Chapter 14 - Queen Marie

Mulai dari awal
                                    

Stanley menekan tombol remote untuk membuka pintu garasi besar yang berada di sisi kiri bangunan. Mata Jessica berbinar riang ketika melihat mobil miliknya yang dibeli menggunakan gajinya sebagai guru selama bertahun-tahun telah terparkir manis di dalam tempat itu. Harga kendaraannya memang tidak dapat dibandingkan dengan milik suaminya. Namun, dia memperolehnya dari hasil keringatnya sendiri dan merasa bangga karenanya.

Stanley memutar bola mata memperhatikan tingkah istrinya. Dalam hitungan hari, wanita itu pasti akan meminta dibelikan mobil baru. Kendaraan roda empat yang sudah berada terlebih dahulu di dalam garasi tidak bisa dibandingkan dengan mobil mewah miliknya yang baru dia beli 2 bulan silam.

"Ayo, turun," ucap pria itu. Dia mematikan mesin kendaraan dan keluar dari mobil tanpa menunggu jawaban dari istrinya.

Jessica segera menyusul suaminya. Perempuan itu  melangkah keluar dan menutup pintu sebelum mengamati isi garasi.

Ruangan itu bersih. Ada sebuah rak panjang terbuat dari besi yang berada di sudut berisi beberapa peralatan dan perlengkapan yang berhubungan dengan kendaraan. Seperti ban cadangan hingga kanebo untuk mengelap mobil.

Seorang wanita tua berpakaian baju terusan hitam dengan celemek putih dan seorang pria berumur berpakaian kemeja cokelat kotak-kotak dan celana panjang hitam datang mendekati Jessica.

Mereka tersenyum ramah. Wanita berambut putih maju lebih dekat beberapa langkah dan berkata, "Selamat datang Mrs. Stoner. Saya Maple yang bertugas mengurus rumah dan dia suami saya Clement yang bertanggung jawab atas halaman."

Jessica tersenyum gugup dan menyelipkan rambut ke balik telinga. Dia belum terbiasa dengan nama barunya.

"Terima kasih," ucap Jessica tulus. Memiliki seseorang yang menyambutnya di lingkungan asing merupakan suatu anugerah.

Stanley mendengkus. Wanita itu tidak akan lama memiliki status sebagai Mrs. Stoner. Berniat menghentikan acara penyambutan yang tidak penting, pria itu memberikan perintah. "Mrs. Maple tolong bawa koper milik NYONYA ke kamar tamu."

Jessica, Mrs. Maple, dan Clement menoleh ke arah Stanley dengan wajah heran.

"Kamar tamu, Tuan?" tanya perempuan tua itu. Dia khawatir telah mengalami gangguan pendengaran.

"Iya, kamar tamu," balas Stanley memasang wajah beku. Apabila dia tidak dapat menyentuh istrinya, maka wanita itu sebaiknya berada sejauh mungkin dari ranjangnya.

Jessica terperangah. Seharusnya mereka tidur dalam satu kamar dengan ranjang yang sama. Ibunya telah memberikan banyak nasihat penting bagaimana cara memanjakan suami yang baru dapat dia lakukan apabila mereka tidur bersama.

Mrs. Maple berdeham. Dia merasa tidak nyaman dengan perintah dari majikannya dan Clement memutuskan untuk tidak berbicara. Pria tua itu segera menuju bagasi mobil dan melaksanakan perintah Stanley.

"Kenapa aku harus tidur di kamar tamu?" tanya Jessica menatap mata suaminya bagai seorang anak kecil yang heran mengapa seekor burung bisa terbang.

Stanley menunduk membalas tatapan istrinya. Jessica terlihat mungil tanpa mengenakan sepatu hak tinggi. Ujung kepala perempuan itu bahkan hanya mencapai dagunya. "Karena aku tidak suka berbagi ranjang. Terlalu sempit bila kau tidur bersamaku."

Mrs. Maple menautkan alis. Seingat dia ranjang majikannya sangat besar. Bahkan benda empuk yang terbuat dari bahan latex itu dapat ditiduri oleh tiga orang dewasa tanpa saling bersentuhan.

"Tetapi kita adalah suami istri dan seharusnya kita tidur sekamar," protes Jessica. Dia tidak suka dengan perlakuan suaminya. Mereka seharusnya menghabiskan banyak waktu bersama.

Bahkan Jessica dengan arahan ibunya yang berpengalaman telah menghabiskan waktu satu minggu untuk belajar memijat pundak dan punggung, sehingga ketika pasangan hidupnya pulang bekerja, dia bisa membuat rileks tubuh suaminya.

Stanley kembali mendengkus. Pria itu tidak berminat menanamkan benih di dalam rahim perempuan yang saat ini sedang memakai cincin kawin atas namanya. "Siapa yang mengatakan hal itu? Bahkan Ratu Marie Antoinette tidur terpisah dari suaminya."

Clement mengerutkan kening di antara tumpukan koper yang dibawa olehnya. Dia tidak mengenal Ratu Prancis yang dibicarakan oleh majikannya. Namun, dia merasa bahagia dapat tidur berpelukan dengan istrinya setiap malam di kamar mungil mereka.

Stanley melangkah keluar garasi sebelum Jessica sempat berdebat. Dia tidak peduli di mana istrinya akan ditempatkan selama bukan di dalam kamarnya.

Mrs. Maple menatap nyonyanya dengan rasa iba. Dia mencoba menghibur Jessica saat mereka masuk ke dalam rumah. "Mr.Stanley masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan status barunya. Nanti saat kalian sudah semakin akrab, tentu dia akan meminta Nyonya pindah ke dalam kamarnya."

Jessica mengerjapkan matanya yang berkabut. Ayah dan ibunya tidur di atas ranjang yang sama. Mertuanya pun tidak berbeda. Bahkan Paul dan Caroline terlihat selalu berdekatan.

Mungkin karena kami belum terlalu akrab, pikir Jessica bimbang. Dia berusaha memercayai perkataan pelayannya dan mulai mengamati interior rumah barunya dengan saksama.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

Ada GA di ig @benitobonita

4 Juni 2018

Benitobonita

How to Melt a Stoner - Humor Romansa Pernikahan PaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang