Chapter 5 - The Bridal Shop

11.6K 911 3
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Dering bel yang menunjukkan jam pulang sekolah terdengar nyaring dan mengejutkan Miss Jessica Stuart, guru Ekonomi yang sedang duduk melamun di depan kelas. Gadis yang memakai blazer cokelat dan dalaman kemeja putih itu bahkan mengerjapkan mata beberapa kali ketika beberapa orang murid memanggil namanya.

"Oh, sudah waktu pulang?" tanya Jessica membalas tatapan mereka dengan linglung. "Ingat untuk membuat pekerjaan rumah kalian."

Gumaman para murid sontak bercampur dengan suara gerakan mereka saat meninggalkan ruangan. Jessica mengabaikan protes dan ikut berdiri. Gadis yang memakai sepatu hitam tanpa hak itu juga memiliki masalah sendiri yang harus diselesaikan. Dia menyelipkan anak rambut yang berhasil lolos dari konde cepolnya lalu mengambil tumpukan buku yang berada di meja sebelum berjalan keluar kelas.

Langkah wanita muda yang akan menikah bulan depan terhenti sesaat. Manik cokelat Jessica mengamati kelas tempat dia mengajar dengan rasa penyesalan. Kedua orang tuanya telah meminta agar gadis itu mengundurkan diri secepatnya sehingga dapat lebih fokus untuk mempersiapkan berbagai keperluan yang harus dibawa ke rumah barunya.

Wajah Jessica berubah menjadi melankolis saat dia melihat deretan 15 kursi hitam lipat dengan meja kayu berjajar dalam barisan 5 x 3. Dia kemudian menoleh ke arah jendela yang terbuka pada sisi kanan ruangan yang berlokasi di lantai dua gedung itu dan menghela napas saat melihat gerombolan burung melintas di langit yang menunjukkan kecerahan musim semi.

Calon mertuanya sudah mengatakan bahwa gadis itu tidak akan bekerja setelah resmi menjadi bagian dari keluarga besar Stoner. Gadis itu menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Dia akan sangat merindukan saat-saat mengajar.

Tiba-tiba Jessica merasakan telepon genggam yang berada disakunya bergetar. Dia memasukkan tangan untuk mengambil benda itu lalu mengangkatnya. "Halo?"

"Jessica, berapa ukuran pakaian dalammu?" Suara Olivia berhasil membuyarkan lamunan gadis itu.

"Mom!" seru guru muda itu segera memutar tubuh untuk melihat sekeliling dengan perasaan was-was. Ibunya yang sangat antusias sering menelepon pada waktu-waktu yang tidak tepat.

"Aku melihat beberapa jenis panty yang mungkin akan disukai Stanley," lanjut istri Justin Stuart tanpa berusaha mengecilkan suara. "Aku sudah memilihkan 2 buah G-String dan 3 buah thongs."

"Mom, bisakah kita membahasnya nanti? Aku masih di dalam kelas," bisik Jessica. Mata gadis itu berkilat panik melihat beberapa orang muridnya terlihat penasaran dan berusaha menguping.

Suara Olivia mendengkus terdengar lewat saluran telepon. Putrinya sebentar lagi akan menjadi istri seorang konglomerat, tetapi bukannya berfoya-foya, gadis bodoh itu malah masih sibuk bekerja.

"Ingat sore ini kita akan pergi untuk memilih gaun pengantinmu. Jangan terlambat pulang." Wanita paruh baya itu memutuskan sambungan setelahnya.

Jessica mengerutkan wajah jengkel lalu memasukkan kembali telepon ke dalam saku. Calon suaminya belum pernah menghubungi gadis itu sama sekali. Namun, ibunya sangat cerewet dan terus mengganggu dirinya.

Gadis itu memberikan tatapan galak ke arah para remaja yang tiba-tiba sudah berdiri sangat dekat dengan dirinya. Suara tawa terdengar dari mereka sebelum melarikan diri.

Jessica menghela napas menyerah. Dia memang tidak pernah berhasil membuat murid-muridnya takut kepadanya. Wanita muda itu mengentakkan kaki lalu berjalan menuju ruang guru sebelum pulang.

*****

Sore hari tiba. Jessica dan Olivia akhirnya pergi ke tempat penyewaan pakaian pengantin terbaik yang ada di Kota Tacoma. Keluarga calon pengantin laki-laki sudah mengatakan bahwa pihak Stuart cukup mempersiapkan Jessica dengan baik, sedangkan sisanya adalah urusan mereka.

Oleh karenanya sekarang Jessica memarkirkan mobil mungilnya di depan bangunan panjang satu lantai berwarna krem yang bertuliskan David's Bridal dan melangkah masuk bersama ibunya.

Oleh karenanya sekarang Jessica memarkirkan mobil mungilnya di depan bangunan panjang satu lantai berwarna krem yang bertuliskan David's Bridal dan melangkah masuk bersama ibunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udara sejuk yang berasal pendingin ruangan dan karpet tebal abu-abu yang tebal juga lembut menyambut mereka. Olivia yang kala itu memakai gaun terusan berwarna kuning muda berjalan menuju meja resepsionis panjang dan mengajak berbicara salah satu karyawan perempuan berseragam cokelat yang berada di balik komputer.

Jessica melihat sekeliling dengan gelisah. Beberapa pasang calon pengantin terlihat sedang berbincang-bincang di ruang tunggu. Gadis itu membuang muka lalu mengalihkan perhatian ke arah deretan gaun pengantin yang berjajar rapi pada setiap sudut ruangan.

 Gadis itu membuang muka lalu mengalihkan perhatian ke arah deretan gaun pengantin yang berjajar rapi pada setiap sudut ruangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seharusnya memilih pakaian pengantin adalah salah satu kegiatan intim yang dilakukan oleh sepasang kekasih yang akan menikah. Bukan seorang gadis dengan ibunya.

Jessica menggigit bibir. Berita tentang dirinya telah menghabiskan malam penuh gairah bersama seorang pengusaha tampan dari Portland beredar di kolom gosip surat kabar lokal dan menyebabkan ayahnya yang sangat menjunjung tinggi moral hampir terkena serangan jantung.

Dia tidak boleh mengeluh. Ayahnya akan sangat kecewa dan luar biasa marah apabila dirinya menolak pernikahan.

"Miss Stuart, gaun seperti apa yang Anda inginkan?" Suara seorang pegawai perempuan mengejutkan gadis itu.

Jessica berbalik dan melihat ibunya sudah mulai mengacak-acak pakaian pengantin di rak terdekat lalu menarik sebuah gaun gemerlap berlengan panjang. "Aku yakin Stanley akan suka melihat kau memakai gaun ini."

"Aku tidak tahu, Mom," balas gadis itu berjalan mendekat. "Mungkin dia lebih menyukai model lain."

Olivia melirik sekilas ke arah putrinya yang mendadak murung. Calon besannya telah bermurah hati memberikan banyak dana untuk keperluan Jessica. Gadis itu pasti akan hidup berkecukupan di kemudian hari.

"Berhenti mengeluh dan pilih beberapa model pakaian yang kau suka."

Jessica tidak membantah. Perempuan itu akhirnya menyeret kaki lalu mulai ikut memilah beberapa gaun yang dia sukai.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang.^^

5 Mei 2018

Benitobonita

How to Melt a Stoner - Humor Romansa Pernikahan PaksaWhere stories live. Discover now