manda. "Okelah... Baby Piggy, baik-baik di rumah ya.... Karena tadi kau sudah-"

"Cepatlah, Diamanda Caleida!" teriakan dari lantai bawah tergiang kembali, mau tak mau ia berhenti berucap.

"Bye...," pamitnya cengegesan pada celengan babi merah muda di sudut meja rias.

Daripada harus mendengar teriakan yang semakin memekak dari Juliette, lebih baik ia segera turun menemui sepupunya itu. Naas, baru dua langkah menginjak anak tangga, badannya terhuyung ke depan dan hampir terjungkal. Untung saja ada sisi tangga yang berfungsi sebagai pegangan. Jika tidak, ia yakin, bukannya ke L'arcane & Boutary, dirinya malah akan masuk rumah sakit karena terjun bebas dari tangga.

"Sudah terlambat, membuat onar pula. Lagian untuk apa kau gunakan siletto menuruni tangga? Cari mati?"

Manda meringis lebar ketika mendengar pertanyaan 'cari mati' yang Juliette lontarkan. Sadis sekali. "Salahmu yang memburu-buruiku. Aku kan hanya ingin berlakon seperti putri kerajaan yang anggun."

"Sudahlah, daripada semakin terlambat, ayo, cepat. Tidak usah putri-putrian. Aku sedang malas berdebat. Bisa-bisa nanti hasil fotoku sama seperti nasibmu, tidak bagus." Juliette dengan perlengkapannya- tas kamera yang disampirkan di bahu- mulai melangkah setelah Manda menginjak lantai yang sama ia pijak.

Manda sendiri, alih-alih sakit hati apalagi marah, ia justru dengan santainya menyusul kemudian mengamit lengan sepupunya. Mengayunkan girang lalu mulai melangkah bersama.

Malam ini, Manda dengan tampilannya seperti biasa; ala-ala wanita feminim. Sementara Juliette, masih setia dengan skinny jeans robek di lutut, sneaker serta kaos oblong kesayangan. Selera berbusana Manda dan Juliette memang berbeda jauh sejak dulu.

Kalau si kakak adalah pecinta merah muda dan semua serba-serbi para wanita. Adiknya adalah gadis pecinta monokrom dan kamera digital. Adapun warna yang disukai Juliette selain monokrom, ya merah magenta, sama seperti suasana ruang gelap kesayangannya.

***

"Bonne nuit et bienvenue les jeunes filles." (Selamat malam dan selamat datang para gadis muda).

Seorang pelayan pria lengkap dengan seragam khasnya menyapa Manda juga Juliette yang baru saja tiba di L'arcane & Boutary. Seakan paham, pelayan itu menuntun mereka menuju meja yang sudah disiapkan oleh pihak restoran.

Malam ini, La Belle La Queen mengadakan makan malam bersama dalam rangka keberhasilan mencapai target pendengarnya. Stasiun radio yang biasanya nangkring di posisi 3 teratas se-Perancis, minggu ini berhasil mereka depak dari posisi nyamannya. Walhasil, La Belle La Queen semakin terkenal di penjuru kota Paris. Bukan hanya Paris, bahkan Aix, dan Nice juga.

Makan malam yang berlangsung bukan makan malam megah memang. Ini hanya sekadar makan malam di restoran yang letaknya pun tak jauh dari stasiun. Tapi malam ini, tuan muda dari La Belle La Queen ikut serta hadir bersama sang ayah- Brant Aldrich. Momen langka ini cukup membuat Manda beralibi ria dengan rekan kerjanya terutama kepada bos besar- Wyatt Aldrich- agar diperbolehkan membawa Juliette ke acara mereka. Bukan dengan cuma-cuma, melainkan menjadi juru kamera yang siap menangkap setiap momen agar adik sepupunya itu bisa melihat langsung seorang Brant Aldrich yang ia idolakan- katanya. Briliant, right?

DAME ROSE #WYSCWPDWhere stories live. Discover now