Nona Merah Muda || 14 - Des Obstacles

22 2 0
                                    

Akhir bulan memang tidak pernah buruk bagi semua mereka yang menantikan gaji. Bahkan aroma gajian sudah seperti air yang mampu menghilang 'dahaga' di tanggal tua. And here she is.

Dengan mimik semringah, Manda menerima amplop gaji dari restoran tempatnya bekerja part time kala akhir pekan. Gaji dari restoran ini barangkali tidak banyak memang, tapi setidaknya cukup untuk menambah menutupi kebutuhan hidup. Rencananya, ia akan berangkat ke Jepang empat bulan dari sekarang.

Bukan tanpa pertimbangan matang, Manda sudah memantapkan hati untuk mengakhiri penantiannya. Selain nominal di rekeningnya yang dikira sudah memadai, ia juga tidak mau semakin lama menanti lagi. Bukankah lebih cepat lebih baik? Semoga saja bukan selain sakura, ia juga berhasil menemukan sang ibu.

Manda hanya ingin melihat ibu kandungnya. Ia ingin memperlihatkan pada wanita itu jika dirinya sudah dewasa. Sudah bertahan sejauh ini bersama paman dan bibinya. Setidaknya, Manda ingin menunjukkan jika bayi dalam kandungan yang sempat coba dibunuh ibunya adalah dirinya— wanita yang masih mampu tertawa meski kehadirannya tak diinginkan sekalipun oleh sang ibu kandung.

"Kau serius akan mendiamkan aku terus?" bisik suara bariton yang membuat Manda hampir melompat kaget dari duduknya. "Jika perkara ciuman tempo hari menjadi masalah bagimu, fine, I'll forgettin. Dan aku minta maaf."

Dasar pemuda kurang ajar, tidak taukah berkat ucapannya konsentrasiku jadi buyar!? Dan... apa-apaan itu minta maaf? Ingin menyindirku, begitukah maksudnya? bengis Manda dalam hati.

Fokus Manda yang semula menatapi catwalk kini terpecah. Padahal yang sedang berjalan di depan sana adalah Angelinca Hilton, model cantik, baik, juga rendah hati yang menawan. And honestly, Manda termasuk penggemarnya.

"Hei...."

Astaga, pria ini! Ck!

Dihirupnya oksigen sebanyak mungkin, lalu ia embuskan secara kasar dan sengaja. Mata bulatnya pun memicing tajam penuh permusuhan menerobos manik coklat Daisuke.

"Bisakah kau diam? Kau menganggu fokusku!" sergah Manda rendah dan penuh penekanan. Ia tak ingin penonton lain ikut ternganggu, apalagi sampai membuat keributan meski kecil.

"Jika aku diam, percuma aku membawamu ke acara ini. Karena aku tau kau suka dengan festival salon du chocolat*, makanya kusuruh Juliette mengajakmu sekalian. Kita butuh bicara."

Selain kurang ajar, Manda baru tau bocah tengil di sampingnya juga licik sekali. Harusnya ia berpikir sebelum mengiakan ajakan Juliette lusa lalu. Argh, bodohnya!!!

"Selagi Juliette sedang di toilet, mari kita selesaikan apa yang menurutmu tidak benar. Aku bahkan nyaris mengirimimu ponsel baru karena kukira ponselmu rusak dan tidak bisa untuk mengetik pesan."

Apa dia gila? Manda memang sengaja tidak mau dan tidak akan pernah mau membalas pesan-pesan terkutuk itu!

"Ayolah.... Berteman denganku tidak buruk." Daisuke masih setia mengoceh. "Juliette saja senang berteman denganku, apa kau tidak tertarik?"

Manda rasa ia harus pindah tempat duduk sekarang. Kalau tidak, dia sangat rela dengan sepenuh hati mengeluarkan omelan panjang untuk pemuda di sampingnya. Ironinya, Juliette nanti pasti akan curiga ketika balik. Ugh!!!

"Kau mau ke mana?" Daisuke menahan tangan Manda ketika ia hendak berdiri. "Ah, begini saja.... Bagaimana jika kita bahas tentang musim semi awal tahun di Jepang? Apa kau tertarik ikut denganku? Aku akan pulang."

Mendengar nama negara idamannya disebut, Manda kembali mendudukan bokongnya. Kadang kala Manda lupa jika pemuda teman Juliette itu adalah orang Jepang. Selain bentukan fisiknya yang tak menggambarkan wajah oriental dan fasih berbahasa Franschaise, Daisuke juga tidak sesopan orang Jepang pada umumnya— setidaknya kesan pertama saat mereka bertemu dulu.

DAME ROSE #WYSCWPDHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin